Infinite Dendrogram Volume 5 Chapter 5

Volume 5
Chapter 5 – Bersedia, Siap, Mulai

Penerjemah: Zen Quarta
Editor: –
Sumber English: J-Novel Club

Jeand Grassland

Pertempuran di Jeand Grassland telah mendekati akhir.

Pasukan monster yang berjumlah lebih dari 55,000 saat ini sudah berkurang menjadi separuh dari jumlah aslinya, dan banyaknya Master yang ada di atas panggung, khususnya King of Destruction, tengah dengan cepat menangani para monster yang masih hidup.

Franklin tidak lagi memiliki monster-monster unik. RSK telah dikalahkan oleh Ray Starling, sementara DGP dan KOS telah dihancurkan oleh kakak pria itu.

Pertarungan di jalanan Gideon juga mulai mereda.

Monster yang dilepaskan dan para pengkhianat kurang lebih sudah dimusnahkan, sementara King of Orchestra, Master terkuat kedua milik Kekaisaran yang ada di panggung pertempuran, telah mendapatkan death penalty.

Arah dari pertempuran ini sudah dipastikan, dan kekalahan Franklin tak dapat lagi dihindari.

Biasanya, pasukan Dryfe yang masih bertahan akan mengakhiri pertempuran itu dengan cara mundur dari pertempuran, tapi mereka tidak menunjukkan niat untuk berhenti. Bagaimanapun, sebagian besar pasukan mereka yang tersisa adalah monster dari Seri Bunuh Diri, sebuah pasukan senjata biologis yang setiap sel di tubuh mereka pada dasarnya berteriak kepada mereka untuk terus maju dan membunuh sampai mati. Mereka adalah alasan kenapa para Master kerajaan masih bertarung dan kenapa Baldr milik King of Destruction masih melanjutkan tembakan artileri-nya.

Bahkan saat ini, Seri Bunuh Diri—dan bersama dengan tanah yang ada di bawah mereka—sedang di hancurkan ke dalam angin oleh bombardir kapal perang itu.

Itu terjadi tak jauh dari para Master kerajaan, dan salah satu dari mereka sedang mengamati pemandangan itu dengan seksama.

“Embryo milik kakak Ray sungguh sesuatu,” gumam Rook pada dirinya sendiri, terkesan seperti seseorang yang sedang menyaksikan pertunjukkan kembang api.

Tidak hanya dia yang berpikir demikian. Hampir semua low-rank Master yang hadir di medan pertempuran melakukan hal yang sama dengannya.

Saat banyak high-rank Master berhasil lolos dari arena pusat, para newbie telah diperintahkan untuk mundur.

Itu bukan karena mereka hanya akan mengganggu, tapi karena para high-rank berpendapat bahwa para newbie telah bekerja terlalu keras dan tidak layak mendapatkan death penalty di sini.

Rook sendiri tidak mampu mengikuti kecepatan mereka tanpa menggunakan Union Jack atau perlindungan Liz, jadi dia hanya bisa setuju kalau dia tidak punya tempat di garis depan.

“Artileri berkekuatan tinggi…” gumamnya. “Sejujurnya, aku tidak terlalu yakin kalau itu cocok dengannya…”

Kesampingkan pendapat itu, Rook benar-benar kagum dengan kekuatan, kemampuan, dan presisi milik Baldr. Embryo itu melancarkan banyak tembakkan, tapi tidak ada satupun dari mereka mengenai Ray yang sedang pergi menuju Pandemonium.

Meskipun sama-sama newbie seperti Rook, Ray masih berada di atas panggung pertempuran. Dia menerobos barisan musuh dan mengejar pemimpin mereka, Franklin.

Rook telah melihat Ray dan Shu berbicara satu sama lain. Mereka berdua tidak berbicara dengan keras, melainkan menggunakan Telepathy Cuff yang diberikan Shu kepada Ray sebelum dia meninggalkan arena. Meskipun demikian, Rook masih dapat menduga dengan tepat apa yang sedang mereka bicarakan.

Ray mengatakan bahwa dia ingin mengejar Franklin ke atas Pandemonium. Shu memutuskan untuk membantunya.

Dengan keinginan mereka sendiri, tanpa keraguan sedikitpun, mereka segera bertindak untuk melakukan apa yang harus mereka lakukan.

Rook menganggap itu adalah hal yang mempesona, dan mengamati artileri Baldr sambil terselimuti oleh sisa dari anggapan itu.

Tiba-tiba, ada sesuatu yang menarik perhatiannya.

“Hm…?”

Itu terletak di suatu tempat di area yang di amuk oleh serangan Baldr.

“Itu…”

Dikelilingi oleh ledakan dan debu, di sana terdapat sebuah sosok yang familiar.

Sosok itu segera menghilang di balik tabir debu. Rook dapat dengan mudah menduga bahwa sosok itu pergi menuju Pandemonium dan sepenuhnya memahami alasannya.

Rook menghela nafas, memahami bahwa hal ini terjadi karena kelalaiannya. Meskipun dia sedang shock, Rook telah meninggalkannya sendiri tanpa penjagaan. Tapi di saat bersamaan…

“Itu jauh lebih baik dari pada ragu-ragu…” dia bergumam kepada dirinya sendiri.

… dia merasa sedikit puas.

***

“Ray Starling telah tiba di atas Pandemonium,” lapor Baldr kepada Master-nya.

“Ok,” kata Shu sambil mengayunkan tinjunya. Serangan itu mendarat tepat pada salah satu monster Seri Bunuh Diri, menghancurkannya dalam sekejap dan melenyapkannya.

Para makhluk malang itu tak punya kesempatan menghadapi tinju yang dapat membunuh monster legendaris dalam sekejap.

Sebagai tambahan, skill Right of Destruction miliknya meniadakan hampir semua skill defensif dan efek peniadaan damage fatal, sama seperti yang diberikan oleh item Lifesaving Brooch. Beberapa monster yang telah dia hancurkan memiliki pertahanan yang mengagumkan, tapi hal itu tak berarti apa-apa di hadapan pukulannya. Akan tatapi monster-monster itu terus menyerangnya, sama sekali tidak menunjukkan rasa takut.

Pikiran mereka bahkan tidak dilengkapi fungsi untuk mempertimbangkan kehidupan mereka sendiri, jadi mereka terus menyerbu ke arah Shu—ke arah kematian yang pasti.

“Mh…” gumam Shu.

Hal itu dapat dengan mudah di deskripsikan sebagai sesuatu yang menjijikkan, tapi Shu merasa bahwa keberadaan mereka adalah gambaran sekilas dari pemikiran pencipta mereka, Franklin.

Dia dengan jelas mendefinisikan apa yang peroleh, apa yang dia buang, apa yang dilakukan untuk menang, dan apa yang harus dikorbankan mencapai hal itu, pikir Shu, merasa bahwa Franklin sangat mirip dengan dirinya dan sedikit mirip dengan Ray dalam hal itu.

Shu menatap ke arah Pandemonium, dimana seharusnya Ray sedang menghadapi Franklin, dan mengingat apa yang adiknya telah katakan melalui Telepathy Cuff.

Aku mempunyai hal yang harus kulakukan dan sebuah pertanyaan yang harus kutanyakan kepadanya. Bisakah kau menolongku mengejarnya?

Mengingat permintaan Ray membuat Shu menunjukkan senyum tipis.

“Kau hanya harus melakukan apapun yang menurutmu harus kau lakukan,” gumamnya saat dia mendongak ke arah Pandemonium, ke arah Ray. “Apapun yang terjadi, aku akan membukakan jalannya. Itulah peranku sebagai kakakmu.”

***

Franklin, dalang di balik rencana teroris malam ini, sedang menyeringai.

Situasinya telah benar-benar terbalik, dan puluhan ribu monster yang telah dia buat sedang dimusnahkan oleh kehancuran yang luar biasa dan persatuan keinginan untuk melindungi Gideon. Meskipun begitu, Franklin berdiri di atas Pandemonium dan menatap Ray Starling dengan senyum di wajahnya.

“KoD di sebelah sana melakukan semua pekerjaan yang diperlukan,” katanya. “Kau terluka di sana-sini, Ray-boy. Kenapa kau tidak mundur saja dan tidur?”

Kemunculan Ray kurang lebih mengonfirmasi kecurigaan Franklin bahwa tindakan aneh King of Destruction tak lain hanyalah sebuah pengalih perhatian. Perbuatan mencoloknya telah menarik perhatian Franklin, membuat Ray bisa sampai di atas Pandemonium.

Fakta bahwa Ray bisa menunggangi Silver sampai ke sini tanpa terkena bombardir itu adalah seluruh bukti yang Franklin perlukan. Dan juga, ledakan-ledakan itu telah membunuh seluruh monster yang Franklin tempatkan di Jeand Grassland untuk bertindak sebagai sensor. Monster siaran yang terletak di sekitar Pandemonium juga telah mati, yang artinya tidak ada orang lain yang bisa melihat Franklin yang sedang berhadapan dengan Ray.

“Tapi… King of Destruction sendiri…” Franklin merenung.

Franklin memiliki alasan yang bagus untuk mempercayai bahwa Superior itu memiliki alasan untuk menolong Ray. Itu adalah namanya.

Bersama dengan stats, Analyzing Eye of Wisdom milik Franklin membuatnya bisa melihat nama dari King of Destruction—“Shu Starling.”

“Aku ada pertanyaan, Ray Starling,” katanya. “Apakah kau mengenal Master yang bernama ‘Shu Starling’?”

“Dia adalah kakakku,” Ray menjawab tanpa keraguan.

Setelah mendengar itu, Franklin mengangguk dalam pemahaman dan menunjukkan senyum kecut. “Dua bersaudara dan dua bersaudari,” katanya. “Masing-masing kakak adalah Superior dan masing-masing adik adalah Master Maiden… Sungguh kebetulan yang menarik.”

“Huh…?” Ray mengangkat alisnya.

“Jadi, apa yang begitu penting sampai-sampai kakakmu membantumu untuk mengejarku?” tanya Franklin.

“Aku kesini karena tiga alasan.”

“Yah, itu cukup banyak. Aku sudah tau salah satunya, sih.” Franklin menunjuk bagian dari lantai tempat mereka berdiri, ke arah seorang gadis muda yang sedang pingsan. Itu adalah Elizabeth, tuan putri kedua Kerajaan Altar. “Kau ke sini untuk menyelamatkannya, kan? Kakakmu tidak bisa menyerang Pandemonium saat dia masih ada di sini, kan?”

Elizabeth adalah pengekang dari Embryo milik musuhnya. Tanpa dirinya, King of Destruction akan menghujani Pandemonium dengan api neraka. Franklin sepenuhnya sadar akan hal itu, jadi dia harus berhati-hati agar Ray tidak bisa mengambil Elizabeth.

“Jadi apa yang kedua?” tanyanya.

“Aku punya sebuah pertanyaan,” jawab Ray.

“Pertanyaan, eh?”

Itu masih berada di dalam perkiraan Franklin. Jika Ray hanya kemari untuk menyelamatkan gadis itu, dia bisa melakukannya sambil tetap berada di atas Silver, tidak memberikan kesempatan bagi Franklin untuk bereaksi. Dan jika Ray hanya datang kemari untuk mengalahkan Franklin, dia bisa menyerangnya dengan serangan kejutan. Fakta bahwa dia telah susah-susah datang kemari menggunakan kudanya dan berdiri di sini untuk berbicara berarti bahwa dia jelas ada di sini untuk bercakap-cakap.

“Apa yang ingin kau dengar?” tanya Franklin. “Saran tempat perburuan dariku? Habitat UBM yang kuketahui? Atau mungkin urusan dalam negeri di negaraku?”

Franklin merasa bahwa bukan itu yang ingin ditanyakan Ray… tapi…

“Kenapa kau melakukan ini?”

Tapi pertanyaan yang diutarakan Ray benar-benar berada di luar perkiraannya.

“Kenapa… Apa? Bukankah aku sudah berbicara tentang tujuanku? Apakah kau sudah lupa?” Franklin bertanya balik.

“Kau ingin memberikan kekalahan yang memalukan kepada para Master kerajaan dan menghancurkan semangat tempur penduduk Altar dengan menunjukkan penghancuran Gideon kepada mereka, kan?”

“Hei, jadi kau mengingatnya.”

“Bukan itu yang kutanyakan, sih.”

“Kalau begitu, apa pertanyaannya?” Franklin bertanya dengan tatapan dan nada mengejek.

Ray menatap langsung ke arahnya.

“Apa yang kau pikirkan tentang para tian?” tanyanya.

Pertanyaan itu sesaat membingungkan Franklin, tapi dia segera memprosesnya dan memahami apa maksudnya. “Oh, kau ingin tau apakah aku menganggap Infinite Dendrogram ini adalah sebuah dunia atau sebuah game?”

Ray mengangguk.

“Begitu, begitu… AHAHAHAHAHAHAHAH!” Franklin tertawa dengan keras.

Seakan-akan ada beberapa kerusakan padanya, Franklin tertawa terbahak-bahak sampai kehabisan nafas.

“Siapapun yang berpikir bahwa ini hanyalah sebuah game adalah orang bodoh atau anak kecil yang mempercayai apa yang dikatakan orang bodoh itu,” katanya dengan ekspresi paling serius yang dapat dibayangkan. “Sebuah game? Kau bercanda. Tingkat kenyataan, model, kehidupan. Semua selain hal-hal yang berhubungan dengan sistem jauh berada di luar level game. Sejujurnya, jika sistem itu tidak ada di sana untuk mencoba dan meyakinkan kita bahwa kita hanya sedang memainkan sesuatu, tidak ada satupun hal di dunia ini yang tampak seperti sebuah game.”

“Cih…” kata Ray.

“Aku tidak tau apa sebenarnya ini. Aku berpendapat bahwa ini adalah tahap percobaan manusia untuk menciptakan virtual reality berskala nasional… tidak, berskala dunia, tapi itu masih terlalu canggih untuk dicapai oleh teknologi kita, jadi kurasa bukan itu. Dari apa yang kutahu, mereka yang mengatakan bahwa ini adalah dunia lain yang sebenarnya atau bahwa ada alien yang sedang bermain-main dengan kita mungkin saja benar.”

“… Lalu apa yang kau pikirkan tentang orang-orang yang hidup di sini?” tanya Ray dengan perlahan.

“AI dengan pikiran yang sangat canggih, atau bisa saja mereka adalah manusia. Atau mungkin orang sungguhan dari dunia lain. Atau kehidupan yang masih berada di dalam batasan-batasan itu. Setidaknya, aku tidak berpikir bahwa mereka hanyalah logika 0 dan 1.”

Dia berhenti sejenak.

“Jadi aku akan membuat semua ini jadi jelas, gan. Jika ini adalah Bumi kita, jika situasiku, kondisiku, dan kekuatanku sama seperti di dunia nyata, aku masih akan tetap menjalankan rencana ini. Aku akan bertindak sama persis seperti yang kulakukan di sini. Tidak peduli berapa ribu orang yang akan terbunuh.” Dia menyatakan hal itu dengan kepastian mutlak. “Itulah yang ingin kau tau, kan, Ray-baby? Master Maiden sepertimu pasti tak punya pilihan lain selain bertanya-tanya kenapa aku merancang rencana jahat seperti itu, kan?”

“Bagaimana bisa kau melakukan hal ini?!” Ray bertanya dengan suara yang dia peras langsung dari dalam hatinya. Itu adalah pertanyaan dari seseorang yang menganggap kehidupan di dunia ini sebagai kenyataan dan tidak dapat menoleransi tragedi yang hampir saja mereka terima. Perkataan itu tidak memiliki tanda-tanda sandiwara atau kepalsuan; Mereka adalah pemikiran Ray yang diubah menjadi perkataan.

“Hm…” Franklin menatapnya dalam diam, merasa bahwa pemuda itu agak menyilaukan. Dia menyadari bahwa mereka mirip, tapi benar-benar berbeda di saat bersamaan. Dengan tetap menghormati fakta itu, Franklin memutuskan untuk menjawab dengan jujur. “Karena aku tidak pernah mau kalah lagi. Aku sudah muak dikendalikan orang lain. Aku akan hidup bebas, menciptakan apa yang ku mau, dan menikmati kehidupan ini sesukaku. Tidak ada seorangpun yang akan mengikatku. Aku sudah memutuskan untuk menghancurkan siapa saja yang mencoba menghalangi jalan hidupku.”

Dia kemudian terdiam. Dia tidak punya hal lain lagi yang ingin dikatakan.

Perkataan Franklin memang samar, dan mungkin hanya dialah yang dapat memahaminya. Meskipun demikian, ilmuwan gila itu merasa bahwa dia telah mengatakan semua yang dia inginkan.

“Aku memahami hal itu,” Ray mengangguk dalam pemahaman.

Untuk menghindari kekalahan, Franklin tidak akan ragu untuk menciptakan tragedi, dan karena itulah dia harus dikalahkan.

Keinginannya untuk mengejar jalan hidupnya akan membawa bencana yang paling merusak, yang merupakan alasan kenapa dia harus dihentikan bagaimanapun caranya.

“Bagaimanapun, dengan begitu pertanyaan kedua terjawab,” kata Franklin, nada suaranya kembali normal. “Jadi apa yang ketiga?”

“Itu ad—hgh!” Ray mencoba untuk menjawab, tapi perkataannya terhenti karena Pandemonium mulai berguncang hebat—bukan karena itu mulai bergerak, tapi karena itu sedang menerima hujan artileri.

“Apa… KoD melakukan serangan?” tanya Franklin, benar-benar kebingungan. “Tapi aku masih memiliki tuan putri. Apakah akhirnya dia hilang kesabaran atau sejeni…?” Dia menghentikan perkataannya dan menjadi semakin kebingungan.

Dia mengalihkan tatapannya ke arah lokasi tuan putri, dan menyadari bahwa gadis itu telah hilang.

Ray bukanlah orang yang bertanggung jawab atas hal itu.

Franklin telah mengamatinya sepanjang waktu ini, jadi dia sangat yakin bahwa Ray bukanlah orang yang mengambil tuan putri. Ada orang lain yang menyelinap kemari, mengambil Elizabeth, dan menyelamatkannya. Franklin sepenuhnya mengetahui seseorang yang mampu untuk melakukan hal itu.

“Superior Killer…” katanya. “Jadi kau juga sebuah umpan.”

Saat Franklin sedang fokus pada pergerakan dan perkataan Ray, Superior Killer menyelinap dan menyelamatkan tuan putri. Dia tidak tau apakah mereka telah merencanakan hal ini, atau Superior Killer hanya memanfaatkan tindakan Ray.

Apapun itu, Pandemonium telah kehilangan satu hal yang melindunginya dari artileri Baldr. Tak terhitung tembakan menembus pabrik dan meledak, membuat makhluk yang sudah aneh itu menjadi semakin aneh dan secara perlahan menjatuhkannya ke tanah.

“Ini benar-benar sengit,” kata Franklin saat dia berusaha tetap berdiri sambil berpegangan pada pagar yang terpasang di atas Pandemonium.

Karena Ray ada di sini, tidak ada satupun dari serangan itu yang mengenai bagian atas Pandemonium, tapi Franklin yakin bahwa pabrik yang ada di bawah akan segera runtuh.

Bahkan ringkasan stats memperlihatkan bahwa Pandemonium hanya memiliki kurang dari sepersepuluh total HP-nya.

“Mh…”

Kematian Franklin dan kehancuran Pandemonium tidak berada di luar hasil yang diperkirakan. Kekalahannya akan memicu Rencana D. Atau begitulah seharusnya, tapi…

“Mereka sudah menanganinya…” desah Franklin.

Sebuah lirikan ke arah perangkat yang dia pegang mengatakan kepadanya bahwa NDW telah kehilangan nyawanya. Dan Gideon masih tetap sama. Itu hanya bisa berarti bahwa bagian inti dari rencana terakhirnya, spade, telah dibunuh sebelum bisa menghancurkan diri. Dia telah menghilang tanpa memberikan damage sedikitpun.

“Aku sudah menduga ini akan terjadi,” gumamnya.

King of Destruction telah menjadi orang yang muncul di padang rumput ini, bukannya dua orang Superior dari Clash of the Superior. Situasi itu telah membuat mereka menjadi wild card, yang artinya kejadian ini adalah hal yang sangat mungkin.

Biasanya, kemampuan penggalian bawah tanah milik spade akan mustahil untuk di atasi, tapi skill ultimate yang Xunyu tunjukkan di Clash of the Superior telah membuat hal itu menjadi sangat mudah. Jika Franklin mengetahui kemampuan itu sebelum pertandingan berlangsung, dia pasti akan mempersiapkan hal lain, tapi memikirkan perandaian adalah hal yang sia-sia saat ini.

Dengan DGP dan NDW, sekarang Franklin telah membuang-buang dua monster yang dibuat menggunakan special reward—monster yang tidak akan pernah bisa dia buat lagi. Dan dengan runtuhnya Rencana D, Franklin telah kehilangan tidak hanya kesempatan menang nya, tetapi juga kesempatan untuk ‘tidak kalah.’ Jika dia mendapat death penalty di sini, dia secara resmi akan mengalami kekalahan menyakitkan.

Mungkin dia bisa sedikit meringankan hal itu, tapi…

“… Itu sudah terlambat,” gumamnya.

Meskipun besar, Pandemonium hampir tidak memiliki kemampuan tempur, dan Embryo itu sedang berada di ujung kehancuran.

Monster Castling yang dia tempatkan di seluruh Jeand Grassland juga telah benar-benar dimusnahkan. Death penalty untuk Franklin adalah hal yang sudah pasti.

Bagaimanapun… Ray sedang berlari tepat ke arahnya.

Bahkan tidak membuang-buang waktunya untuk naik ke atas Silver, dia berlari menggunakan kedua kakinya, sama sekali tidak menunjukkan keraguan tentang rentetan serangan Baldr.

Kurasa dia telah menduga serangan ini, pikir Franklin. Yah, bagaimanapun mereka adalah saudara. Mereka mungkin sudah menyetujui hal ini atau sudah mengetahui apa yang masing-masing akan lakukan bahkan tanpa membicarakannya terlebih dahulu… Aku merasa agak iri. Merasa sedikit sentimental, Franklin menghembuskan nafas ringan.

“Jadi alasan ketiga kau ada di sini adalah untuk membunuhku,” gumamnya.

Ray perlahan memperpendek jarak di antara mereka, tapi Franklin tak memiliki cara untuk menyikapi hal itu. Dia sudah menggunakan semua monster buatan khusus yang ada di penyimpanannya, jadi sekarang tidak ada satupun yang bisa melindunginya.

Baiklah. Aku akan menerima kekalahan ini. Dia menyerah dan bersiap untuk menerima death penalty. Tapi suatu hari, aku akan…

Pada saat itu, sebuah sosok tiba di atas Pandemonium.

“Hgh!” Ray berseru terkejut.

“Eh?” Franklin menyuarakan kebingungannya. Sosok itu adalah sebuah Magingear setengah rusak. Sebagian besar armor besinya telah hilang, dan itu hanya tertutupi oleh lapisan es beku. Itu adalah unit yang di piloti oleh Hugo dan dipersenjatai oleh Cocytus.

“Kh…”

Jika Magingear itu adalah seorang manusia, damage itu sudah pasti akan membunuhnya.

Beberapa dari damage itu disebabkan oleh pertarungannya dengan kelompok Rook, tapi dia mendapatkan sebagian besar damage itu setelah melepaskan La Porte de l’Enfer dan membiarkan para Master melawan para monster. Tidak mungkin dia bisa lolos tanpa luka saat menerobos tabir kehancuran luar biasa yang disebabkan oleh artileri milik Baldr.

Meskipun memiliki lebih banyak damage dibandingkan Magingear yang dia gunakan untuk melawan Gouz di hari sebelumnya, Magingear itu masih dapat bergerak.

“AAAARRGHHHH!” sang pilot meraung. Itu adalah suara yang tidak akan pernah dikeluarkan oleh orang yang berperan sebagai seorang ksatria.

Dengan itu, Magingear itu berdiri di hadapan Ray, seolah-olah untuk melindungi Franklin.

***

Hugo telah menghabiskan banyak waktu sampai dan selama rencana dimulai tanpa melakukan apapun selain meragukan dirinya sendiri. Dia bertanya-tanya apakah dia harus berpartisipasi dalam rencana, apakah dia benar untuk melakukan apa yang dia pilih, dan apakah dia harus menghadapi Ray, yang merupakan teman di hari sebelumnya.

Saat dia meragukan dirinya sendiri, dia dikalahkan oleh Rook, mendengar perkataannya, dan melihat Franklin memulai Rencana C, membuat keraguan yang ada di dalam dirinya semakin memuncak.

Sambi ragu-ragu, dia melepaskan debuff Frozen milik La Porte de l’Enfer yang menjebak para Master di dekat gerbang barat. Dia melakukannya begitu saja, tanpa memikirkannya secara matang.

Hugo merasa bahwa dia tidak boleh membiarkan hal ini terus berlanjut, tapi meski begitu, dia tidak yakin apakah itu adalah tindakan yang tepat. Tindakan itu telah menolong menghentikan tragedi yang ada di depannya, tapi itu adalah tindakan penentangan terhadap Franklin—orang yang sangat Hugo hormati.

Lalu, di tengah keraguan itu, Hugo mengingat bahwa Franklin telah berbohong dan berencana untuk menghancurkan Gideon, yang membuatnya semakin dipenuhi keraguan.

Setelah Rook dan para Master lain pergi ke Jeand Grassland dan meninggalkannya sendirian, efek Charm yang dia terima telah menghilang, dan dia masih saja tetap ragu.

Tapi kemudian, tiba-tiba, Hugo berhenti berpikir dan berhenti meragukan dirinya sendiri.

Dia menyadari bahwa dia tidak bisa melakukan apapun jika dia menghabiskan seluruh waktunya dalam keraguan.

Setelah seluruh keraguan dan pertanyaan pada diri sendiri itu menghilang, dia tiba pada sebuah jawaban akhir dari apa yang harus dia lakukan.

Itu adalah jawaban yang selalu ada di dalam diri Hugo dan gadis yang mengendalikannya, Yuri.

Itu adalah…

***

Aku akan melindungi kakakku!

Dengan perkataan itu, Magingear itu mulai bergerak.

“Bahkan jika aku harus mengalahkanmu!” Rangkanya sudah berada di ambang kehancuran, dan itu hanya bisa menyatu karena Cocytus. Meskipun demikian, prajurit robot beku itu tetap berlari ke arah Ray. Meskipun dia adalah teman di hari sebelumnya, Hugo memberikan segala yang dia miliki ke dalam serangan itu.

“Majulah, Hugo,” kata Ray, bersiap untuk menghadapinya.

Dia tidak mengetahui hubungan antara Hugo dan Franklin. Tapi sebagai seorang lawan dan seorang teman, dia ingin menghadapinya dengan benar.

Dengan itu, Paladin dan High Pilot… dua orang Master Maiden… melakukan bentrokan.

Itu adalah pertarungan kedua mereka sejak yang pertama di gerbang barat, dan tentu saja pertarungan terakhir yang mereka lakukan hari ini. Bentrokan itu terlihat tidak lebih dari sekejap mata.

“Motor… Slash!” teriak Hugo. Magingear itu mengangkat tangan kanannya dan mencoba menyerang dengan ayunan dari salah satu pedang salib-nya. “… Hgh! Kh!”

Pergerakan tunggal itu adalah hal kecil yang menyebabkan kerusakan. Armor beku di area itu hancur, seluruh tangan kanannya terlepas dari tubuhnya, dan kekuatan dari ayunan itu membuatnya terlempar ke kejauhan.

Itu adalah tangan yang sama dengan yang menerima Vengeance milik Ray dan Tri-Horn Grand Dash milik Devil Dragon Man. Banyaknya serangan kuat yang dia terima telah membuatnya mencapai batas, dan skill yang barusan telah membuatnya melampaui batasnya.

“Masih belum! Motor Slash!” Hugo kembali berteriak saat dia segera menggunakan skill yang sama dengan tangan kirinya. Pedang beku itu mengarah langsung ke arah Ray, siap untuk membelahnya menjadi dua.

“Aku tidak bisa menembus armornya dalam keadaan seperti ini,” kata Ray. “Kalau begitu aku hanya perlu…!”

Dia melonggarkan pegangannya di pedang hitam-nya, Nemesis, dan melemparkannya ke udara. Lalu dia membungkukkan tubuhnya untuk menghindari pedang salib yang tajam itu dan mengulurkan tangan kanannya di jalur tebasannya.

“Gh…!”

Pedang beku itu memotongnya dengan sempurna, memberikan damage yang besar kepada Ray dan membuatnya mengalami pendarahan. Namun, ketajaman senjata itu membuat dampak dari tebasan itu tidak menerbangkan Ray.

“Hgh…!” Teriak Ray saat dia, masih membungkuk, bergerak ke sisi Magingear itu.

Saat dia melakukan itu, Nemesis jatuh kembali ke arahnya.

Namun, dengan tangan kirinya yang gosong dan tangan kanannya yang benar-benar putus, dia tidak punya cara untuk memegang gagang pedangnya.

Atau begitulah yang mereka duga.

“Hh…!” seru Ray.

“Apa?!” teriak Hugo.

Keterkejutannya bukan tanpa alasan, karena Ray telah menggigit gagang Nemesis menggunakan giginya.

“Mfh…!” Ray tidak dapat mengatakan apapun, tapi…

“Baiklah!” kata Nemesis, telah membaca pikirannya.

Ray menggerakkan mulutnya dengan cara yang membuat greatsword yang dia gigit mencapai armor beku yang menyelimuti kokpit Magingear itu. Itu tidak cukup untuk menembusnya, tapi itu sama sekali tak masalah.

“Vengeance… Is Mine!” kata Nemesis, mengaktifkan skill miliknya.

Insert3

Serangan balasan itu melipat gandakan damage yang Ray terima dan mengirimkan ke armor beku itu, membuatnya langsung menghilang. Tanpa satupun perlindungan, pedang hitam itu menusuk dada Hugo dan menembus jantungnya.

“Ah…” dia menghembuskan nafas terakhirnya sebelum berubah menjadi partikel cahaya dan menghilang dari dunia ini. Embryo-nya, Cocytus, menghilang sesaat setelahnya, hanya meninggalkan sisa-sisa Magingear yang rusak parah.

“Argh!” Ray meraung.

Dia sudah selesai dengan Hugo, tapi dia masih memiliki beberapa urusan yang belum selesai. Nemesis terjatuh dari mulutnya saat dia berlari ke arah targetnya—Franklin.

Ilmuwan gila itu bahkan tidak lari… atau mungkin lupa untuk melakukannya setelah melihat Hugo menghilang.

FrontMatter2

“Frank…lin…!”

Ray telah kehilangan tangan kanannya dan bahkan melepaskan Nemesis, tapi dia tetap berlari ke arah Franklin. Bagaimanapun, dia menghadapi alasan utama keberadaannya di sini, tujuan utama dari kedatangannya ke tempat ini.

Ray tidak hanya datang kemari untuk menyelamatkan tuan putri atau mengajukan pertanyaan kepada Franklin. Faktanya, bahkan mengalahkan Franklin adalah tujuan sampingan miliknya. Dia di sini untuk sesuatu yang telah dia putuskan untuk lakukan sejak dulu.

Aku ingin memukul orang bodoh itu karena telah mengirim seorang anak kecil ke tempat seberbahaya ini. Tinjuku akan mengarah langsung ke wajahmu. Jaga itu supaya tetap bersih, Superior.

Benar—Ray hanya ingin memukul Franklin.

“FRANKLIIIIIN!” Ray memaksa tinju di tangan kirinya yang gosong ke pipi kanan Franklin, dan akhirnya menyelesaikan tujuannya.

“GHAH?!” Franklin berseru.

Insert4

Kekuatan dari dampak yang ada membuat lengan rapuh milik Ray mulai hancur. Tapi pada saat serangan itu mengenai wajah Franklin, Miasmaflame Bracer melepaskan sebuah hembusan api yang menyebar ke seluruh tubuh ilmuwan gila itu, dan dengan cepat mengubahnya menjadi obor manusia.

Franklin tidak lagi memiliki Lifesaving Brooch atau satupun monster yang dapat dia gunakan untuk Life Link. Api penyucian itu dengan mudah menangani HP Franklin yang biasa-biasa saja, dan dia segera mulai menghilang.

“Kgh…” Tepat sesaat sebelum dia diambil oleh peraturan dunia ini dan menghilang, Franklin membuka mulutnya dan berbicara. “Selanjutnya kami yang akan menang.”

Dengan itu sebagai perkataan terakhirnya, dia menjadi partikel cahaya.

Dengan demikian, Superior Dryfe yang telah merancang dan menjalankan rencana mengerikan ini kepada penduduk kerajaan menghilang di tangan seorang newbie.

Dengan begitu, insiden itu telah selesai.

Atau mungkin hasil ini telah dipastikan sejak lama, saat seorang Superior tertentu mencoba menggunakan gadis kecil tertentu, dan seorang newbie tertentu mencoba untuk menolong gadis itu.

***

Dua puluh menit setelah Franklin menghilang, monster terakhir dari Seri Bunuh Diri telah ditangani, mengakhiri pertempuran di Gideon.

Para pengkhianat yang bekerja di bawah Franklin telah mati atau ditangkap.

Seri Bunuh Diri sudah dimusnahkan sepenuhnya.

Club, King of Orchestra, Veldorbell, sudah mati.

Spade, NDW, sudah mati.

Heart, High Pilot, Hugo Lesseps, sudah mati.

Diamond, Giga Professor, Mr. Franklin, sudah mati.

Hal itu menandai akhir dari tindakan terorisme di kota duel.

Permainan Franklin telah berakhir.

PREV | Table of Content | NEXT


Jika kalian menemukan kesalahan pengetikan atau kesalahan penerjemahan jangan ragu untuk memberikan komentar di bawah postingan ini atau di FP Facebook.

9 Comments Add yours

  1. alone698 says:

    as..jengkel w, mlh newbie si mc nya yg ngalahin superior terlepas dr statnya yg rendah, taik juga nih authornya jd krg seru, trus si mc sok2 jadi pahlawan pake segala mau mukul sekali untuk balasin adiknya liliana. cb franklin kbr aj d buat ceritanya.

    Like

  2. Albarn says:

    Ilustrasi terbanyak dalam satu chapter selama ini XD
    Pengen lihat Ray dianggap jadi pahlawan

    Like

  3. Wahyu Alif Hendrawan says:

    yuri itu nama asli hugo aka irl nya hugo sayang

    Like

  4. hasaki says:

    Wow, ternyata hugo cwe

    Like

    1. Seika Ushizu says:

      lah baru tau? bukannya dah di bahas tuh di chapter2 sebelumnya dan juga pas pertarungan si Rook ama Hugo, si Rook aja sempet manggil Hugo itu ‘Nona’ (hasil baca sifat dari si Rook ntu)

      Like

  5. zozoz says:

    sebelumnya si hugo dikendalikan sama si YURI, Yuri itu siapa ya ?

    Like

    1. Seika Ushizu says:

      Yuri tuh yang ngendaliin avatar Hugo,, jadi emang asli Hugo itu cwe,, kan di chapter2 sebelumnya ada cerita tentang Masa Lalu Hugo (yang di dunia nyata nya itu seorang cewek bernama “Yuri” dengan keluarga bermasalah) dan si Rook pun udah nebak waktu pertarungan Dia sempet manggil si Hugo itu ‘Nona’

      Like

  6. SA IDUN says:

    trima kasih min… ane tunggu2 akhirnya update juga..

    Like

  7. Kefvin says:

    Thanks, kuma

    Like

Leave a comment