Infinite Dendrogram Volume 4 Chapter 5

Volume 4
Chapter 5 – Yuri dan Hugo

Penerjemah: Zen Quarta
Editor: –
Sumber English: J-Novel Club

Yuri Gautier

Namaku Yuri Gautier. Ini adalah cerita masa lalu dan masa kiniku.

Aku lahir di Perancis sebelah selatan, di sebuah keluarga yang kebanyakan akan menyebutnya “kelas atas.” Ayahku adalah orang yang mendapatkan kekayaan karena usahanya sendiri. Ibuku adalah mantan aktris teater, dan bahkan Aku, anaknya, bisa mengatakan kalau dia sangat lembut dan cantik. Aku juga punya seorang kakak perempuan, yang begitu pintar, cantik, dan baik kepadaku sampai-sampai aku tidak bisa berhenti mengaguminya.

Itulah keluargaku, dan kebanyakan orang luar pasti akan berpikir bahwa aku beruntung karena terlahir di keluarga seperti itu. Namun, sebagai salah seorang yang hidup di dalamnya, aku memiliki pendapat yang benar-benar berbeda.

Meskipun ayahku adalah seorang pebisnis jenius, dia juga serakah, sombong, dan sering kasar kepada ibuku, yang menanggung itu semua sambil mencoba menyembunyikan rasa sakitnya dari kami dengan sebaik mungkin. Aku juga bisa melihat sesuatu yang mirip pada kakakku. Meskipun dia selalu baik padaku, aku sering melihatnya sedang kesulitan dengan sesuatu.

Aku dengan jelas mengingat hari ketika ibuku mengajakku pergi ke teater yang sering dia gunakan untuk berakting sebelum dia menikah. Matanya saat melihat drama yang sedang berjalan tidak berisi kesenangan atau perasaan nostalgia—mereka diselimuti oleh penyesalan.

Aku juga ingat pernah melihat kakakku di kamarnya, jelas sedang kesusahan dengan masa depannya.

Aku hidup tanpa satupun kesulitan. Ibuku, kakakku, dan bahkan ayahku sangat baik kepadaku. Dunia itu sendiri adalah tempat yang lembut untuk kutinggali. Namun, sepertinya dunia menjadi semakin buruk bagi ibu dan kakakku.

Itulah sebagian besar kehidupan masa kecilku… sampai orangtuaku bercerai.

Dan alasan kenapa mereka melakukannya adalah menghilangnya kakakku.

Dia menghilang tanpa jejak setelah meninggalkan sebuah surat perpisahan, dan meskipun aku tidak membacanya, sudah jelas bahwa dia pergi atas kemauannya sendiri. Aku tau alasannya melakukan hal itu, jadi, meskipun aku merasa sedih, aku tidak merasa kalau itu adalah hal yang aneh.

Sampai beberapa tahun yang lalu, kakakku telah belajar seni dan kerajinan dari kakek keluarga ibu kami. Apa yang menyebabkan kakak melakukan hal itu adalah kematian Dylan, iguana peliharaan kami.

Hal itu membuat kami berdua benar-benar sedih, jadi kakek mencoba menyemangati kami dengan sebuah patung buatan yang tampak persis dengan Dylan. Meskipun kakek kami tidak cukup ahli sampai karyanya bisa dibilang seni, kakakku sangat menyukai hasilnya—cukup sampai dia mau mencoba membuatnya sendiri sambil meminta kakek untuk mengajarinya. Dia terus membuat patung bahkan setelah kakek meninggal.

Di hari sebelum dia menghilang, semua patung yang dia buat telah dihancurkan, bersama dengan segala sesuatu yang kakek tinggalkan.

Orang yang melakukannya adalah ayah.

“Sampai berapa lama kau mau melakukan ini? Kau sudah dijodohkan! Dia tidak akan menyukai bau yang dikeluarkan benda ini!” teriaknya sambil menghancurkan patung-patung itu satu per satu.

Berdiri di hadapan pecahan-pecahan patung itu, kakakku melihat ke arahnya dengan mata paling dingin yang bisa kubayangkan, meninggalkan sebuah surat, dan berjalan keluar begitu saja.

Ayahku menjadi sangat marah, sementara ibuku mulai mengeluarkan unek-unek yang sudah lama dia tahan.

“Ini semua karena dia terlibat dengan pak tua itu dan hobi bodohnya!” teriak ayahku.

“Tidak! Ini karena kau tidak memikirkan perasaannya!” teriak ibuku.

Dan dengan begitu, kejadian itu menuntun kepada sebuah akhir yang jelas—perceraian.

Aku kemudian di asuh ibuku, dan kami berdua pindah jauh dari ayah. Mulai saat itu, aku selalu dihantui oleh sebuah pikiran:

Aku seharusnya melindungi mereka.

Mungkin itu adalah pemikiran yang kekanak-kanakan, tapi aku yakin kalau hal itu tidak akan terjadi jika aku ada di sana untuk ibu dan kakakku.

Aku dengan tulus berharap bisa menjadi seseorang yang mampu melindungi mereka, sama seperti salah satu pangeran bangsawan atau ksatria di teater yang sering aku dan ibu tonton. Tapi pada saat itu, aku sudah cukup dewasa untuk mengetahui bahwa keinginanku tidak akan pernah terkabul, jadi aku mengunci keinginan itu jauh di dalam hatiku.

*

Namun, beberapa tahun setelah perceraian, suatu hal tertentu benar-benar membuat keinginanku terkabul.

Itu adalah sebuah game yang bernama Infinite Dendrogram.

Dalam iklannya, game itu berjanji akan “memberikanmu dunia baru dengan kemungkinan unik milikmu sendiri.”

Aku, Yuri Gautier, memasuki dunia ini dan menjadi Hugo Lesseps—seorang High Pilot dari Kekaisaran Dryfe.

Hugo adalah orang yang tinggi dan selalu bersikap seperti seorang bangsawan muda. Aku mendasarkan perilakunya dari apa yang telah kupelajari dari drama yang kutonton, dan aku berusaha keras untuk membuatnya berhasil. Aku mungkin mewarisi sedikit bakat akting milik ibuku.

Aku ingin Hugo menjadi realisasi dari keinginan yang kumiliki sejak kecil: untuk menjadi seorang ksatria yang melindungi wanita dan mengalahkan semua tragedi yang mengancam mereka. Aku ingin agar peranku sebagai Hugo bisa jadi seperti bunga berduri.

Jika tidak ada seorang ksatria yang melindungi wanita dari tragedi, maka akulah yang akan menjadi ksatria itu.

Keinginanku mungkin sudah melenceng, tapi aku terus memainkan peran itu selama sebulan penuh—atau tiga bulan di dalam game—sejak aku memainkan Infinite Dendrogram.

Tapi sekarang, aku menjadi bagian dari rencana yang berkebalikan dengan peranku.

Recana itu adalah hasil dari kerja sama antara Triangle of Wisdom dan faksi perdana menteri Kekaisaran Dryfe.

Itu adalah sebuah project berskala besar yang mencakup seluruh Gideon, membawa tragedi kepada orang-orang tak bersalah yang ada di sana. Rencana itu bahkan melibatkan penculikan tuan putri.

Biasanya, Hugo—simbol dari pemikiranku—tidak akan ambil bagian dalam project itu bahkan jika aku harus meninggalkan klan, tapi aku punya dua alasan kenapa aku harus ikut terlibat.

Pertama adalah fakta bahwa berhasilnya rencana ini akan benar-benar mengurangi jumlah korban dalam jangka panjang. Jika hal itu menyebabkan kerajaan menyerah, perang antara kerajaan dan kekaisaran akan berakhir tanpa pertumpahan darah lainnya. Jika rencana ini tidak mengakhiri kerajaan, nyawa yang hilang dalam pertarungan selanjutnya akan sangat banyak. Bagaimanapun, separuh dari kekaisaran benar-benar menginginkan hal itu terjadi.

Negara itu terbagi menjadi dua… atau tepatnya, tiga faksi: faksi perdana menteri, faksi jenderal militer, dan faksi kaisar.

Perdana Menteri Vigoma adalah orang yang bertanggung jawab atas urusan dalam negeri negara, dan dia sangat terganggu dengan menurunnya kekuatan nasional karena uang yang mereka gelontorkan di perang sebelumnya. Pada saat itu, kekaisaran menghabiskan uang secara gila-gilaan untuk membeli sebanyak mungkin Master. Hal itu telah membawa kemenangan bagi Dryfe, tapi itu jelas tidak baik untuk keuangan publik. Belum lagi fakta bahwa kerajaan masih belum ditaklukkan, yang artinya kekaisaran mendapatkan jauh lebih sedikit dari pada yang mereka bayar.

Dan karena patokannya sekarang sudah ditetapkan, imbalannya tidak bisa lagi diturunkan. Jika Dryfe melakukan itu, para Master akan merasa tidak senang sama seperti para Master kerajaan saat mereka tidak ditawari apapun, yang akan berdampak pada menurun drastis-nya jumlah partisipan. Namun, imbalan seperti sebelumnya hanya bisa disediakan sekali lagi, dan bahkan jika Dryfe berakhir dengan kemenangan, keadaan keuangan publik akan benar-benar kacau.

Oleh karenanya, faksi perdana menteri telah mempersiapkan rencana ini dengan tujuan untuk menghentikan perang sebelum dimulai kembali. Triangle of Wisdom menjadi bagian dari rencana itu karena kekaisaran adalah sponsor mereka dan mereka tidak mau ekonominya anjlok.

Faksi yang dipimpin oleh orang yang bertanggung jawab atas pasukan, Jenderal Militer Barbaros, memiliki pendapat yang berbeda tentang apa yang akan menjadi hal terbaik.

Sudah hampir pasti bahwa perang tidak akan berakhir hanya dengan kerajaan dan bahwa Legendaria atau Caldina akan langsung menjadi musuh Dryfe. Oleh karenanya, dia percaya bahwa tindakan terbaik adalah menunjukkan kekuatan militer kekaisaran sambil menunjukkan imbalan besar yang bisa mereka berikan kepada para Master.

Dengan begitu, Dryfe akan menarik para Master baru dan, hasilnya, meningkatkan potensi tempur, dan membuat negara seperti Caldina menjadi ragu untuk menyerang mereka. Jenderal militer juga percaya bahwa uang yang dihabiskan bisa ditutupi dengan kekayaan nasional milik kerajaan.

Orang yang berada di sisinya adalah pemimpin pasukan iblis: Hell General, Logan Goddhart. Tapi dia hanyalah pria yang menginginkan pertarungan dimana dia bisa pamer, jadi apa yang lebih membuatnya tertarik adalah metode, bukan tujuannya.

Dua pemikiran itu telah memecah negara menjadi dua.

Faksi ketiga dipimpin oleh sang kaisar itu sendiri. Namun, faksi ini sepertinya tidak memiliki pemikiran yang solid menyangkut situasi yang ada serta tidak mengomentari dua faksi lainnya, jadi mereka hanya menyebabkan kekaisaran semakin terpecah.

“Kaisar tidak peduli dengan faksi mana yang memenangkan ini,” kata ketua klan-ku. “Baginya, yang jadi masalah bukan proses atau hasilnya, tetapi tujuannya.

Aku tidak tau apa yang dia maksud, tapi pada akhirnya, kedua faksi mencapai sebuah kesepakatan.

Faksi perdana menteri akan mulai pertama, dan jika rencana mereka berhasil dan berakhir dengan penaklukan kerajaan, faksi jenderal militer akan menerima hasilnya. Namun, jika itu gagal dan perang berlanjut, jenderal militer akan memiliki segala hak untuk memulai invasi kembali.

Jika itu terjadi, kerajaan pasti akan menderita. Bahkan jika Dryfe menang, mereka mungkin tidak akan berhenti hanya dengan membunuh para prajurit atau Master. Akan sangat mungkin bahwa kerajaan akan kehilangan lebih banyak dibandingkan dengan rencana yang ada.

Oleh karenanya, aku harus memilih antara tragedi di masa sekarang atau bencana di masa depan.

Aku memilih yang pertama.

Rencana itu akan tetap berjalan meskipun aku tidak ambil bagian, jadi aku bergabung dengan niat untuk meningkatkan tingkat keberhasilan dan mengakhiri semuanya di sini dan sekarang juga. Itulah alasan pertama kenapa aku berpartisipasi dalam rencana ini.

Alasan kedua adalah sesuatu yang sangat pribadi jika dibandingkan dengan alasan pertama.

Sementara alasan pertama didasarkan pada peranku sebagai Hugo, alasan kedua benar-benar milikku sendiri.

Itu karena aku sangat menghormati dalang dibalik rencana ini, orang yang kebanyakan kenal sebagai “Mr. Franklin.”
“Dia” adalah orang yang mengundangku ke dunia ini, yang segera memasukkanku ke dalam klan-nya, dan yang membantuku di awal game. Belum lagi bahwa aku sendiri ingin berada di sisi Franklin dan memberikan bantuan yang dia butuhkan.

Perasaanku sendiri adalah separuh dari alasan kenapa aku berdiri di sini sebagai salah satu bagian dari rencana itu.

Itu berarti bahwa, sementara separuh dari alasanku terlibat dalam tragedi ini adalah kewajibanku, separuh lainnya tidak lain adalah keegoisanku sendiri. Fakta itu benar-benar menyusahkanku.

Lalu dia datang kepadaku dan berjanji bahwa player killer dan para monster hanya akan menyerang para Master.

Para monster didesain dengan cara yang membatasi target mereka hanya pada Master, sementara para player killer tidak akan mengincar para tian karena mereka tidak mau masuk ke daftar pencarian. Dengan fakta itu, dia berjanji bahwa hilangnya nyawa para tian akan berkurang drastis.

Baginya, kekerasan yang dilakukan kepada para tian tidak berarti terlalu banyak, tapi dia menjanjikan hal itu kepadaku karena memikirkan perasaanku. Karena hal itu, aku memutuskan untuk mempercayainya dan melakukan yang terbaik untuk membuat rencana ini berhasil dan untuk mencegah terjadinya bencana.

Demi berada di sisinya dan karena kepercayaan di antara kami, Aku—Hugo Lesseps sang ksatria robot es dan mawar—telah menjadi roda penggerak dalam tragedi ini.

*

Dan hari rencana itu dimulai pun tiba. Itu dimulai pada saat dual antara Figaro dan Xunyu berakhir.

Para player killer di Gideon akan mulai memburu para Master saat beberapa monster yang dilepaskan akan mulai menghancurkan kota.

Untuk mengalihkan pikiranku dari seluruh kekacauan itu, aku menutup mataku dan dalam diam duduk di kursi Marshall II R yang telah diberikan kepadaku.

Sekitar sepuluh menit setelah rencana dimulai, aku mendengar suara kaki kuda berpacu di atas batu paving. Lalu terdengar sebuah suara.

“Itu adalah Magingear dari Dryfe!”

“Dia ada di sana untuk mencegah kita menyelamatkan Yang Mulia!”

Ada jarak cukup jauh di antara kami, tapi aku bisa mendengar isi dari pembicaraan mereka karena salah satu skill milik Marshall II R: Sound Collection.

Aku menatap monitor yang menunjukkan output dari mata kamera dan melihat bahwa mereka adalah para Paladin dari Royal Guard. Semua yang ada di kelompok itu adalah orang-orang dunia ini, bukan Master. Oleh karenanya, mereka bukanlah targetku.

Aku menggerakkan lengan Marshall II R dan menunjuk ke arah papan penanda yang kupasang sebelum rencana ini dimulai.

“’Tidak ada Master yang boleh melewati tanda ini…’ Itu berarti kami boleh, kan?” tanya seorang wanita yang memakai armor mencolok berwarna putih murni.

Berdasarkan informasi yang diberikan kepadaku, aku sedang melihat Wakil Komandan Royal Guard, Liliana Grandria. Dia adalah orang yang sama dengan yang kemarin situasinya kemarin setelah aku membawa anak-anak yang kami selamatkan dari Gouz-Maise Gang.

“Mh…” Tidak mengatakan apapun, aku membuat robotku mengangguk dan bergerak kesamping, membiarkan mereka melewati gerbang.

“Baiklah,” katanya. “Kalau begitu kami akan lewat dan menunggu Franklin di Jeand Grassland.”

“Nona Grandria!” teriak salah satu bawahannya. “Apakah kita benar-benar bisa meninggalkan Magingear ini di sini?!”

“Bertarung di kota membuat kita berada dalam kerugian, belum lagi bahwa kita akan terjebak di antara Magingear ini dan Franklin, setelah dia sampai,” Liliana memberitahunya. “Selain itu, Magingear ini cukup kuat untuk diperintahkan menghadapi seluruh Master kerajaan sendirian. Bahkan jika kita meraih kemenangan melawan musuh seperti itu, kemungkinan besar kita tidak akan memiliki kekuatan lagi untuk menyelamatkan Yang Mulia.”

“… Dimengerti.”

Setelah percakapan itu, Royal Guard mulai berjalan ke arah gerbang sambil lewat disampingku. Beberapa dari mereka waspada akan serangan kejutan, beberapa tampak tegang, sementara yang lainnya menatapku dengan mata penuh kebencian.

Perlakuan itu bukan hal yang aneh. Aku tau dan sudah menerima fakta bahwa aku sedang melakukan sesuatu yang layak mendapatkan reaksi seperti itu.

Yang ada di paling belakang unit mereka adalah Liliana sendiri.

Sebelum melewati gerbang, dia berhenti tepat di samping Marshall II R milikku dan mulai berbicara. “Kau adalah orang yang sama dengan yang menolong Ray menyelamatkan anak-anak dari Gouz-Maise Gang, kan?”

Meskipun aku tidak mengatakan satu katapun, entah bagaimana dia mengetahui siapa diriku. Aku tidak bisa memahami apa yang menyebabkan hal itu, tapi entah bagaimana aku bisa menyembunyikan keterkejutanku.

“Aku mengucapkan terima kasih atas hal itu,” lanjutnya. “Dan juga, sebagai diriku sendiri, bukannya pemimpin Royal Guard, ada hal lain yang ingin kukatakan…”

Dia terdiam sesaat dan melihat ke arah mata kamera milik Magingear, dan menatapku melalui monitor sebelum kembali berbicara.

“Tolong jangan buat Ray marah.”

Insert4

Tidak dapat mengatakan apapun, aku hanya sedikit membungkuk.

Royal Guard melewati gerbang barat dan mulai mempersiapkan formasi mereka untuk kedatangannya di Jeand Grassland.

Meskipun aku tidak punya pilihan lain selain membayangkan apa yang akan terjadi kepada mereka di pertarungan itu, aku tidak bisa melakukan apapun selain berbalik.

Franklin datang tepat setelah aku menangani para Master yang mengikuti Royal Guard. Dia memberitahuku untuk membiarkan Ray Starling lewat, mengatakan kalau dia ingin menanganinya sendiri.

Aku telah membayangkan kalau akulah yang akan bertarung melawan Ray. Aku telah memberitahunya bahwa “itu barat.” Jika, saat rencana ini dimulai, dia ingat dengan nama klan-ku, dia tentu saja akan menyadari bahwa perkataanku itu mengandung makna yang lebih dalam.

Alasan kenapa aku mengatakannya kepadanya adalah keraguanku sendiri. Satu hari bersamanya sebagai rekan telah cukup untuk membuatku tau bahwa dia mirip denganku—seseorang yang tidak bisa mengabaikan tragedi dan menganggap kehidupan di dunia ini sama berharganya dengan di dunia nyata.

Di dalam rencana ini, aku telah memilih untuk menjadi orang yang membawa tragedi, dan aku membongkar sebagian dari rencana itu kepadanya tepat karena aku tau kalau dia akan mencoba menghentikannya. Meskipun aku adalah bagian dari tragedi, aku merasa cukup bersalah untuk mencoba dan membantu menghentikannya.

Aku mempercayakan keraguanku—keinginanku untuk menghentikan tragedi ini—kepadanya.

Aku telah membuatnya mewakili perasaan ini, untuk melihat sisi mana yang akan menang.

Aku sepenuhnya sadar bahwa itu sama saja dengan menggunakannya untuk berjudi. Apa yang telah kulakukan memang melenceng, egois, dan buruk, tapi itu adalah sesuatu yang terpaksa kulakukan.

Setelah berbicara kepadaku, Franklin melewati gerbang barat dan pergi keluar. Tidak akan butuh waktu lama sampai dia mulai bertarung dengan Royal Guard.

Memalingkan pandanganku dari hal itu, aku mencoba melakukan yang terbaik untuk mengabaikan hasil yang tak dapat dihindari dari pertarungan itu.

Dan sesaat kemudian, dia akhirnya tiba.

***

Paladin, Ray Starling

Kata yang tepat untuk mendeskripsikan pemandangan yang ada di hadapanku adalah “neraka.”

Ada banyak patung es berserakan di seluruh jalanan membuatnya agak mirip dengan festival salju yang kukunjungi saat masih kecil, tetapi fakta bahwa mereka adalah manusia asli yang membeku membuat reaksiku beda jauh dengan rasa gembira yang kumiliki pada saat itu.

Mereka semua memiliki tato di tangan kiri mereka, yang berarti mereka semua adalah Master, sama sepertiku. Biasanya, pemandangan itu akan membuatku merasa ketakutan. Namun, aku sudah melihat humanoid beku sama seperti ini kemarin, jadi aku sudah agak terbiasa dengan hal itu.

Tanpa mengatakan apapun, aku melihat papan penanda yang ada di dekatnya.

“’Tidak ada Master yang boleh melewati tanda ini’?” Nemesis membacanya, suaranya bergema di kepalaku. “Kurasa ini adalah sebuah peringatan.”

Kemungkinan besar iya. Dan kurasa patung es ini adalah apa yang terjadi kepada para Master yang mengabaikannya, pikirku.

Tapi, sebagian diriku percaya bahwa itu bukanlah sebuah peringatan. Aku merasa kalau itu memiliki makna “Aku tidak bisa dan tidak mengizinkan kalian lewat, jadi tolong, menjauhlah.” Namun, aku mungkin menganggapnya begitu karena aku tau siapa orang yang menciptakan neraka yang ada di hadapanku.

Arti dari penanda ini berkebalikan dengan dirinya yang mengundangku kemari, tapi aku merasa kalau dia sepenuhnya menyadari hal itu.

“Apakah kau mau aku datang atau tidak… Hugo?” panggilku.

“… Aku sendiri juga tidak yakin, Ray.” Di tengah neraka itu berdiri sebuah sosok mekanik, setinggi hampir lima meter dan memakai armor beku berwarna kebiruan. Masing-masing tangannya memegang pedang es yang mirip dengan salib.

Entitas yang memiliki penampilan keseluruhan seperti gereja es tidak lain adalah Embryo Type Maiden with Chariot yang bernama Cocytus, sementara Master-nya adalah pria yang menemaniku mengalahkan Gouz-Maise Gang, Hugo Lesseps. Aku dan dirinya kembali bertemu tadi sore dan berpisah dengan akrab.

Nadanya sekarang sangat berbeda dibandingkan dengan saat itu atau kemarin. Seolah-olah dia merasa sangat khawatir.

“Dimana Franklin… ketua klan-mu?” tanyaku.

“Diluar gerbang,” jawabnya. “Saat ini, dia… sedang bertarung melawan Royal Guard.”

“Hh…!”

Rekan-rekan Liliana bertarung melawannya? Pikirku.

Itu jelas tidak aneh. Franklin telah menculik tuan putri, jadi sudah pasti mereka pergi untuk menghadapinya. Jika itu berarti melindungi apa yang berharga baginya, Liliana akan mengabaikan semua bahaya, tidak peduli seberapa besar bahaya itu. Aku telah mengetahui sifatnya itu sejak hari pertamaku di Infinite Dendrogram.

“Jika memang begitu, kami akan lewat,” kataku.

“Kau boleh lewat, tapi aku tidak bisa mengatakan hal yang sama pada temanmu,” katanya sambil membuat Magingear-nya menunjuk ke arah Rook dan tiga gadis yang ada di belakangnya. “Itulah peranku di sini.”

Tunggu… “Kau boleh lewat?” Apa? Pikirku. “Kenapa aku diizinkan?”

“Aku bukanlah orang yang memutuskan hal itu. ‘Dia…’ sang boss… ingin bertarung denganmu secara langsung.”

Aku tercengang. Franklin ingin bertarung dengan… ku? Tapi satu-satunya hubungan diantara kami adalah obat telinga anjing yang dia berikan kepadaku kemarin. Belum lagi aku adalah Newbie dan ada banyak orang yang lebih kuat dariku, jadi… kenapa dia memilihku?

“Kenapa?” tanyaku.

Hugo tidak mengatakan apapun. Mungkin dia juga tidak mengetahui alasannya.

“… Yang penting kau boleh lewat,” katanya. “Jika kau ingin menghentikannya dan menyelamatkan tuan putri… maka pergilah.”

Hugo kemudian bergerak kesamping, membuka jalan untukku.

Jika aku pergi, itu berarti aku akan meninggalkan Rook dan yang lain, belum lagi bahwa…

“Pergilah, Ray,” kata Rook, seolah-olah dia mengetahui apa yang kupikirkan. Tentu saja, dia memang mengetahuinya, karena itulah dia mengatakan hal itu.

“Kau terganggu oleh dua hal di saat bersamaan… dengan apa yang terjadi di sini dan diluar gerbang, kan?” lanjutnya. “Kalau begitu kau harus segera pergi. Aku akan menggantikanmu melawan orang ini.”

“Rook…”

Dia benar-benar mengetahui pertanyaan yang menggangguku saat ini: “Apakah aku harus benar-benar pergi dan meninggalkan Rook serta para gadis itu di sini?” dan “Apakah aku bisa mengabaikan Hugo saat dia berada dalam keadaan goyah seperti itu?”

“Sudah jelas bahwa dia adalah teman yang bertarung bersamamu kemarin,” lanjut Rook. Dia menatap langsung ke arahku. “Aku tau bahwa kau penasaran kenapa dia ambil bagian dalam hal ini, dan aku tau kalau kau ingin berbicara dengannya. Dan tepat karena aku mengetahui itu semua makanya aku mengatakan kalau kau harus pergi. Jika kau tidak datang tepat waktu, kau pasti akan menyesalinya selamnya. Itulah sebabnya aku menyarankan agar kau pergi mengejar Franklin.”

“… Terima kasih, Rook… Aku serahkan dia kepadamu,” kataku.

“Kau bisa mengandalkanku!” jawabnya saat aku memegang tali kekang Silver dan berbalik ke arah gerbang.

Sambil menghadapi neraka beku di hadapanku, aku sedikit khawatir kalau aku akan membeku seperti yang lainnya, tapi setelah memasukinya, aku menyadari kalau kekhawatiranku itu sia-sia, karena itu bahkan tidak membuatku kedinginan sedikitpun.

Dan dengan begitu, aku menunggang Silver ke arah gerbang, tapi kemudian…

“Hugo,” kataku.

“… Ray,” dia berbicara melalui speaker dengan suara yang tidak mengandung keyakinan, seolah-olah dia mengeluarkan itu setelah melalui banyak keraguan.

Mengikuti kesunyian sejenak, dimana dia mungkin sedang memikirkan tentang apakah dia harus mengatakannya atau tidak, Hugo melanjutkan perkataannya.

“Maaf karena mengingkari perkataanku… tapi bisakah kau bertarung denganku? Hanya sekali pertukaran serangan penuh saja sudah cukup.”

Aku tidak tau apa yang sedang terjadi di pikirannya, dan aku tidak tau kenapa dia memutuskan untuk mengatakan hal itu, tapi tidak butuh waktu lama bagiku untuk memberikan jawabanku.

“Baiklah,” aku mengangguk dan mengacungkan Nemesis dalam bentuk greatsword-nya. “Ada banyak pertanyaan yang ingin kuajukan dan banyak hal yang ingin kukatakan kepadamu, tapi untuk saat ini, aku hanya akan mengungkapkannya dengan sebuah serangan.”

“… Merci.” Katanya saat aku dan robotnya berdiri saling berhadapan.

Ada jarak sekitar 15 metel di antara kami. Dengan diriku yang menunggangi Silver dan Hugo yang mengendarai Magingear, jarak itu sama saja tidak ada di sana.

Aku segera mulai berlari ke arahnya, mencoba untuk melewati bagian samping Magingear-nya.

“Motor Slash!” teriak suara dari speaker saat robot itu mengayunkan pedang-salib di tangan kanannya ke arahku dengan seluruh kecepatan yang dia miliki.

Magingear dikatakan setara dengan seekor Demi-Dragon, dan itu adalah sebuah serangan yang mengandung seluruh kekuatan dan berat sebuah robot. Itu lebih membuatku takut daripada serangan Demi-Dragon Worm itu, dan aku tau kalau itu bisa membelahku dengan mudah jika itu mengenaiku.

“Counter Absorption!” Seru Nemesis, mencegah hal itu terjadi menggunakan barrier cahaya.

“Vengeance is Mine!” Tambahku, mengikutinya dengan sebuah serangan balasan dari pedangku. Serangan itu menghancurkan armor beku milik Magingear itu dan membengkokkan rangka dalamnya.

Dan dengan sebuah pertukaran serangan itu, pertarungan kami berakhir dan kami bertukar posisi.

Sambil membelakanginya, aku berlari ke arah luar pintu gerbang, mempercayakan temanku… kepada teman lainnya.

***

Anggota Triangle of Wisdom, High Pilot, Hugo Lesseps

Setelah pertarungan sesaat kami, aku melihat Ray pergi keluar gerbang.

Pertarungan itu berakhir dengan Ray yang sama sekali tidak terluka dan tangan kanan Marshall II R yang rusak cukup parah. Jika hanya itu yang dipertimbangkan, itu akan menjadi kekalahanku. Namun, aku baru saja mengambil sesuatu yang penting baginya…

“Jadi dia menggunakannya…” gumamku.

Counter Absorption.

Itu adalah skill defensif unik milik Nemesis. Meskipun sangat kuat, Ray mengatakan kepadaku bahwa skill itu memerlukan stock saat digunakan. Jika stock itu telah habis selama pertarungannya melawan Gouz-Maise, jumlah yang dia stock ulang saat ini adalah satu. Dan aku membuatnya menggunakannya padaku.

Bagi Ray, yang hendak melawan “dia,” itu adalah kerugian yang tak dapat dia abaikan. Aku meminta Ray untuk bertarung serius karena aku percaya kalau dia akan melakukan hal itu.

Apa yang kulakukan barusan tidak lain adalah pengkhianatan terhadap seorang teman yang—meski hanya sehari—telah bertarung di sisiku. Aku mengirimnya ke kematian yang pasti dan bahkan memotong satu-satunya harapan hidupnya.

Meskipun itu adalah sebuah pilihan pahit yang harus kubuat, aku tetap harus melakukannya.

Bagaimanapun, aku tidak bisa membiarkan musuh”nya” lewat begitu saja.

Aku tidak bisa diam saja saat Ray menuju kesana dengan semangat lakukan atau mati dan tekad tanpa batas. Itu adalah sesuatu yang kulakukan karena aku mencoba memukul segalanya—perasaanku, dosaku, dan peranku sebagai bawahan.

Oh… serius… kenapa aku begitu…?

“Bagimu, itu adalah… Nh?!” Cyco angkat bicara, tapi sebelum dia selesai, sebuah hantaman tiba-tiba memotong perkataannya.

Hal itu disebabkan oleh serangan serudukan dari Tri-Horn Demi-Dragon dan serangan tambahan dari Master yang menunggangi-nya—teman Ray.

“Maafkan aku,” katanya. “Kau kebetulan memiliki banyak celah.”

Saat aku mencoba memperbaiki postur robotku, sang Master, Tri-Horn, dan succubus—kemungkinan adalah Embryo-nya—terus melanjutkan serangan mereka. Tidak ada keraguan atau rasa belas kasihan pada serangannya, membuktikan bahwa dia akan mengakhiri ini dengan sebuah serangan kejutan jika aku mengizinkannya.

“Kau sangat tidak adiiil,” kata Cyco.

“Wah itu tidak benar,” jawabnya. “Aku sudah mengatakan bahwa akulah yang akan bertarung denganmu. Bukan salahku kalau kau malah melamun.”

“Heh heh,” aku tertawa kecil. “Bagi seseorang yang tampaknya adalah teman Ray, kau jelas-jelas berbeda dengannya.”

Jika Ray adalah orang yang agak tidak masuk akal, tidak bijaksana, dan berwajah satu, orang ini memiliki akal dan perhitungan sampai ke intinya.

Ekspresi yang dia tunjukkan padaku benar-benar berbeda dengan yang dia tunjukkan pada Ray. Ekspresi itu dingin, dan sama sekali tidak berisi senyuman, digabungkan dengan bentuk wajahnya yang tampan, membuatnya terasa agak menakutkan.

Aku merasa bahwa dia menyesuaikan kesan yang dia berikan kepada orang lain, sama seperti apa yang kulakukan saat memainkan peran ksatria. Namun, topengnya tampak jauh lebih tebal dariku.

“Mungkin saja,” katanya. “Itu mungkin alasan kenapa aku begitu menghormati Ray. Ah, kesampingkan itu…”

Masih duduk di punggung Demi-Dragon miliknya, Master itu, Rook, menatapku dengan mata paling dingin yang pernah kulihat… sangat mirip dengan yang diperlihatkan kakakku pada hari itu.

“… Kurasa aku membencimu,” lanjutnya, perkataannya membuatku kebingungan.

Sound Collection kemudian menangkap gumaman succubus itu—kemungkinan yang Embryo-nya—, “Ini adalah pertama kalinya Rook berkata seperti itu kepada seseorang.”

“… Heh,” tawaku. “Dibenci di pertemuan pertama. Itu benar-benar sesuatu.”

“Mungkin saja,” jawabnya. “Tapi kau menjijikkan. Kau begitu bimbang dan sombong sampai-sampai kau mengingatkanku pada seseorang tertentu.

“Omong kosong tidak masuk akal…”

“Benarkah?” Tatapannya memiliki cukup kekuatan untuk membuatku tau bahwa dia benar-benar yakin akan sesuatu. Seolah-olah dia menyadari bahwa aku memalingkan mataku pada banyak hal dan tidak bisa yakin pada segala hal.

“… Aku tidak tau apa maksudmu,” kataku. “Tapi meski begitu, aku akan membuatmu membeku di tempatmu berdiri.”

Aku memperbaiki postur robot-ku, mendorong Tri-Horn itu menjauh menggunakan armor-ku, dan membuat sedikit jarak di antara kami.

“Aku tidak bisa mengizinkan satupun Master selain ‘dia’ dan Ray melewati gerbang ini,” lanjutku. “Sebagai anggota Triangle of Wisdom dan sebagai duri yang melindungi dirinya… aku akan memberikan segalanya pada pertarungan ini.”

“Baiklah,” jawabnya. “Kalau begitu aku akan menggunakan semua yang kumiliki untuk mengalahkanmu dan melewati gerbang itu. Aku akan melakukan ini sebagai teman Ray… dan sebagai diriku sendiri.”

Berdiri di atas Demi-Dragon itu bersama dengan succubus yang ada di sampingnya, dia menghadap ke arahku.

Setelah terdiam dan saling bertukar tatapan untuk sesaat, aku akhirnya angkat bicara. “High Pilot: Hugo Lesseps, dan Embryo: Cocytus.”

Ini adalah sebuah ritual. Aku akan mengalahkan teman Ray dan mencegahnya menodai tujuannya. Ini adalah ritual untuk tujuan itu… dan sebuah “duel.”

“Pimp: Rook Holmes, Embryo: Babylon, dan minion: Marilyn dan Audrey.” Dia menanggapi dengan cara yang sama.

“Saatnya pertarungan ini…” aku mengatakan itu sebelum menarik nafas.

“… kita mulai!” kami berdua mengatakan itu

Duel dimulai.

PREV | Table of Content | NEXT


Jika kalian menemukan kesalahan pengetikan atau kesalahan penerjemahan jangan ragu untuk memberikan komentar di bawah postingan ini atau di FP Facebook.

2 Comments Add yours

  1. ray starling says:

    Ada kekeliruan dalam pengetikan kata “metel” silahkan di cek.

    Like

  2. ray starling says:

    Bagaimana hasilnya duel si jenius strategi melawan hugo!!!

    Like

Leave a comment