Genjitsushugisha no Oukokukaizouki Volume 8 Chapter 3 B

Volume 8
Chapter 3 – Pemilihan Anggota (B)

Penerjemah : Zen Quarta
Editor : –
Sumber English :
J-Novel Club

Sambil melihat wajah para perwira dan birokrat yang berkumpul di ruangan ini, aku mengumumkan nama-nama yang telah kuputuskan bersama Hakuya untuk ikut dalam ekspedisi ke Persatuan Negara Timur.

“Pertama, kita akan mengirimkan sekitar 60.000 prajurit dari Pasukan National Defense Force,” kataku.

“””Oooh…””” Terdengar seruan kagum dari orang-orang yang berada di aula.

National Defense Force milik Kerajaan Friedonia, yang terbentuk dari penyatuan Pasukan Khusus, Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara Kerajaan Elfrieden, begitu juga dengan pasukan milik Kadipaten Amidonia, memiliki total prajurit sekitar 130.000.

Itu berarti kami akan mengirimkan hampir dari separuh pasukan kami, jadi tidak heran jika orang-orang yang berada di aula ini merasa kagum. Faktanya, ini akan menjadi operasi militer pertama kami sejak peperangan dengan Amidonia.

“Aku sendiri juga akan ikut dalam pasukan ini, “ kataku. “Karena itu, aku akan menjadi komandan utama dari pasukan bantuan ini, tapi komando secara langsung akan diberikan oleh Wakil Komandan National Defense Force, Ludwin. Selain itu, Komandan Utama National Defense Force, Excel, akan tetap berada di negara ini, dan saat aku sedang pergi, dia akan bertanggung jawab untuk mempertahankan negara ini. Kurasa itu tidak akan jadi masalah. Benarkan, kalian berdua?”

“Ya, Yang Mulia! Seperti yang anda perintahkan!” kata Ludwin.

“Selama anda absen, saya akan mempertahankan negara ini dengan nyawa saya,” tambah Excel.

Ludwin dan Excel sedang berlutut di hadapanku, dan keduanya membungkukkan kepala mereka secara bersamaan.

Aku mengangguk, lalu memanggil Marsekal Angkatan Udara yang sedang menunggu di samping mereka. “Tolman!”

“Ya, Yang Mulia.”

“Pengerahan pasukan ini akan berbeda dengan operasi militer dalam negeri. Di dalam negeri, kita bisa segera mengirimkan pasukan dan pasokan lainnya ke berbagai tempat dengan jalur transportasi dan rhinosaurus, tapi hal itu akan mustahil di lakukan di wilayah Persatuan Negara Timur. Karena itu, kita akan membagi separuh dari Angkatan Udara untuk membawa keperluan perang. Poncho!”

“Y-Ya! Saya disini!” Poncho bergegas ke depan dan berlutut saat namanya dipanggil.

“Dalam kesempatan ini, aku menugaskanmu untuk mengatur suplai, yang sebagian besar merupakan makanan untuk pasukan kita. Bekerjasama lah dengan Tolman dan pastikan bahwa suplai itu bisa sampai ke pasukan tanpa hambatan.”

“S-Saya akan memastikannya, ya!” kata Poncho dengan tegas, dan menerima tugasnya.

Aku menerima laporan bahwa hanya dengan meminta Poncho, yang dijuluki sebagai Ishizuka yang Dewa Makanan oleh rakyat kerajaan, sebagai orang menangani suplai makanan sudah cukup untuk meningkatkan moral pasukan, jadi aku telah memerintahkan Poncho untuk mempelajari pengelolaan jalur suplai saat dia sedang berada di Venetinova.

Dia masih awam dalam hal itu, tapi sebagian besar komando akan dilakukan oleh para birokrat yang bekerja di bawahnya, jadi semua akan baik-baik saja. Dia hanya perlu terlihat sebagai orang yang bertanggung jawab dalam hal ini.

Aku mengangguk, lalu berbicara kepada orang-orang yang berkumpul di aula.

“Aku akan berdiskusi dengan Hakuya, Excel, Ludwin, dan Tolman untuk memutuskan tentang prajurit yang akan dikirimkan nanti. Mengesampingkan hal itu, aku akan mengumumkan penempatan para komandan untuk mengawasi negara-negara tetangga saat aku sedang pergi!”

Aku berhenti sejenak untuk menarik nafas, lalu memanggil nama mereka.

“Herman! Owen!”

“”Ya, Yang Mulia!””

Menanggapi panggilanku, keduanya menyerukan suara kuat.

Kakek Roroa, Herman, adalah seorang komandan militer. Dan Owen, adalah guru bela diri-ku, yang juga bertugas sebagai penyampai informasi bagiku.

“Aku meminta kalian untuk mengawasi Negara Tentara Bayaran Zem di barat,” kataku. “Mereka menyerukan netral, jadi kurasa mereka tidak akan menyerang negara kita. Namun, sejak peperangan terakhir, aku yakin bahwa negara itu memiliki penilaian yang buruk tentang kita, jadi mereka mungkin akan melakukan sesuatu untuk memancing kita. Tetap siaga dan lindungi rakyat yang berada di Wilayah Amidonia.”

“Baik, Yang Mulia! Serahkan hal itu kepada kami!”

“Kami masih belum mengizinkan para anak muda untuk mengungguli kami!”

Herman dan Owen memukul dada mereka secara serentak.

Para orang tua itu jauh lebih berotot dibandingkan orang lain yang seumuran dengan mereka, jadi mereka terlihat bisa diandalkan.

“Selanjutnya, mengenai persiapan terhadap Negara Suci Lunaria yang ada di barat laut… Glaive!”

“Ya, Yang Mulia!” Ayah Hal menjawab.

“Aku ingin agar kau memasuki Van dan mengawasi Negara Suci Lunaria dari sana.”

“Baik, Yang Mulia. Serahkan itu kepada saya.”

“Memang itulah yang kuharapkan. Tapi berhati-hatilah. Negara Suci tidak hanya menggunakan operasi militer; kita juga harus bersiap kalau-kalau mereka menghasut para pengikut mereka untuk melakukan pemberontakan atau menggunakan cara licik lainnya. Untuk mengantisipasi hal itu, aku akan mengirim Margarita dan Uskup Souji bersamamu. Kalian berdua, melangkahlah kedepan.”

Margarita dan Souji maju ke depan dan berlutut. Tidak seperti Margarita, yang membungkukkan kepalanya dalam-dalam, Souji berasal dari negara lain, jadi dia hanya memberikan bungkukkan kecil.

“Margarita dihormati oleh penduduk Amidonia sebagai mantan komandan militer, dan sekarang merupakan seorang penyanyi,” kataku. “Jika dia bisa menggenggam hati orang-orang di barat laut, itu akan semakin menyulitkan para petinggi Lunaria untuk menghasut mereka. Aku ingin menggunakan Uskup Souji sebagai perwakilan Negara Suci Lunaria di negara ini, untuk memutus hubungan antara para pengikut di negara ini dan di Negara Suci Lunaria. Uskup Souji, bisakah aku memintamu untuk melakukannya?”

Meskipun dia adalah seorang uskup dari Agama Lunaria, Souji memiliki sedikit kesetiaan kepada Negara Suci. Tapi pada dasarnya dia masih merupakan salah satu dari mereka, jadi, dalam hal ini, aku mengutarakannya sebagai permintaan, bukan perintah.

Jika aku memberinya perintah, orang-orang akan melihat seolah-olah Souji adalah bawahanku, dan Negara Suci mungkin akan mengucilkannya sebagai orang kafir yang lepas dari kendali mereka dan mencoba untuk mengirimkan uskup lainnya. Untuk mencegah masalah seperti itu, aku harus membuat Souji tampak seperti berada di pihak mereka di publik.

“Ya ampun. Sepertinya saya tidak punya pilihan lain…” Souji mengangkat bahunya sambil tersenyum kecut. “Setelah dikirim ke negara ini sebagai uskup, saya akan sulit menerima situasi dimana para pengikut kami dan penduduk negara ini akan saling bermusuhan. Izinkan saya bekerja sama dengan anda dalam hal ini.”

“Terima kasih. Glaive, bekerja samalah dengan mereka untuk mempertahankan perbatasan negara kita dengan Negara Suci.”

“Baik, Yang Mulia. Saya akan melakukannya.”

Saat aku selesai memberi mereka perintah (dan permintaan), ketiganya mundur, dan aku menatap ke arah Excel.

“Aku yakin harus memintamu tinggal di Parnam. Pada saat itu, apakah ada orang yang bisa memerintah Pasukan Angkatan Laut, dan bersiaga terhadap Kepulauan Naga Berkepala Sembilan?”

“Kalau itu… saya yakin anda dapat meminta Castor untuk melakukannya,” kata Excel sambil membungkuk.

Nama Castor memancing bisik-bisikkan dari kerumunan. Dia merekomendasikan pria yang, meskipun itu adalah hasil dari berbagai masalah rumit yang saling bersilangan, pernah mengibarkan bendera pemberontakan padaku, jadi tidak dapat dihindari jika ada penolakan terhadap ide itu. Namun, Excel sepertinya tidak terganggu dengan suasana ruangan, dan kembali berbicara seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

“Sejak saat dia berada dibawah tahanan saya, saya telah melatihnya dengan baik. Castor juga mencoba untuk membaur dengan para pasukan, memperdalam hubungan dengan mereka, dan memenangkan kepercayaan mereka. Oleh karena itu, ada kalanya dia menjadi sedikit terlalu ‘nakal.’”

Saat Excel mengatakan hal itu, dia melirik ke arah Castor.

Pada saat itu, bahunya gemetar, dan dia memalingkan wajahnya.

Itu sama seperti reaksi anak-anak yang ketahuan melakukan sesuatu yang buruk. Apakah dia melakukan sesuatu yang membuat Excel marah?

Itu membuatku sedikit khawatir, tapi dilihat dari gaya bicara Excel sepertinya itu bukanlah hal yang terlalu penting, jadi mungkin aku bisa mengabaikannya.

Aku bertanya kepada Castor. “Castor. Kau dengar apa yang Excel katakan. Apakah aku bisa menyerahkan angkatan laut dibawah komandomu?”

“Y-ya, pak! Jika itu adalah perintah anda, saya akan melakukan yang terbaik untuk mematuhinya.” Castor membungkukkan kepalanya.

Aku mengangguk, lalu memberinya perintah. “Castor. Pimpin angkatan laut menggantikan Excel dan bersiaga terhadap Kepulauan Naga Berkepala Sembilan. Namun, batasi operasi hanya untuk menghalau kapal-kapal nelayan ilegal dan lakukan apapun yang kau bisa untuk menghindari situasi yang dapat memancing konflik bersenjata. Bagaimanapun, kita tidak bisa berperang dengan negara lain saat kita mengirimkan begitu banyak pasukan ke utara.”

“Baik, Yang Mulia! Seperti yang anda perintahkan!”

“Selain itu…” aku berjalan menuruni tangga untuk berbisik kepada Castor. “Jangan berani-berani kau menggunakan Hiryuu. Aku masih belum mau negara-negara lain menyadari keberadaannya.”

Pembangunan kapal induk Hiryuu yang bisa mengangkut kavaleri wyvern kurang lebih telah selesai. Sudah diputuskan bahwa kapal kedua, Souryuu, dan kapal ketiga, Unryuu (tentu saja aku yang menamai keduanya), akan mulai dibangun, tapi sebelum itu kami ingin menyelesaikan kapal pertama dulu. Meskipun kapal itu bisa dikirimkan dalam operasi, kami tidak bisa menggunakan kartu as kami untuk menyelesaikan masalah nelayan dan membuat negara lain menyadarinya. Menggunakan wyvern untuk mengawasi laut membuatnya semuanya menjadi jauh lebih mudah, sih.

Mungkin Castor memahami semua itu, karena dia mengangguk.

“Saya paham,” dia berbisik balik. “Saya hanya akan menggunakan kapal tradisional untuk menangani mereka.”

“Aku mengandalkanmu,” bisikku. “Oh, dan…”

Dari sana kami mendiskusikan beberapa hal lain, lalu aku kembali ke posisiku sebelumnya.

“Baiklah, Castor, aku akan mengandalkanmu.”

Saat aku mengatakan hal itu, Castor berkata, “Baik, Yang Mulia,” dan membungkuk.

Sekarang persiapan untuk bagian barat, barat laut, dan timur negara telah dibuat. Yang tersisa tinggal selatan.

“Terakhir, mengenai persiapan kita terhadap Republik Turgis…”

“Tunggu dulu, aniki!” Kuu berdiri dan memotong perkataanku.

“T-Tuan muda! Anda seharusnya tidak memotong Yang Mulia Souma saat beliau sedang berbicara!” Leporina, yang berada di sampingnya, segera menarik lengannya.

Namun, Kuu tidak memperdulikannya, dan menatap mataku sambil berkata. “Ayahku… kepala Republik Turgis, Gouran Taisei… telah mengucapkan sumpah pertemanan denganmu, bukan? Apakah kamu pikir dia akan berkhianat dan melakukan serangan?”

Bisikan kembali terdengar dari kerumunan. Pemuda itu tiba-tiba bertindak tidak sopan kepada raja, dan, disaat bersamaan, dia mengatakan bahwa dirinya adalah putra dari kepala Republik Turgis. Ada banyak orang disini yang tidak mengetahui identitas Kuu.

Untuk menenangkan mereka, aku menjawab seolah-olah tidak memperdulikan ketidak-sopanan Kuu. “Aku mempercayai Gouran-dono. Namun, sudah tugas seorang raja untuk bersiap untuk kejadian tak terduga. Selain itu, bukan hanya Gouran-dono; disana juga ada dewan tetua yang terbentuk dari pemimpin masing-masing ras, kan? Kurasa kau tidak bisa mengatakan bahwa tidak ada satupun dari ras-ras itu yang berniat menyerang negara kami tanpa sepengetahuan Gouran-dono.”

Aku mencoba menggunakan logika padanya, tapi Kuu tidak puas.

“Ayahku akan menangani orang-orang seperti itu. Gouran Taisei bukanlah pria yang dengan mudahnya mengkhianati temannya!”

“Tapi tetap saja…”

“Ookyakya, apakah kamu khawatir? Bagaimana kalau memasukanku ke dalam pasukan bantuan sebagai jenderal tamu?” Kuu menunjuk dirinya dengan jempolnya.

… Hah?

“Kenapa kau malah jadi ingin ikut denganku?” tanyaku.

“Sebagai sandera, kamu tau, sandera. Letakkan aku ditempat dimana aku bisa dieksekusi dengan segera, dan aku yakin ayahku akan mengawasi bawahannya karena takut akan kehilangan pewaris tercintanya.” Kata Kuu sambil tertawa, seolah-olah itu bukan masalah besar.

Entah kenapa… aku mulai merasa sedikit pusing.

“Apakah… kau paham dengan apa yang kau katakan?” tanyaku dengan hati-hati.

“Sudah jelas, aniki. Maksudku, kupikir ini adalah kesempatan yang bagus bagiku, tau? Aku datang ke negara ini untuk memperluas pandanganku. Bagaimanapun tidak ada banyak kesempatan bagi orang dari negara paling selatan benua ini untuk mengunjungi perbatasan Wilayah Raja Iblis!”

“Bukan berarti aku tidak paham kenapa kau ingin pergi, tapi…”

Tepat karena hanya ada sedikit kesempatan makanya aku menolak usulan Liscia untuk menyerahkan hal ini kepada bawahanku dan memilih untuk memimpinnya secara langsung. Namun, apakah tidak apa-apa jika aku membawa bocah yang dipercayakan oleh negara lain kepadaku ke tempat yang pasti akan berbahaya?

Aku merasa ragu dan menoleh ke arah Hakuya.

Hakuya mengangkat bahunya dengan putus asa dan menjawabku dengan singkat. “… Ya, saya rasa itu akan baik-baik saja.”

Dia pasti memutuskan kalau setidaknya apa yang dikatakan Kuu itu masuk akal. Apakah aku tidak punya pilihan lain?

Dari tatapan matanya, Kuu mungkin akan tetap ikut meskipun aku menolaknya.

Aku menghela nafas. “… Baik. Aku akan mengizinkanmu untuk menemaniku sebagai jenderal tamu. Untuk saat ini aku tidak akan membuat persiapan khusus terhadap Republik Turgis. Namun, jika ada pergerakan, aku akan menyerahkan keputusannya kepada Excel.”

“Ookya! Terima kasih, aniki.”

“Tapi pastikan kau memberitahu hal ini kepada Gouran-dono, ok? Selain itu, aku akan mengizinkanmu bertindak sebagai jenderal tamu, tapi jangan sampai bertindak gegabah. Aku tau seberapa pemberani dirimu, tapi hubungan baik antara negara ini dan Republik Turgis berada di bahumu. Kau harus mematuhi perintahku. Paham?”

“Ya, aku paham! Aku berjanji tidak akan bertindak ceroboh!” Kuu menjawab dengan tegas.

Apakah dia benar-benar serius? Aku mungkin harus meminta Leporina untuk mengawasinya nanti… Ya ampun.

Yah, itu masih harus diputuskan nanti, tapi dengan ini, sebagian besar penempatan personel telah diputuskan.

Aku mengakhiri pertemuan ini dengan berkata. “Baiklah, aku akan mengandalkan kalian semua.”

“””Baik, Yang Mulia!”””

Menanggapi perkataanku, mereka yang berkumpul di aula ini langsung berlutut secara serentak.

Aku pergi meninggalkan aula bersama Aisha, Roroa, dan Hakuya. Saat aku berpapasan dengan Kagetora, yang bersembunyi dibalik pilar, aku membisikkan perintah kepadanya.

“Pastikan situasi di Persatuan Negara Timur. Selain itu, nanti kirim Inugami kemari.”

“Sesuai perintah anda.”

Setelah percakapan singkat itu, Kagetora menghilang dari aula pertemuan.

Entah kenapa… kurasa akting ninjanya telah menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Baiklah, yang tersisa tinggal memutuskan siapa yang akan ikut bersamaku selain para anggota militer.

 

Kami pindah ke kantor urusan pemerintahan, lalu kembali mengumpulkan orang-orang yang perlu kami ajak berdiskusi.

Yang ada di dalam kantor bersamaku adalah Aisha, Juna, Roroa, dan Naden, dengan kata lain para tunanganku, begitu juga dengan Hakuya, Tomoe, Hal, Kaede, Ruby, Poncho, Serina, Komain, dan Colbert, sehingga total ada 14 orang.

Aku meminta mereka untuk duduk di meja panjang yang biasanya digunakan oleh para birokrat, dan setelah aku memastikan kalau semuanya sudah siap, aku mulai berbicara.

“Baiklah, bisakah kita mulai membahas situasi saat ini?”

Kemudian aku menjelaskan semua rincian tentang pengiriman bala bantuan ke Persatuan Negara Timur dari awal. Bagaimanapun, ada beberapa orang yang tidak berada di aula pertemuan.

Selain itu, meskipun sebelumnya aku sengaja menutupinya, kali ini aku menjelaskan bahwa meskipun pengiriman bala bantuan ini merupakan permintaan dari Kekaisaran, hal ini juga merupakan permintaan bantuan dari kakak Roroa, Julius.

Aku memutuskan kalau ini lebih ke masalah keluarga bukannya masalah internasional, jadi aku hanya memberitahukan hal ini kepada orang-orang terdekatku.

Saar dia mendengar bahwa Julius mengirimkan surat permintaan bantuan, Hal menunjukkan ekspresi mengejek. “Julius?! Orang yang berperang dengan kita dulu, kan?! Apakah tidak masalah mempercayai orang sepertinya—Ow! Apa yang kau lakukan, Kaede?!”

Hal dengan terkejut menoleh ke arah Kaede, yang duduk di sampingnya. Sepertinya Kaede baru saja mencubit atau menginjak kakinya.

Kaede memegangi keningnya, sambil menggelengkan kepalanya dengan putus asa. “Kau harus memanggilnya Julius-dono, Hal. Tidak peduli apapun posisinya sebelumnya, dia adalah kakak dari calon permaisuri ketiga, Roroa, dan hubungan darah itu menjadikannya sebagai kakak ipar Yang Mulia di masa depan. Kau harus menunjukkan rasa hormat kepadanya, kau tau.”

“Urkh… Maaf.” Dihadapkan pada argumen yang masuk akal, Hal membungkukkan kepalanya dan meminta maaf.

Roroa melambaikan tangannya. “Oh, nggak usah dipikirkan. Dia memanglah seorang musuh. Jika dia mencoba mengatakan, ‘Tolong aku!’ sekarang, rasanya itu sudah agak terlambat.”

“Tuan Putri…” Colbert menunjukkan tatapan khawatir ke arahnya. Dia adalah satu-satunya orang disini yang telah mengenal keduanya sejak kecil, jadi dia memahami perasaan rumit yang dirasakan Roroa.

Kemudian Roroa berdiri dan membungkukkan kepalanya kepada semua orang yang hadir disini. “Kali ini, kurasa aku tidak bisa mengelak dari tuduhan memberikan perlakuan khusus kepada anggota keluarga. Hanya saja, dari apa yang dikatakan kakak disuratnya, dia sepertinya sudah berubah dari kakak yang kutau. Aku nggak tau apa yang membuatnya berubah, tapi… kita bisa berurusan lebih baik dengannya dibanding sebelumnya. Jadi, kuharap… aku berharap agar kalian bisa meminjamkan kekuatan kalian.”

Roroa mengakhiri perkataannya dengan bahasa sopan, untuk menunjukkan ketulusannya. Itu pasti adalah gaya bicaranya sebagai mantan tuan putri Kadipaten Amidonia.

Aku meletakkan tanganku di bahu Roroa. “Aku paham. Karena aku setuju denganmu lah kenapa aku mengirim bala bantuan ke Kerajaan Lastania.”

“Darling…”

Aku meminta Roroa mengangkat kepalanya, dan kemudian menoleh ke arah Komain. “Selain itu, sepertinya Jirukoma juga berada di Kerajaan Lastania.”

“Kakak…” gumam Komain. Kakaknya berada di wilayah yang mengalami pertempuran sengit karena manami, atau gelombang iblis, jadi dia pasti merasa khawatir.

“Komain,” kataku. “Sekarang kau bekerja untuk Poncho, kan?”

“Y-Ya! Dia sudah berbaik hati mengizinkan saya untuk bekerja padanya.”

“Poncho akan mengawasi transportasi makanan untuk bala bantuan yang akan kita kirimkan. Aku ingin agar kau membantunya bersama Serina. Kemungkina besar kau juga akan pergi ke Kerajaan Lastania.”

“Ah! Anda mengizinkan saya untuk pergi bersama anda?!”

Aku tersenyum pada Komain yang tampak terkejut. “Roroa, yang mempunyai hubungan kurang baik dengan kakaknya saja merasa khawatir. Sementara kau memiliki hubungan akrab dengan kakakmu, jadi kau pasti merasa jauh lebih khawatir. Selain itu, dengan latar belakang bela diri yang kau miliki, kurasa kau tidak akan menjadi hambatan. Jadi, begitulah Poncho. Kami akan membawa bawahanmu. Apakah itu tidak masalah?”

Poncho mengangguk dengan cepat. “Jika itu yang kamu inginkan, maka tentu saja.”

Ada sedikit tanda kebahagiaan di wajah Komain saat dia membungkukkan kepalanya. “Te-Terima kasih banyak! Yang Mulia, Poncho.”

Poncho berkata, “Aku juga senang mendengarnya, ya,” dan meletakkan tangannya di bahu Komain.

Aku menoleh ke arah Serina, yang berada di samping mereka dengan ekspresi datar di wajahnya. “Serina, jadi begitulah. Bisakah aku mengandalkanmu juga?”

“Kelihatannya saya tidak punya pilihan lain. Selain itu, tuan putri sedang tidak ada di tempat, dan dengan Carla yang juga menemaninya, saya jadi tidak bisa melakukan apapun. Saya akan meminta agar anda mengizinkan saya untuk menjaga Poncho-sama untuk sementara.”

“A-Aku minta maaf karena sudah menyusahkanmu, ya,” kata Poncho dengan nada meminta maaf.

Sudut mulut Serina sedikit terangkat ke atas. “Oh, tentu saja. Saya juga merasa anda harus menunjukkan rasa terima kasih kepada saya.”

Poncho mengangguk dengan keringat di dahinya. “A-Aku akan membuatkan masakan yang kamu sukai, ya.”

“Hehe. Saya anggap itu sebagai sebuah janji.”

Serina menunjukkan sedikit senyum puas. Poncho tampak lega karena mood Serina tampak membaik. Sementara Komain mengelap keringat yang ada di dahi Poncho.

Sulit untuk memahami keseimbangan kekuatan di antara ketiganya, tapi meskipun ada keanehan disana-sini, mereka kelihatannya saling berkesinambungan satu sama lain, jadi kurasa tidak apa-apa.

Aku kembali ke topik utama dan berkata kepada semua orang. “Baiklah, karena itu, kita juga akan membawa Roroa. Colbert. Aku tau kalau aku akan menyebabkan masalah dengan mengajak Roroa, tapi tolong tangani semuanya saat kami pergi.”

“Baik, Yang Mulia. Bagaimanapun ini demi tuan putri. Tolong, serahkan urusan keuangan kepada saya.”

“Aku mengandalkanmu.” Aku mengangguk. “Selanjutnya, karena ada kemungkinan kalau kita akan bertemu dengan ras iblis, Tomoe akan ikut bersama kita. Dan mempertimbangkan potensi bertarung mereka, Aisha dan Naden juga akan ikut. Meskipun kita akan sering bergerak bersama, tapi aku akan menugaskan Aisha dan Naden sebagai penjagaku. Aku berniat untuk menjadikan Inugami sebagai penjaga Tomoe.”

“Kak Ai, Nadie, aku mengandalkan kalian.” Roroa membungkukkan kepalanya berulang kali.

Aisha memukulkan tangan kanannya ke dadanya. “Serahkan kepada kami! Saya akan menjaga Roroa-dono! Jadi, Naden-dono, anda jaga Yang Mulia!”

“Baiklah. Aku akan mempertaruhkan kebanggaanku sebagai naga.” Naden meniru Aisha dan memukulkan tangannya ke dadanya dengan ringan.

Melihat mereka seperti itu membuat dadaku terasa hangat.

Selanjutnya aku berbicara kepada Juna, yang melihat mereka berdua dengan senyum lembut. “Kalau boleh jujur, aku ingin agar kau juga ikut, Juna, tapi aku ingin menghindari posisi dimana raja dan seluruh tunangannya tidak ada di istana, jadi tolong tinggalah di istana.”

“Mau bagaimana lagi,” katanya. “Liscia-sama juga sedang pergi, jadi harus ada seseorang yang mengawasi istana.”

Meskipun Juna tampak sedikit kecewa, dia meletakkan tangannya di dadanya dan sedikit membungkuk.

“Sesuai keinginan anda Yang Mulia. Tolong, izinkan saya untuk mengawasi istana selama anda pergi. Tapi jika ada sesuatu yang bisa saya bantu, tolong katakan saja. Saya akan segera terbang ke sisi anda.”

“Baik. Jika waktunya tiba, aku akan mengandalkanmu.”

Kami saling menatap untuk sesaat. Aku merasa kalau mata itu mengatakan, Pastikan kamu pulang dengan selamat.

Saat aku mengangguk kepadanya, berharap untuk sedikit menenangkannya, Juna tersenyum kecil.

Kemudian Hakuya berkata, “Yang Mulia… bolehkan saya mengatakan sesuatu?”

Dia meminta izin untuk berbicara, jadi aku mengizinkannya.

“Ini tentang pengiriman pasukan ini,” katanya. “Kita harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa ini mungkin akan berlangsung lama. Apa yang akan anda lakukan tentang upacara penobatan dan pernikahan yang dijadwalkan untuk akhir tahun ini?”

“Oh! Aku benar-benar lupa dengan hal itu.”

Kami akan mengadakan upacara penobatan untuk secara formal menjadikanku sebagai raja negara ini dan upacara pernikahan dengan Liscia dan yang lainnya yang direncanakan untuk akhir tahun ini, kan? Kami tidak tau kapan gelombang iblis ini akan mereda, dan meskipun aku bisa pulang pada akhir tahun, situasinya akan jadi kacau. Itu juga mungkin akan berbenturan dengan persalinan Liscia.

Yah, saat aku bertanya kepada Liscia tentang hal ini, dia berkata, “Aku masih bisa menghadirinya dengan perut hamil, kau tau?” Sepertinya itu tidak masalah baginya, tapi akulah yang akan merasa khawatir jika pada akhirnya dia harus melakukannya, jadi kuharap dia berhenti mengatakan hal seperti itu.

“Mari kita bicarakan itu saat musim semi tahun ini,” kataku. “Liscia masih harus memikirkan persalinannya, jadi akan lebih baik untuk melakukannya setelah dia melahirkan dan situasinya menenang. Rencanakan seperti itu.”

“Saya paham,” kata Hakuya sambil membungkuk.

Dengan begitu semuanya sudah ditangani.

Saat aku berdiri, semua orang melompat dari tempat duduk mereka. Kemudian aku memberi perintah kepada mereka.

“Baiklah, semuanya! Agar persalinan Liscia, penobatan, pernikahan, dan semua hal lainnya bisa berlangsung dalam kedamaian, mari bekerja keras untuk melewati cobaan ini!”

“””Baik, Yang Mulia!”””

Baiklah, ayo pergi ke utara, yang dipenuhi dengan monster.

← PREV | Table of ContentsNEXT →


Jika kalian menemukan kesalahan pengetikan atau kesalahan penerjemahan jangan ragu untuk memberikan komentar di bawah postingan ini atau di FP Facebook.

Leave a comment