Genjitsushugisha no Oukokukaizouki Volume 8 Chapter 11 B

Volume 8
Chapter 11 – Dabicon terbakar (B)

Penerjemah : Zen Quarta
Editor : –
Sumber English : J-Novel Club

Saat puluhan ribu lizardman selesai menyeberangi jalur yang diciptakan oleh Excel, mereka bertemu dengan pasukan Kerajaan Friedonia yang sudah menunggu dalam formasi.

Lapar karena tidak bisa mendapatkan makanan di seberang sungai, apa yang mereka lihat disana hanyalah sekumpulan makanan.

Sepertinya pengganggu yang terbang sambil menyemburkan api itu juga tidak ada disana.

Jadi, untuk memuaskan rasa lapar mereka, para lizardman berlari ke arah kamp Pasukan Friedonia.

Ludwin, komandan utama pasukan kerajaan, dan Julius sedang melihat kawanan lizardman melakukan hal itu.

Di atas sebuah bukit kecil dimana kamp pasukan gabungan berada, mereka duduk berdampingan di atas kuda mereka.

“Jika hanya para lizardman saja, jumlah mereka pasti tidak kurang dari 50.000,” kata Julius. “Akan lebih banyak jika kita menambahkan monster yang ada disekeliling mereka. Sungguh merepotkan.”

Ludwin mengangguk mendengar analisisnya. “Aku setuju. Jika mereka adalah pasukan militer dari negara lain, kita mungkin akan kesulitan, tapi kita tidak akan mengalami hal seperti itu saat menghadapi kawanan hewan buas yang tidak mengerti konsep taktik dan strategi.”

“Ya. Biarkan aku menangani sayap kanan.”

“Jadi kamu benar-benar berniat untuk bertempur?” tanya Ludwin dengan khawatir. “Orang-Orang Lastania sudah bertarung cukup keras. Tidak masalah menyerahkan sisanya kepada kami, kamu tau.”

Julius menggelengkan kepalanya. “Bagi penduduk Lastania, ini adalah pertempuran untuk mempertahankan negara mereka. Jika pada akhirnya kami menyerahkan semuanya kepada kerajaan, penduduk negara ini tidak akan bisa menganggap ini sebagai kemenangan mereka. Dalam rangka untuk mempercepat pemulihan setelah perang, kita harus membuat penduduk negara ini meraih kemenangan dengan tangan mereka sendiri.”

“Pemulihan setelah perang… ya?”

Menyadari kalau Julius sudah memandang jauh tentang keadaan setelah peperangan, Ludwin menjadi kagum. Yang dia tunjukkan bukanlah sudut pandang seorang jenderal yang hanya berkonsentrasi memimpin pasukan dan meraih kemenangan, tapi seorang raja yang memikirkan satu negara secara keseluruhan.

Julius memukul gagang pedangnya. “Aku meninggalkan para wajib militer di benteng, tapi aku akan membuat pasukan biasa dan pasukan pengungsi bertarung sampai akhir.”

“Aku paham,” kata Ludwin. “Sebenarnya aku juga ingin berdiri di garis depan.”

“Bukankah wakil komandan bertelinga rubah kalian itu akan marah jika kamu melakukannya?”

“Ya, dan itulah sebabnya aku akan tinggal di kamp utama: supaya Kaede-dono tidak memarahiku,” kata Ludwin sambil bercanda.

Hal itu membuat Julius tertawa. “Baiklah… kurasa aku harus menyelesaikan ini sebelum komandan utama kami habis kesabaran.”

“Aku tidak keberatan jika kamu menyisakan sedikit penggung untukku, tau.”

“Tidak mungkin. Aku tidak akan meminta bantuanmu, aku akan mengakhiri ancaman lizardman ini sendiri. Sampai jumpa lagi.”

Melihat Julius berangkat dengan menunggangi kudanya, Ludwin menghela nafas.

“Jujur… Takdir bisa jadi hal yang lucu,” katanya kepada diri sendiri, dan kemudian mengangkat tangannya tinggi-tinggi. “Kirim signal ke garis depan! Cegat para lizardman yang mendekat!”

Setelah dia memberikan perintah, terdengar suara terompet di sekelilingnya.

Mendengar signal terompet, Kaede berdiri di menara pengawas yang mereka bangun dan mengangkat tongkatnya. Dia mengomandoi dari dekat pagar pertahanan yang telah dibangun di sekeliling kamp.

“Itu signalnya,” serunya. “Semuanya, kawanan lizardman datang! Pertama, hentikan musuh! Semuanya, bentuk dinding!”

Ada banyak penyihir elemen tanah yang berkumpul disekitar Kaede.

Saat dia memberi aba-aba, mereka mengunakan sihir secara bersamaan, tanah menjulang di hadapan garis depan, dan dalam waktu kurang dari satu menit sebuah dinding tanah raksasa terbentuk.

Bagi para lizardman, yang sudah hampir membanjiri kamp, mereka mendapati dirinya dipentalkan oleh dinding tanah yang tiba-tiba muncul.

“Gueh! Guh…”

Karena dinding itu terbuat dari tanah, meskipun mereka memukul atau mennyakarinya, mereka bisa meninggalkan bekas, tapi mereka tidak bisa menembusnya. Mereka melihat sekeliling dengan gelisah, tapi tidak ada sedikitpun celah yang mereka temukan di dinding itu.

Meski begitu, untuk mengamankan “makanan” yang ada di seberang dinding, mereka mulai memanjatnya. Mereka memiliki tekad yang luar biasa, tapi mereka tidak lagi memiliki momentum seperti sebelumnya.

“Pemanah, mulai serangan!” perintah Kaede.

Semua pemanah mulai menembakkan anak panah mereka ke arah dinding tanah secara bersamaan.

Anak panah itu ditembakkan ke atas tanpa target yang jelas, tapi jumlah mereka yang banyak dan kawanan lizardman yang berdesakan menaiki dinding membuat sebagian besar anak panah itu mengenai target. Sebagian anak panah itu diperkuat dengan sihir, yang meledak atau menebas area disekitarnya untuk menambah jumlah lizardman yang tewas.

Melihat pemandangan itu dari atas menara, Kaede menghela nafas.

Ini benar-benar pembantaian. Kami bisa melakukannya dengan mudah hanya karena para lizardman tidak mengenal taktik. Aku khawatir apa yang akan terjadi jika ada para iblis disini dan mereka mengomandoi para lizardman, tapi sepertinya kekhawatiranku sia-sia.

Di bawah komando Kaede, unit garis depan bisa menghentikan serbuan para lizardman. Namun, mengingat jumlah kawanan lizardman yang banyak, unit garis depan tidak dapat menangani mereka semua. Beberapa lizardman berhasil lolos dari hujan anak panah dan memanjat dinding tanah. Para penyihir elemen tanah sedang berkonsentrasi mempertahankan dinding supaya tidak runtuh, jadi mereka tidak memiliki waktu untuk membangun dinding baru lagi.

Sejumlah lizardman berhasil melewati dinding. Sudah dapat diduga kalau mereka akan menyerang para penyihir dan pemanah.

Namun, diseberang dinding, para lizardman bertemu dengan Aisha, yang memiliki kekuatan luar biasa sampai-sampai terasa tidak adil.

Satu tebasan dari greatsword Aisha cukup untuk mengalahkan beberapa lizardman yang memanjat dinding dan hendak memijakkan kaki di seberang dinding.

“Gugih?!” Para lizardman menyuarakan teriakan kematian saat tubuh mereka terbelah menjadi dua.

Setelah terhenti karena dinding tanah, dan dihujani serangan dari unit pemanah, jumlah lizardman yang mampu melewati dinding hanya sedikit. Untuk memastikan sedikit lizardman itu menemui ajal mereka, dan untuk menjamin keselamatan unit serangan jarak jauh, Kaede menempatkan sebuah unit elit di seberang dinding. Petarung terkuat kerajaan, Aisha, termasuk di dalam unit itu, tapi…

“Muh!”

Saat tubuh bagian atas dan bawah seekor lizardman jatuh ke tanah, Aisha dengan mudah mengayunkan greatsword-nya untuk membersihkan darah dari permukaannya. Meskipun telah menang dengan mudah, sepertinya terpancar ekspresi frustrasi di wajahnya.

Penyebabnya adalah Jirukoma dan Lauren, yang berada di squad yang sama dengannya.

Aisha dapat melihat keduanya saling membantu satu sama lain saat mereka melawan para lizardman yang berhasil melewati dinding tanah.

“Jirukoma-dono!” teruak Lauren.

Lauren berdiri menghadang dua ekor lizardman yang hendak menyerang Jirukoma dari belakang, memukul salah satunya menggunakan perisainya dan menebas satunya lagi menggunakan pedangnya. Saat Jirukoma menyadari kalau dia baru saja diselamatkan, dia menebas lizardman yang ada di depannya menggunakan kukri-nya, lalu berdiri saling membelakangi dengan Lauren.

“Maaf, kamu baru saja menyelamatkanku, Lauren-dono.”

“Tidak masalah. Aku akan melindungi bagian belakangmu, Jirukoma-dono.”

“Kalau begitu izinkan aku melindungimu juga, Lauren-dono. Aku tidak akan membiarkanmu terluka. Bagaimanapun, aku ingin memiliki tiga anak denganmu.”

“Fwhuh?”

Untuk saat, Lauren tidak dapat mencerna apa yang Jirukoma katakan. Pada saat dia menyadari kalau itu adalah tanggapan dari lamarannya yang blak-blakan itu, wajahnya langsung memerah. Namun, dia segera ingat kalau ini adalah medan pertempuran, dan dia berusaha menahan senyum yang muncul diwajahnya.

“Mari menangkan pertempuran ini, Jirukoma-dono!” teriaknya.

“Tentu saja!”

Lalu seekor lizardman menyerbu kearah mereka berdua, mungkin karena marah.

Mereka mempersiapkan diri, tapi sebelum mereka bisa melakukan apapun, sebuah pisau muncul entah darimana dan menancap di dahi lizardman itu.

Lizardman itu langsung tersungkur ke atas tanah.

Saat mereka berbalik, Komain sedang melihat mereka dengan putus asa, sambil melemparkan pisau yang ada di sela-sela jarinya.

“Kakak, apakah itu adalah sesuatu yang layak kau katakan di medan perang? Bisakah kau memilih waktu yang sedikit lebih tepat?”

Jirukoma berpaling dengan malu. “Aku canggung dengan hal semacam ini. Jika tidak ditempat seperti ini, kurasa aku tidak akan pernah bisa mengatakannya.”

“Hadeh… Lauren-dono!” seru Komain. “Aku tau kalau kakakku tidak bisa diandalkan, tapi tolong jaga dia.”

“B-Baik! Tolong jaga saya juga!”

“Lagipula, apa yang kau lakukan disini?” tanya Jirukoma, memastikan kalau tidak ada lizardman didekat Komain. “Seharusnya kau menunggu di bentung bersama Poncho-dono.”

“Aku juga bisa bertarung,” sanggahnya. “Aku tidak bisa membiarkanmu bertarung sendirian.”

“Tapi apa yang akan terjadi jika kau terluka sebelum kau bisa menikah? Poncho-dono tidak akan menerima dirimu, lho?”

“Poncho-dono bukan orang seperti itu… Tunggu, tidak, k-kami tidak memiliki hubungan semacam itu!”

Melihatnya tergagap, Jirukoma dan Lauren memahami situasinya.

“Sepertinya akan ada banyak hal yang perlu kita bicarakan setelah pertempuran ini berakhir,” kata Jirukoma.

“Ya,” kata Lauren. “Kita benar-benar harus membicarakan ini dengan serius.”

Saat dua orang yang saat ini merupakan wali-nya berkata demikian, wajah Komain langsung memerah.

Sementara itu, karena dia melihat mereka bertiga dari kejauhan, Aisha merasa kesal. Bukan karena mereka menunjukkan tingkah yang tidak layak di medan perang.

Tidak, inilah yang Aisha pikirkan:

Aku sangat iri dengan Lauren-dono!

Hanya itu.

Aku bekerja keras karena ini Yang Mulia juga memujiku, tapi Yang Mulia sedang berada di udara bersama Naden-dono. Aku ingin bertarung bersama Yang Mulia seperti itu!

Souma hanya akan jadi beban jika dia bertarung disisi Aisha, tapi bukan itu masalahnya. Melihat aksi dua sejoli yang saling mempercayai satu sama lain tepat di depan matanya, sudah wajar dia berpikir, aku juga mau seperti itu…

Aisha mengayunkan greatsword-nya dengan perasaan kesal dihatinya.

Aku juga tidak bisa tidur bersama Yang Mulia karena aku bertugas melakukan penjagaan semalam. Aku akan melampiaskan rasa kesal ini kepada musuh yang ada dihadapanku!

Itu sama seperti saat Souma dibawa paksa ke Pegunungan Naga Bintang. Saat Aisha hilang kendali karena perasannya kepada Souma, semacam limiter di dalam dirinya hancur, dan kekuatan tempurnya meningkat secara drastis.

Saat Souma meninggalkannya dan pergi ke Pegunungan Naga Bintang, kesedihannya telah  mengubahnya menjadi petarung yang bisa membuat Halbert, Kaede, dan Carla kewalahan.

Sekarang, kecemburuannya kepada Jirukoma dan yang lain memberikan kekuatan pada pedangnya.

Aku juga ingin Yang Mulia memujiku! Aku ingin dia memanjakanku! Demi hal itu, aku harus mengakhiri pertempuran ini dengan cepat, dan pergi ke sisi Yang Mulia!

Mengikuti perasaannya, Aisha membantai para lizardman.

***

“Eep?!” seruku.

E-Entah kenapa, keringat dingin tiba-tiba mengalir di punggungku, tapi… itu pasti hanya perasaanku.

“Unahhhhhhh!” teriak Naden.

Bzzap!

Sengatan listrik yang Naden keluarkan menghanguskan para monster dan menjatuhkan mereka ke darat. Naden si ryuu hitam, bersama dengan Halbert dan Ruby si naga merah, bekerja sama dengan kavaleri wyvern untuk mengamankan kendali udara dan mencegah monster terbang menyerang pasukan darat.

“Jika kalian mau mati, majulah!” teriak Halbert.

Bahkan saat dipunggung  Ruby, Halbert mengayunkan tombak gandanya, sementara kavaleri wyvern lain menyerang menggunakan anak panah yang diperkuat dengan sihir.

“Semua orang begitu mencolok…” gumamku.

Sementara diriku, aku menggunakan crossbow, tembak, reload, ancang-ancang, dan tembak lagi. Tembak, reload, ancang-ancang. Tembak, reload, ancang-ancang. Tembak, reload, ancang-ancang… itu adalah tugas yang berulang-ulang. Itu tampak biasa saja jika dibandingkan dengan yang lain, tapi aku berhasil menjatuhkan tiga monster terbang kecil dengan cara seperti itu.

Aku melirik kesamping, dan melihat pertempuran yang berlangsung di bawah kami.

Karena usaha keras yang dilakukan oleh Kaede, Aisha, dan yang lain di unit garis depan, kawanan lizardman yang menyerbu ke arah kamp kehilangan momentum.

Melihat kesempatan itu, sayap kanan dan kiri langsung bergerak untuk mengepung mereka.

Itu adalah pertempuran pembantaian. Jika kami membiarkan ada lizardman yang lolos, mereka akan menyebabkan masalah dikemudian hari.

Semuanya, bertahanlah…

Aku berdo’a demi kemenangan para prajurit yang ada di bawah kami.

***

Orang yang memimpin sayap kanan adalah Julius.

“Pasukan perisai, jangan biarkan ada celah! Penombak, tetaplah berada di belakang pasukan perisai dan hanya serang lizardman yang mendekat! Bergerak perlahan sambil memastikan kalian tidak maju terlalu jauh!”

Dalam pertempuran biasa, kecepatan adalah segalanya, dan kau akan sekuat tenaga memisahkan musuh untuk mengacaukan formasi mereka, tapi kali ini, tujuannya adalah membantai musuh. Untuk memastikan tidak ada musuh yang kabur, mereka akan mendesak musuh sedikit demi sedikit, seakan-akan mencekik mereka menggunakan sutera.

Seekor lizardman merah melompat, dan mendarat di atas pasukan pembawa perisai. Itu adalah jenis yang bisa menyemburkan api.

Saat lizardman merah itu membuka mulutnya lebar-lebar, dia menarik nafas dalam, bersiap untuk menyemburkan api ke arah prajurit penombak yang ada di belakang pasukan perisai.

“Aku tak akan membiarkanmu!” teriak Julius.

Dia memukul mulut lizardman itu menggunakan sisi pedangnya, mencegah lizardman itu menarik nafas, kemudian menendang perutnya dan melemparkan dari atas pasukan perisai. Selanjutnya, dia meletakkan tangannya di tanah, dan menciptakan banyak tombak tanah yang berhasil menusuk lizardman merah itu.

“Guh… ruhruh…”

Api kehidupan menghilang dari mata lizardman yang tertusuk tombak tanah itu.

Setelah memastikan bahwa musuh sudah mati, Julius berseru. “Jangan biarkan mereka menerobos! Sekaranglah saatnya kita mengakhiri pertempura ini! Kalahkan semua musuh, dan akhiri pertempuran ini dengan kemenangan kita!”

“””Yeahhhhhh!”””

Prajurit yang ada di sayap kanan menggelora.

Sementara itu, disaat yang hampir bersamaan, pasangan tuan dan bawahan dari Republik Turgis sedang berada di sayap kiri.

“Sial, membosankan karena kita tidak bisa melewati pasukan pembawa perisai,” gumam Kuu sambil memukul para lizardman yang sepertinya hendak menerobos pasukan perisai menggunakan gada-nya.

Sambil mengangkat busurnya dan melakukan tembakan, Leporina memarahinya, “Memang begini seharusnya, Tuan Muda. Kita tidak boleh membuat celah yang bisa mereka gunakan untuk melarikan diri.”

Bahkan saat dia mengatakan itu, Leporina melepaskan tembakkan dan mengakhiri seekor lizardman. Tembakan jarak jauh seperti itu adalah keahlian Leporina.

“Jika anda ingin membunuh musuh, kenapa tidak menggunakan panah saja, Kuu-sama?” lanjutnya. “Tidak peduli berapa banyak saya menembak, jumlah mereka tampak tak ada habisnya, dan itu benar-benar merepotkan.”

“Aku tidak bisa membidik sama sepertimu, Leporina. Selain itu…”

Batu yang diambil salah satu lizardman dan dia lemparkan dengan putus asa terbang ke arah Leporina. Leporina yang lengah menutupi wajahnya dengan tangannya, tapi sebelum batu itu mengenainya, gada milik Kuu telah menghancurkannya.

“Kau hebat dalam memanah, tapi kau terlalu fokus sampai tidak memperhatikan sekelilingmu,” lanjut Kuu. “Aku akan melindungimu, karena aku tidak punya pilihan lain.”

Dia mengistirahatkan gada-nya di bahu-nya, dihadapan Leporina yang terkejut.

Mendengar Kuu berkata bahwa dia akan melindunginya, Leporina hampir tidak bisa menahan senyum di wajahnya saat dia kembali mempersiapkan anak panah. “Sayalah yang seharusnya bertugas melindungi anda, Kuu-sama.”

“Ookyakya! Yah, hei, tidak ada salahnya sesekali kita bertukar peran seperti ini, kan?”

“Saya setuju. Ini bisa jadi pengalaman baru.”

Karena hal itu semakin mengobarkan semangatnya, ada semakin banyak Lizardman yang tumbang ditangan Leporina.

Pada akhirnya, Leporina akan mendapat julukan Kelinci Kematian karena perbuatannya itu.

***

Saat sayap kanan dan kiri memastikan kawanan lizardman tidak menyebar, mereka perlahan mulai maju sambil mengalahkan musuh. Karena unit tengah berjuang keras dalam bertahan, para lizardman tidak bisa melarikan diri dengan lari kedepan bersamaan dengan serangan gabungan dari sisi kiri dan kanan.

Jika mereka mencoba untuk mundur, di belakang mereka ada Dabicon, dan jalur dangkal yang sebelumnya tercipta sudah hilang.

Penyihir elemen air yang ada di perahu juga bersiaga, menggunakan sihir elemen air untuk menyerang para lizardman yang mencoba menyeberangi sungai dan mencegah mereka melarikan diri.

Huh? Aku menyadari sesuatu, meskipun mereka berada dalam keputus-asaan, tidak ada satupun lizardman yang mencoba melompat ke sungai. Mereka hanya mencoba menyeberang lewat area dangkal.

Apakah lizardman tidak bisa berenang?

Lizardman memiliki kepala reptil, sementara tubuh mereka berbentuk humanoid dan bersisik, dan tubuh bagian bawah mereka mirip dinosaurus. Mungkin karena memiliki tubuh gabungan seperti itu, mereka tidak bisa berenang dengan baik. Apakah itulah sebabnya mereka selama ini mereka mengantri di seberang sungai?

Saat melihat para lizardman, sesuatu terlintas di pikiranku. Sebenarnya… makhluk apa monster itu?

Beberapa makhluk terlahir dengan ciri khusus yang timbul karena mutasi mendadak.

Sebagian tubuh mereka bisa berwarna putih, atau mereka mungkin memiliki dua kepala.

Tapi ciri itu hanya muncul secara individu. Apakah mungkin sejumlah besar makhluk aneh seperti itu muncul sekaligus dan membentuk kawanan?

Kurasa memikirkan hal itu saat ini bukanlah hal bagus…

Aku memutuskan untuk mengesampingkan pertanyaan itu. Untuk sekarang, aku arus fokus pada apa yang ada di hadapanku.

“Sepertinya pertempuran di darat akan segera selesai,” kataku.

Tidak ada jawaban.

Aku menunggu tanggapan Naden, tapi dia masih tidak mengatakan apapun.

“Naden?”

“Aku benar-benar merasakan sesuatu yang aneh di arah barat,” katanya.

Meski sedang bertarung, sepertinya perhatian Naden terfokus ke arah barat.

Aku sendiri melihat ke arah barat, tapi aku tidak melihat apapun. Tapi, ryuu dan naga sangat sensitif terhadap sihir. Jika Naden berkata dia merasakan sesuatu, maka mungkin ada sesuatu disebelah sana.

“Perasaan aneh itu, apakah itu hal buruk?” tanyaku.

“Hmm… Bukan hal buruk, lebih seperti perasaan familiar. Tapi ada yang aneh tentang itu…”

Aku mendengar suara lain di kepalaku. “Naden!”

Hal dan Ruby mendekat ke arah kami.

Ruby berkata, “Hei, Naden, perasaan ini…”

“Kau juga merasakannya, Ruby? Bukankah itu agak aneh?”

“Ya. Itu terasa familiar, tapi agak berbeda.”

Rasanya agak sureal, melihat ryuu hitam dan naga merah sama-sama memiringkan kepala mereka kesamping dengan bingung.

Aku dan Hal yang duduk dipunggung mereka, saling menatap satu sama lain tak mengetahui apa yang menyebabkan hal itu.

Lalu situasi berubah, dengan bagian darat yang pertama terpengaruh.

Terperangkap serangan dari tiga arah dan diserang dari belakang oleh penyihir elemen air jika mereka mencoba melarikan diri lewat bagian sungai yang dangkal, kawanan lizardman terpojok di tepi sungai dan hanya bisa menunggu sampai mereka dimusnahkan.

Namun, mereka sepertinya siap untuk mengambil segala resiko.

Dengan kematian tepat di hadapan mereka, insting liar mereka untuk bertahan terbangun. Beberapa lizardman mulai melemparkan diri mereka ke dalam sungai.

Byur, byur, byur!

Saat satu melompat, yang lain juga menirunya.

Kemampuan belajar mereka yang kami manfaatkan sebelumnya sekarang terbukti menjadi merepotkan bagi kami.

Setelah tren dimulai, tidak ada cara untuk menghentikannya.

Lizardman yang berada di dekat sungai melompat satu demi satu.

Seperti yang telah dicurigai, bentuk fisik lizardman membuat mereka tidak pandai berenang, dan mereka kesulitan melawan arus sungai yang deras. Jika ini adalah pertempuran biasa, kami bisa menyebut ini sebagai kemenangan.

Namun, meskipun pertempuran ini berskala besar, ini bukanlah perang, ini hanyalah upaya pemusnahan hewan buas berbahaya.

“Itu… kelihatan buruk, huh?” kataku.

Sepertinya para lizardman hanyut terbawa arus, tapi jika mereka terdamar di hilir sungai dalam keadaan hidup, itu hanya akan memperluas kerusakan dan menyebabkan masalah.

“Hal, bisakah kita menyerang para lizardman yang ada di sungai dengan pasukan udara kita?” tanyaku.

“Tidak mungkin! Semua orang sudah kewalahan dengan para monster terbang! Jika kita memerintahkan sebagian kavaleri untuk menyerang lizardman, maka akan ada monster terbang yang lolos!”

“Urgh…”

Dia benar; kavaleri wyvern saat ini sedang terlibat kejar-kejaran dengan monster terbang. Sebagian besar pasukan udara digunakan untuk keperluan logistik. Selain itu, untuk menjaga kerahasiaannya, aku tidak membawa satupun perlengkapan terbaik kami seperti Little Susumu Mark V.

Sepertinya kekuatan udara kami yang terbatas telah menciptakan celah.

“Yang Mulia, saya akan menggunakan sihir saya lagi,” usul Excel dari pelukanku, tapi dia pasti telah terlalu banyak menggunakan sihir. Wajahnya pucat, dan sudah jelas dia memaksakan diri.

“Tidak,” kataku. “Kau sudah mengerahkan semua yang kau punya, kan?”

“Tapi jika seperti ini…”

“Jika kau mati disini, itu akan jadi kerugian bagi kerajaan. Mari cari jalan lain…”

Saat aku mencoba memikirkan cara lain yang bisa kami gunakan, hal itu terjadi.

“Souma!” Naden tiba-tiba berseru di kepalaku. “Lihat langit sebelah barat!”

“Huh…? Wha?!”

Saat aku melihat ke langit barat seperti yang dikatakan Naden, aku melihat ratusan garis pendek yang melayang disana. Saat garis itu semakin mendekat, aku menyadari kalau itu adalah sayap yang terbentang.

Ada sekelompak makhluk bersayap yang terbang membentuk formasi.

Wyvern…? Tidak, mereka lebih besar dari wyvern, dan mereka memiliki kaki depan. Itu artinya… Naga?!

Kemudian salah satu naga di dalam formasi itu menambah kecepatan, dan dalam sekejap sampai di hadapan kami. Itu adalah seekor naga cantik berwarna putih.

Melihat naga itu, aku dan Naden berteriak karena terkejut.

“Pai, apakah itu kau?” teriakku.

“Jadi apa yang kurasakan benar-benar dirimu, ya?” seru Naden.

Naga putih itu adalah Pai Long. Teman Naden yang kutemui di Pegunungan Naga Bintang.

Pai si naga putih melihat kami dan membungkuk ringan. “Lama tak jumpa, Raja Souma. Kau juga, Naden.”

Rasanya benar-benar sudah lama.

Naden dan Ruby mendekati Pai untuk mengajukan pertanyaan.

“Pai… ini kau, kan?” teriak Naden.

“Hehe! Apakah aku terlihat seperti naga lain?”

“Hmm? Aku merasakan kedatanganmu, tapi ada sesuatu yang terasa berbeda. Aku tidak tau, itu berbeda dengan Pai yang kukenal. Benarkan, Ruby?”

“Ya,” kata Ruby. “Itu seperti dirimu, tapi bukan dirimu. Itulah sihir yang kurasakan.”

“Ahaha!” Pai tertawa. “Kalian jeli.”

Saat mereka bertiga berbicara, aku mendengar suara dari punggung Pai. “Pai, bisakah kamu membiarkanku menyapa mereka juga?”

Pai segera berkata, “Oh, iya!” dan memiringkan kepalanya kesamping. Aku bisa melihat ada seorang ksatria berarmor perak lengkap dengan helm di punggungnya.

“Senang bertemu dengan anda,” kata ksatria itu. “Karena anda menaiki naga hitam dengan bentuk tidak biasa, saya yakin kalau anda adalah Raja Souma dari Kerajaan Friedonia.”

“Benar, dan kamu?”

Saat ksatria itu melepas helm-nya, seorang wanita cantik berambut sangat pendek muncul. Wanita itu mengapit helmnya di bawah tangannya dan memberi hormat kepadaku.

“Saya adalah putri dari Kerajaan Ksatria Naga Nothung dan ksatria Pai, Sill Munto. Mendengar sekutu kami Kerajaan Lastania sedang berada dalam bahaya, saya memimpin 200 ksatria kemari.”

Kurasa ada beberapa hal mengejutkan dalam perkenalannya itu.

Pertama, ksatria naga dari Kerajaan Ksatria Naga telah datang untuk membantu kami. Sepertinya mereka telah menangani gelombang iblis di negara mereka. Kurasa itu sudah wajar bagi negara yang memiliki ksatria naga, jenis prajurit terkuat di dunia ini.

Selanjutnya, orang yang datang untuk membantu kami adalah seorang putri. Kami juga memiliki putri yang ingin keluar dan bertarung, sih, jadi aku tidak terkejut.

Terakhir, yang membuatku, Naden, dan Ruby terkejut adalah Pai itu perempuan. Aku mendengar bahwa kontrak antara naga dan ksatria naga dibentuk dengan tujuan untuk menghasilkan anak. Jadi, dalam kasus dimana ksatria mereka adalah wanita, karena sejak awal jenis kelamin para naga itu ambigu, seekor naga akan berubah ke dalam bentuk laki-laki untuk melengkapinya.

Dengan kata lain.

“Pai, sekarang kau seorang laki-laki?!” seru Naden dengan terkejut.

“Benar sekali,” kata Pai.

Oh, benar. Mungkin apa yang Naden dan Ruby maksud dengan perasaan familiar tapi terasa berbeda pasti ada hubungannya dengan hal ini.

Itu masuk akal… Tunggu, ada hal lebih besar yang harus kami khawatirkan sekarang!

“Sill-dono! Saya tau ini mendadak, tapi berikan saya bantuan!” kataku.

“Hm, apa itu?”

“Kami telah membuat para lizardman terpojok, tapi beberapa dari mereka melompat ke sungai dan mencoba melarikan diri. Saya ingin agar ksatria anda untuk membasmi mereka!”

Saat aku menjelaskan secepat yang kubisa, Sill mengangguk.

“Baiklah. Ayo, Pai.”

“Baik!”

Sill kembali memakai helm-nya, lalu meminta Pai kembali ke tempat para ksatria naga mereka.

Dia mengangkat pedangnya. “Kita akan membasmi lizardman yang melarikan diri ke sungai. Ikuti aku!”

Dia segera menukik ke bawah, diikuti oleh para ksatria naga. Saat para ksatria naga terbang di atas sungai, para naga menyemburkan api secara bersamaan.

Bwooooooosh!

Api yang disemburkan oleh sekelompok naga menjilat permukaan sungai dan menyebar. Api itu membakar para lizardman tanpa ampun.

Sungguh api yang sangat besar. Yah, jika mereka memiliki 200 naga yang sama kuatnya dengan Ruby, itu sudah dapat diduga, kurasa.

Melihat ke bawah dari langit, Dabicon seperti sedang terbakar.

Melihat pemandan itu, naden bergumam pada dirinya sendiri, “Aku tak tau, semua ini begitu mengejutkan sampai kepalaku terasa sakit.”

Aku mengusap kepala Naden dalam diam.

Tak lama kemudian, unit darat selesai membasmi para lizardman. Kami bisa mendengar teriakan kemenangan dari para prajurit di bawah kami.

Kami menang.

Meskipun ada sedikit kejutan diakhir, itulah bagaimana pertempuran panjang ini berhasil dimenangkan oleh pasukan gabungan Friedonia, Lastania, dan Nothung.

← PREV | Table of ContentsNEXT →


Jika kalian menemukan kesalahan pengetikan atau kesalahan penerjemahan jangan ragu untuk memberikan komentar di bawah postingan ini atau di FP Facebook.

2 Comments Add yours

  1. Anonymous says:

    Pasukan nothung nyampah cok

    Like

  2. IkhasZan says:

    Pai….. Kalo dapet adaptasi anime sampe sejauh ini keknya yang nge-waifu-in dia bakal kena mental kwkwkkwk

    Tag: gender swipe :v

    Like

Leave a comment