Genjitsushugisha no Oukokukaizouki Volume 8 Chapter 7

Volume 8
Chapter 7 – Masak dan siap dihidangkan

Penerjemah : Zen Quarta
Editor : –
Sumber English : J-Novel Club

Larut malam, saat hari hampir berganti…

Bulan sembunyi dibalik awan, membuat suasana terasa gelap gulita.

Ditengah kegelapan itu, terdapat delapan orang, Aku, Aisha, Roroa, Halbert, Kaede, Ruby, dan Julius, berdiri didekat api unggun disalah satu sisi dinding kota.

Sambil diterangi oleh api merah yang berkobar, aku menyerahkan surat yang kutulis kepada Aisha. “Kirim ini kepada Hakuya di Istana Parnam.”

“Baik.”

Aisha menerima surat itu, mengikatnya pada seekor kui pengirim pesan yang dia bawa, dan menerbangkannya. Kui pengirim pesan itu terbang ke selatan menembus langit malam.

“Surat?” tanya Julius, yang kujawab dengan anggukan.

“Surat untuk perdana menteri yang kami tinggal di istana kerajaan, memberitahukan situasi kami dan kondisi tempat ini kepadanya. Jika ada puluhan ribu lizardman diseberang Dabicon, kami masih memerlukan sedikit persiapan setelah bala bantuan tiba. Aku yakin Hakuya akan memikirkan rencana yang sesuai dengan situasi kita dan menyerahkannya kepada Ludwin, komandan utama dari pasukan bantuan.”

“Begitu…” Julius mengangguk. “Kalau begitu kita akan menyerahkan seluruh perencanaannya kepada Perdana Menteri Berjubah Hitam.”

“Apakah aku memalukan? Karena aku menyerahkan semuanya kepada orang lain?”

“Kau terlalu memikirkannya. Aku tetap kagum padamu.” Julius tersenyum kecut, dan kemudian menghela nafas kecil. “Di bekas Kadipaten Amidonia, pendapat penguasa adalah hal yang absolut. Penguasa memimpin tanpa keraguan, dan para bawahan mengikutinya tanpa komentar, tak peduli apakah keputusannya benar atau salah. Mungkin itulah… yang menciptakan jarak diantara kami dan dirimu. Meskipun sudah terlambat, sekarang aku merasa bisa memahami kenapa ayah bisa kalah.”

“Kakak…” Roroa menunjukkan tatapan khawatir padanya.

Julius tertawa. “Roroa, kau dan tunanganmu adalah musuh yang merepotkan bagiku. Namun, sekarang aku memiliki musuh yang merepotkan itu disisiku. Tidak ada hal lebih menjanjikan dibanding hal itu, kan?”

“Bagiku… aku tak pernah merasa bahwa dirimu yang lama adalah musuh yang merepotkan.”

“Benarkah…”

“Tapi aku tidak mau bertarung dengan dirimu yang sekarang. Kau kelihatannya jauh lebih tangguh dari sebelumnya.” Roroa tersenyum. Rasanya seperti ada es yang mencari diantara mereka.

Mengingat pergolakan mereka sebelumnya, sulit untuk mengatakan apakah mereka bisa menerima satu sama lain, tapi sepertinya untuk saat ini mereka tidak akan saling membenci tanpa alasan yang jelas.

Melihat mereka berdua, aku bisa merasakan berkurangnya rasa bersalah karena telah memisahkan Roroa dari keluarganya.

Itulah sebabnya… tak peduli apapun yang terjadi, aku harus melindungi negara ini.

Aku meletakkan tangan dibahu Naden. “Baiklah, bisakah kita pergi sekarang, Naden?”

“Baik.” Naden mengangguk, dan kemudian, dalam sekejap, dia berubah ke dalam bentuk ryuu.

Saat aku menaiki Naden, Aisha bergegas ke arah kami dengan ekspresi khawatir. “Sepertinya, saya tetap khawatir membiarkan kalian berdua pergi sendirian, Yang Mulia! Saya harus ikut dengan anda…”

“Seperti yang kujelaskan sebelumnya, mobilitas dan deteksi musuh adalah faktor penting untuk rencana yang hendak kita lakukan. Akan lebih efisien jika aku dan Naden pergi sendirian. Jika kami membawa penjaga, kami akan terlalu mencolok. Kami akan pergi dan pulang dengan cepat, jadi jangan khawatir.”

“Meski anda berkata demikian, tapi… saya tetap merasa khawatir.”

Aisha masih menunjukkan ekspresi khawatir, jadi aku tersenyum ke arahnya. “Kita harus melakukan apa yang kita bisa untuk melalui situasi ini. Aku sudah membuat para bawahanku bekerja keras, jadi aku juga harus melakukan apa yang kubisa. Tidak masalah. Jika ada hal yang salah, aku yakin Hal dan yang lain pasti akan datang menyelamatkan kami.”

Hal memukul dadanya dengan bangga. “Ya. Jika kau mendapat masalah, kami akan menarikmu keluar dari sana. Benarkan, Ruby?”

“Benar. Naden, pastikan kau juga melindungi suamimu dengan benar.”

“Aku akan melakukannya tanpa harus kau beritahu.” Naden mengangguk dalam bentuk ryuu nya.

Aku menepuk kepalanya dan berkata, “Baik, ayo berangkat, Naden!”

“Baiklah!”

Aku dan Naden lepas landas dari dinding kota dan menari di langit malam.

Naden terbang di ketinggian yang tak bisa dicapai monster bersayap. Cara Naden terbang di langit sangat senyap, dan warnanya yang hitam membuatnya bisa dengan mudah membaur dikegelapan malam.

Aku tidak merasa dingin karena aku dilindungi oleh kekuatan sihir Naden, tapi suara angin yang kudengar sangatlah kuat, sehingga aku bisa membayangkan kalau kami berada di tempat yang sangat tinggi.

Naden memutar lehernya yang panjang dan menatapku. “Souma.”

“Aku tau. Aku sedang mencarinya sekarang.”

Aku menutup telingaku agar tidak terganggu oleh suara angin, dan kemudian berkonsentrasi.

Aku sedang menggunakan kemampuanku, Living Poltergeist untuk mengendalikan enam buah tikus kayu, dan membuat mereka mencari di darat. Di darat, monster mirip chimera sedang memakan bangkai lizardman yang telah terbakar kering akibat bombardir yang dilakukan kavaleri wyvern.

Dalam pemandangan yang membuat mereka terlihat seperti setan kelaparan, aku bisa mendengar erangan monster dan suara gigitan saat mereka dengan rakus memakan bangkai lizardman. Pemandangan yang menjijikkan itu mengalir ke dalam kepalaku, menyebabkanku merasa ingin muntah, tapi entah bagaimana aku bisa menekan perasaan itu dan melanjutkan pencaarian.

Aku mengamati daratan dengan seksama dari ketinggian yang tak dapat dicapai para monster untuk menghindari serangan kejutan.

Dari semua orang yang ikut dalam ekspedisi ini, hanya aku dan Nadenlah yang bisa melakukan tugas ini. Aku selalu menyerahkan tugas yang tak dapat kutangani kepada orang yang bisa menanganinya. Jadi, setiap kali ada hal yang bisa kulakukan, aku harus proaktif dalam melakukannya, atau aku tidak akan menunjukkan contoh yang baik kepada para bawahanku.

Sekarang bukan saatnya untuk ketakutan. Aku harus cepat-cepat menemukannya.

Saat aku sibuk dengan tugasku, Naden menatapku dengan khawatir. “Kau baik-baik saja? Jangan terlalu memaksakan diri…”

“Aku baik-baik saja… Ketemu!” Aku segera memberi perintah kepada Naden. “Pergi sekitar 200-meter ke arah jam 3.”

“Roger.” Naden mengarungi langit sesuai perintahku sampai dia mencapai titik itu. Kemudian, setelah memastikan sekali lagi, aku memberikan aba-aba kepada Naden untuk melakukannya.

“Baik, lakukan seperti yang kita bicarakan sebelumnya.”

“Baiklah! Pegangan erat-erat.”

Setelah mengatakan itu, Naden menikuk tajam ke daratan.

“Urgh…”

Aku merasa seperti sedang menaiki roller coaster. Sihir Naden seharusnya bisa mengurangi kekuatan angin secara drastis, tapi aku masih merasa seperti akan terlempar ke belakang. Seharusnya sekarang aku sudah terbiasa terbang bersama Naden, tapi tukikan tiba-tiba ini benar-benar menakutkan.

Daratan segera terlihat di depan kami. Aku bisa dengan jelas melihat mata para monster di darat yang bersinar karena memantulkan cahaya bulan.

Sebelum mata itu bisa berpaling ke arahku, aku memberi perintah. “Lakukan sekarang! Naden!”

“Unahhhh!”

Surai putih yang Naden miliki dalam bentuk ryuu tegak dan kilatan listrik berwarna ungu muncul dari kedua kumisnya. Kemudian…

Roarrrrr!

Naden meraung dan melepaskan serangan listrik besar ke arah darat.

Kilatan cahaya yang tiba-tiba itu membutakan, dan suara ledakan besar yang mengikutinya mengguncang perutku. Serangan kekuatan penuh Naden membakar para monster di titik serangannya, dan melumpuhkan monster dalam area yang lebih luas lagi.

Naden mendarat di dekat titik serangannya. “Baiklah, Souma. Cepatlah.”

“Aku tau.”

Aku mempersiapkan crossbow yang kubawa, dan menembakkannya ke arah target. Anak panah yang kutembakkan melesat lurus, dan menusuk monster kecil yang menjadi targetku.

“Kerja bagus,” kata Naden, terdengar kagum. “Tidak buruk juga, kau bisa mengenainya dalam sekali percobaan.”

“Guru bela diri pribadiku sudah menanamkan dasar-dasarnya kepadaku, dan menurutnya crossbow adalah senjata yang paling kukuasai,” kataku. “Meskipun dia marah karena level kemampuanku hanya setingkat prajurit biasa pada bidang lainnya.”

“Jika hanya menembak, bahkan anak kecilpun bisa melakukannya,” katanya.

Ya… Meskipun malu untuk mengakuinya, apa yang dia katakana memang benar. Kemampuan berpedangku hanya sekelas amatir, dan meskipun sama-sama dalam bidang menembak, aku tidak bisa mengenai target jika menggunakan panah.

Jika ada hal lain yang bisa kubanggakan… maka itu adalah berenang. Kemampuan berenangku bahkan lebih baik dari Owen, tapi menang dari pak tua berumur 60 tahun adalah hal yang tak bisa dibanggakan. Meskioun Owen merasa sangat frustrasi karena hal itu sih.

Karena suasanya menjadi agak canggung, aku meraih tali yang kuikat di pinggangku. Tali ini adalah sutera, yang digunakan sebagai pengganti karet. Sutera ini kuat, lentur, dan tidak mudah putus, dan di ujung tali ini adalah anak panah yang baru saja kutembakkan.

Saat tali itu kutarik, monster yang menjadi sasaranku juga ikut tertarik. Untungnya, aku tak bisa merasakan pergerakan monster itu maupun tanda-tanda kalau talinya terlepas.

Setelah memastikan hal itu, aku meletakkan tanganku dipunggung Naden dan berkata, “Baik, ayo pulang, Naden. Kita tak perlu berlama-lama disini.”

“Roger!”

Sebelum para monster berkumpul, Naden melesat ke langit.

Dengan tubuh monster mati menggelantung dibawah kami, kami langsung pergi ke tempat rekan-rekanku telah menunggu.

Saat Naden kembali ke bentuk manusia dan mendarat di dinding bersamaku, Roroa dan Aisha bergegas menghampiri kami.

“Selamat datang, Darling. Bagaimana hasilnya?”

“Syukurlah kalian berdua baik-baik saja,” kata Aisha dengan lega. “Kalian tidak terluka, kan?”

“Kami baik-baik saja. Tidak ada satupun dari kami yang terluka, semuanya berjalan lancar.” Aku menepuk kepala mereka dengan lembut.

Naden, sambil menunjukkan ekspresi cemburu, juga menjulurkan kepalanya ke arahku, jadi aku juga mengusap-usap rambutnya.

“Kerja bagus tadi, Naden. Serangan petir yang menakjubkan.”

“Heheh, tentu saja.” Naden membusungkan dadanya dengan bangga.

Saat kami sedang bermesraan, Julius dan yang lain menatap kami dengan putus asa.

Julius menepuk bahu Roroa untuk memintanya mundur, lalu berdiri dihadapanku dan berkata, “Maaf menyela, tapi aku ingin memastikan apa yang kalian tangkap.”

“… Ini.” Aku melempar monster yang kutangkap ke bawah obot penjaga.

Monster itu hanya seukuran kambing, dengan tubuh bersisik yang terlihat mirip seperti gambar tsuchinoko yang pernah kulihat di dunia lamaku. Ada sayap dipunggungnya, dan dia memiliki kepala datar, tapi tak diragukan lagi kalau itu adalah kepala ular. Jika harus kudeskripsikan, maka aku akan menyebutnya tsuchinoko bersayap.

Aku menatap semua orang, lalu berkata.

“Mungkin ini adalah monster yang katanya pernah dimakan oleh Jeanne-dono.”

Sebelum fajar, di dalam menara di dekat istana…

Tempat ini hanya menerima sedikit sinar matahari saat siang hari, dan gelap gulita saat malam hari, tapi saat ini ada api unggung yang terbakar di lantai batunya, menyinari sel dimana lizardman ditahan.

Ada lima orang yang berada di sekitar api unggung: Aku, Aisha, Roroa, Julius, dan Tomoe. Itu karena jika ada terlalu banyak orang, lizardman itu mungkin akan ketakutan.

“Ok… Mari kita mulai,” kataku.

Aku mengeluarkan daging monster bersayap (yang selanjutnya akan disebut tsuchinoko terbang agar lebih mudah). Terdapat tongkat besi yang ditancapkan pada mulut sampai ekor tsuchinoko terbang itu. Itu adalah alat yang digunakan untuk memasak daging di atas api.

Tsuchinoko itu diletakkan pada dua buh besi berbentuk Y yang diletakkan dimasing-masing sisi api unggung. Saat aku mulai memutar pegangannya, tsuchinoko terbang itu mulai berputar dan terpanggang sampai matang.

Tidak ada hal khusus yang dilakukan pada tsuchinoko terbang itu. Kami tidak mengulitinya, dan tidak menambahkan bumbu apapun; kami hanya memanggangnya begitu saja. Kami tidak memanggangnya untuk dimakan, itu murni hanya untuk mengajari lizardman cara untuk memasak daging monster dan memakannya, jadi begini saja sudah cukup.

Karena terus-menerus terkena api, bulu monster itu terbakar, dan lemak menetes dari tubuhnya. Tetesan lemak itu membuat api jadi semakin membara, jadi kami dengan hati-hati mengendalikannya menggunakan air.

Aroma daging bakar mulai memenuhi ruangan.

“Kau ahli dalam hal itu…” kata Julius saat melihatku memasak monster. “Mungkin kau lebih menjadi seorang koki dari pada raja.”

“Hahaha… Aku tak bisa membantahnya.”

“Tidak, tidak, Darling. Bukankah seharusnya kau membantahnya?” kata Roroa dengan putus asa.

Tidak peduli pekerjaan apa yang dia sarankan, aku mungkin lebih cocok padanya daripada menjadi raja, tapi… yah, untuk saat ini aku hanya perlu fokus untuk memasak monster ini.

Aku memanggil Tomoe dan berbisik padanya. “Jadi? Apakah Lizardman itu memperhatikan kita?”

“Y-Ya, Kakak. Lizardman itu tak bisa mengalihkan pandangannya,” jawab Tomoe, juga sambil berbisik.

Masih jadi rahasia kalau Tomoe bisa berbicara dengan monster dan iblis, jadi aku tidak ingin Julius mengetahuinya.

Lalu, dengan agak takut, Tomoe menatap Lizardman itu. “Baru sampai beberapa saat lalu, dia hanya melihat kita sebagai makanan. Tapi sejak aroma daging bakar memenuhi udara, dia hanya melihat monster yang dibakar itu. Aku mendengar, “Aku ingin memakan daging itu.”

Clang!

Seakan untuk mendukung pendapat Tomoe, lizardman itu memegangi jeruji, dan memasukkan  mulutnya ke sela-sela jeruji itu.

“Eeek!” Terkejut oleh suara lizardman yang menabrakkan dirinya ke jeruju besi, Tomoe lari dan bersembunyi di belakang Aisha.

Sepertinya kami bisa menarik perhatiannya…

Daging itu perlahan mulai matang. Lemak yang meneter ke dalam api mengeluarkan suara mendersis, dan meskipun memiliki penampilan seperti ular, daging itu mulai terlihat lezat.

“Kak Ai, kau ngiler,” kata Roroa.

“Oops… maaf.” Aisha mengusap mulitnya.

Ini pasti jadi semacam siksaan bagi elf yang selalu lapar itu. Jika kami punya makanan lebih, aku akan membuatkan makanan untuknya…

“Baik… sepertinya ini sudah cukup,” kataku.

Aku melihat daging monster itu dari bawah untuk memastikan apakah itu sudah cukup matang. Bagaimanapun, ini adalah pertama kalinya aku memasak tsuchinoko terbang, jadi aku tidak tau tingkat kematangan sempurnanya, tapi aku merasa kalau ini sudah cukup baik. Aku mengangkat tsuchinoko terbang itu dari atas api.

“Matang dan siap disajikan!”

“Kenapa kau jadi begitu semangat?” kata Julius dengan putus asa.

“Nah, aku hanya merasa ingin mengatakannya…”

“Huh?” Julius menatapku dengan ekspresi tidak paham. Itu adalah reaksi yang wajar.

Aku kembali memusatkan pikiranku, meletakkan tsuchinoko terbang itu di atas piring besar, dan menarik tongkat besinya. Itu adalah tsuchinoko terbang bakar, siap dihidangkan.

“Sekarang, mari kita lakukan uji rasa!” Aku meletakkan piring berisi daging itu di atas lantai, lalu menggunakan kayu untuk mendorongnya masuk ke dalam sel.

Saat lizardman itu menyadari bahwa daging itu semakin mendekat, dia mengulurkan tangannya ke luar sel dan mengayunkannya dengan liar. Pada akhirnya, saat piring besar itu sudah cukup dekat, lizardman itu langsung menariknya dan melahap tsuchinoko terbang itu.

… Ok, tidak hanya sedikit, tapi semuanya. Dia sama sekali tidak memperdulikan tulang saat dia mengoyak daging tsuchinoko itu.

“Dia begitu liar sampai terlihat mengerikan…”

Itu tidak terlihat seperti cara makan yang menyenangkan. Aku bisa merasakan nafsu makan, yang mulai muncul saat aku mencium aroma daging bakar tadi, mulai menghilang. Melihat sekeliling, semuanya juga mengernyitkan dahi mereka. Hanya Aisha yang tampak iri.

Aku memanggil Tomoe dan kembali berbisik padanya, “Tomoe, bagaimana reaksi lizardman itu?”

“Dia sangat gembira. Rasa laparnya akhirnya bisa sedikit berkurang…”

“Begitu… kurasa sekarang lizardman ini sudah memahami rasa daging monster.”

Bahkan di dunia lamaku, setelah binatang mengetahui rasa daging manusia, dia akan mulai menyerang kami. Lizardman ini sekarang tau bagaimana rasa daging monster, jadi dia pasti akan menyerang para monster itu.

Aku memberitahu Julius, “Dengan ini step pertama dari rencana kita telah selesai. Mari kita melanjutkan ke step kedua.”

“Kurasa selanjutnya adalah acara utama?” tanya Julius.

Aku mengangguk.

← PREV | Table of ContentsNEXT →


Jika kalian menemukan kesalahan pengetikan atau kesalahan penerjemahan jangan ragu untuk memberikan komentar di bawah postingan ini atau di FP Facebook.

Leave a comment