Genjitsushugisha no Oukokukaizouki Volume 8 Chapter 10 B

Volume 8
Chapter 10 – semua orang dimalam sebelum pertempuran akhir (B)

Penerjemah : Zen Quarta
Editor : –
Sumber English : J-Novel Club

Tomoe dan Inugami sedang membawa suplai ke sebuah ruang besar dimana para prajurit yang terluka dirawat.

Melihat sekeliling, sebagian besar prajurit yang diperban tampak duduk. Prajurit yang berbaring hanyalah mereka yang menerima luka parah, dan disamping mereka ada penyihir elemen cahaya yang sedang memberikan perawatan.

Ditengah suasana yang bisa dibilang suram itu, Tomoe dengan sengaja memilih untuk bersikap ceria. “Aku membawa tambahan perban dan three-eyedine!”

Dokter yang sedang merawat pasien memberi hormat kepadanya. “Kerja bagus, Tomoe-dono!”

“Kalian para dokter tampak begitu lelah,” kata Tomoe. “Apakah ada banyak orang yang terluka?”

“Tidak, semua prajurit yang ada disini memiliki luka yang relatif ringan. Mereka yang mengalami luka parah sedang menerima perawatan intensif dengan sihir cahaya, dan prajurit dengan luka yang terlalu parah sudah dibawa kembali ke Lasta. Mereka yang ada disini adalah prajurit yang akan membaik setelah diberikan perban dan obat.”

“Oh, benarkah?” kata Tomoe dengan gembira. “Kalau begitu, tolong tetap lakukan yang terbaik bagi mereka.”

Tomoe dan Inugami memberikan suplai yang mereka bawa kepada para dokter.

Setelah serah-terima selesai, Inugami berbisik kepada Tomoe. “Bukankah sekarang sudah waktunya bagimu untuk beristirahat, adik kecil?”

Dia mengatakan itu karena khawatir, tapi Tomoe menggelengkan kepalanya.

“Aku ingin melakukan apapun yang kubisa. Aku ingin jadi berguna.”

“Apa yang kamu katakan? Selama pertempuran Lasta, kita dapat mengetahui situasi kehidupan lizardman dan menemukan solusinya berkat dirimu.”

“Tetap saja…. aku ingin lebih banyak membantu.”

“Ookyakya, sungguh mulia!” kata seseorang.

Saat Tomoe menoleh ke arah suara riang itu, dia melihat Kuu dan Leporina masuk ke ruangan.

Inugami maju ke depan, meletakkan dirinya diantara mereka dan Tomoe.

Melihat ekspresi wajah Inugami, Kuu menjadi bingung. “Tunggu, tunggu, kenapa kau menunjukkan tatapan seperti itu? Apakah aku melakukan sesuatu yang membuatmu marah?”

“Mungkin dia adalah penjaga Tomoe?” kata Leporina. “Ingat, Tuan Muda, kau dulu pernah menggoda Tomoe.”

Kuu menepukkan tangannya. “Oh, iya, mereka cukup mirip. Ookyakya, tidak masalah! Aku tidak akan menggoda adik Aniki saat Taru tidak ada didekatku.”

“Seharusnya anda juga harus menahan diri saat dia ada di dekat anda, sih…” gumam Leporina dengan putus asa.

Inugami tetap diam.

Aku penasaran ekspresi seperti apa yang dia tunjukkan… Tomoe tidak dapat melihat wajah Inugami dari posisinya.

“Ngomong-ngomong, kenapa kalian berdua ada disini?” tanya Tomoe. “Apakah kalian terluka?”

Leporina tertawa kecut. “Oh, tidak. Kami sudah mencari kain yang tak terpakai.”

“Kain yang tak terpakai?”

“Gada-ku jadi kotor akibat pertarungan hari ini.” Kuu mengulurkan gada-nya, yang dipenuhi darah monster. Darah itu sudah mengering dan berubah menjadi hitam, tapi sepertinya Kuu sudah berusaha untuk mengusap bekas darah itu. “Kain yang kugunakan untuk membersihkan ini sobek. Aku sudah membersihkan sebagian besar darahnya, tapi ada desain yang sangat detail di senjata ini, jadi aku tidak bisa membersihkannya sepenuhnya. Bagaimanapun, memastikan senjataku terawat dengan baik bisa menjadi masalah hidup dan mati.”

“Anda lah yang meminta senjata itu didesain demikian, meskipun Taru sudah memberitahu bahwa itu akan membuat perawatannya menjadi sulit, Tuan Muda.”

“Ookykya? Benarkah?”

Saat Kuu tertawa dan mencoba menghindari topik itu, Leporina meletakkan tangan dipinggang dan mendengus.

Melihat mereka berdua, Tomoe bergumam, “Kalau saja aku mempunyai kekuatan untuk bertarung, aku pasti bisa melakukan lebih…”

“Ookya?” Mendengar gumaman Tomoe, Kuu memiringkan kepalanya. “Ada apa, gadis kecil? Kamu ingin bertarung?”

“Um… aku merasa jika aku melakukannya, aku bisa lebih banyak membantu Kakak.”

“Ohh, itu tidak akan terjadi.” Kuu langsung membantahnya. “Ini semua tentang potensi. Kamu terlalu baik untuk berdiri di medan perang. Meskipun itu demi Aniki, jika kamu berhadapan dengan hewan buas, kamu tidak akan bisa membunuhnya, bukan? Selain itu, tidak peduli seberapa keras kamu berlatih, kamu tidak lebih dari seorang prajurit. Kamu tidak akan membantu banyak.”

Mendengar pemikiran Kuu yang masuk akal, Tomoe hanya bisa terdiam. Dia hanya memegangi ujung pakaiannya.

Inugami mencoba mengatakan sesuatu untuk membelanya, tapi tidak ada yang salah dari perkataan Kuu, jadi dia juga hanya bisa terdiam.

Tak memperdulikan suasana berat itu, Kuu kembali berbicara. “Selain itu, kamu memiliki kekuatan yang lebih special, kan? Kemampuan untuk berbicara dengan binatang, ya? Kudengar kamu menggunakan kekuatan itu untuk memperbanyak kereta Rhinosaurus.”

“Huh? Oh, benar…”

“Menurutku, itu jauh lebih berguna daripada bisa bertarung. Di negaraku, kami menggunakan numoth untuk bepergian di musim dingin, tapi kami kesulitan untuk memperbanyak jumlah mereka, kamu tau. Jika kami memiliki kemampuanmu, kurasa kami bisa mengembang-biakkan mereka dengan lebih mudah…” Kata Kuu sambil menunjukkan ekspresi serius. “Hm? Mungkin kami harus meminjam kekuatanmu… dan memintamu untuk berbicara dengan para numoth…”

“Um, maaf, tapi adik kecil adalah anak angkat dari raja dan ratu sebelumnya, dan karena itu dia termasuk keluarga kerajaan,” kata Inugami dengan tegas. “Bahkan dengan penjaga, mengirim Tomoe-dono ke republik sendirian bukanlah sebuah pilihan…”

Kuu melambaikan tangannya. “Itu tidak masalah. Dia tidak perlu meninggalkan kerajaan. Kami akan mempersiapkan numoth-nya, dan jika dia bisa datang ke kota atau desa di dekat perbatasan, mereka bisa berbicara disana.”

“Meski begitu, kau memerlukan izin dari Yang Mulia.”

“Aniki menginginkan beberapa numoth. Aku menolak permintaannya karena kami membutuhkan mereka untuk pertahanan, tapi jika pertukaran informasi antara republik dan kerajaan akan mempermudah pengembang-biakkan mereka, aku tidak keberatan memberikan beberapa numoth kepadanya. Yah… aku juga memerlukan izin dari ayahku, jadi aku yakin itu akan butuh waktu, tapi aku akan mencoba membicarakan ini dengan Aniki kalau ada kesempatan.”

Kuu tersenyum ke arah Tomoe.

“Gadis kecil, saat waktunya tiba, aku akan mengandalkanmu. Ookyakya!”

“… Oke! Aku akan melakukan yang terbaik!” kata Tomoe sambil mengepalkan tangannya.

Inugami dan Leporina melihat mereka sambil tersenyum.

Sementara itu disaat yang hampir bersamaan, Ludwin, komandan utama pasukan bantuan dari Kerajaan Friedonia, dan Kaede, skretarisnya, sedang melakukan pemeriksaan terakhir. Dalam operasi besok, Ludwin akan berada di markas utama, sementara Kaede akan melakukan komando di dekat garis depan.

“Aku lebih memilih mengomandoi garis depan , sih,” kata Ludwin.

“Komandan utama tidak boleh berkata demikian,” kata Kaede. “Tolong tetap berada di markas kali ini.”

“Ahaha… Baiklah.”

Setelah pemeriksaan terakhir mereka selesai, keduanya meninggalkan ruang strategi.

“Kalau begitu, besok aku akan mengandalkanmu,” kata Ludwin.

“Ya. Semoga keberuntungan selalu menyertai anda dalam pertempuran, Ludwin-dono.”

Berpisah dengan Ludwin, Kaede berjalan sebentar, dan bertemu dengan Halbert dan Ruby yang berdiri di salah satu sudut benteng.

Melihat mereka, Kaede memiringkan kepalanya dan menunjukkan tatapan kosong. “Apakah kalian menungguku?”

“Aku hanya tidak bisa tidur,” kata Halbert

“Bohong, dia hanya ingin melihat wajahmu,” kata Ruby sambil tersenyum.

Mendengar Ruby membocorkan rahasianya, wajah Halbert memerah. “Ap?! Ruby! Dengar ya!”

“Hehe! Aku juga senang melihat kalian berdua, tau,” kata Kaede sambil terkikik. “Kalian akan bertarung di udara sementara aku di darat. Hal, situasinya akan lebih berbahaya bagimu, jadi kau harus berhati-hati, kau tau. Dan kau tidak boleh terlalu memaksakan Ruby.”

“Ya, aku tau,” katanya. “Jangan lengah dan terluka atau sejenisnya. Jika kau berada dalam masalah, kami pasti akan datang menyelamatkanmu. Benarkan, Ruby?”

“Hehe!” Kaede terkikik. “Itu benar. Aku juga akan melindungi kalian berdua.”

Dengan kedua sisi bertingkah seolah-olah mereka lebih baik satu sama lain, ketiganya tertawa bersama.

Saat mereka tertawa…

“Ara, kalian terlihat akrab.”

Ketiganya menoleh untuk melihat siapa yang menyapa mereka, dan Excel berdiri disana sambil tersenyum.

Kemunculan komandan tertinggi National Defense Force itu membuat mereka bertiga langsung memberi hormat sebagai anggota militer.

“S-Selamat malam, Duchess Walter! Saya minta maaf karena tidak menyadari anda lebih awal,” kata Hal dengan buru-buru.

“Ohh, sekarang sudah larut malam, jadi mari kita bicara dengan santai.” Excel melambaikan tangannya mendengar permintaan maaf Hal.

Menggantikan Hal yang terdiam, Kaede bertanya, “Um, apa yang ada lakukan disini, Duchess Walter? Saya pikir anda sudah tidur sekarang.”

“Hmm… aku merasa khawatir dengan Yang Mulia, dan pergi ke ruangannya, tapi Aisha menghalauku di depan pintu. Mereka sungguh sangat mencintainya.” Excel meletakkan jari ke bibirnya, seakan merasa kerepotan.

Serius, ada apa dengan orang ini?! Pikir Halbert dan yang lain sambil menatap Excel dengan tatapan dingin, tapi Excel benar-benar mengkhawatirkan Souma.

Dia berpikir, Selama pertemuan tadi, sepertinya Yang Mulia terlalu memaksakan diri, tapi, yah, sepertinya Naden dan Roroa sedang bersamanya… kurasa dia akan baik-baik saja.

Untuk mengganti suasana hatinya, Excel menepukkan tangannya. “Ngomong-ngomong, kalian bertiga berada di kapal Castor, bukan? Dari sudut pandang kalian, apakah menantuku yang bodoh untuk melakukan tugasnya sebagai seorang kapten dengan benar?”

“Huh? Maksud anda Kapten Castor?” Halbert menatap Kaede dan Ruby. “Uhh… ya. Saya rasa dia adalah kapten yang dapat diandalkan.”

“Dia bahkan tetap menyapu dek meskipun sudah menjadi kapten, jadi seluruh awak kapal menghormatinya,” kata Kaede.

“Dia berkata, ‘Hey, sebagai naga merah dan dragonewt, kita agak mirip, ya,’ dan memulai percakapan santai denganku,” tambah Ruby.

Mendengar pendapat mereka, Excel tersenyum. “Begitu. Jadi dia melakukannya dengan baik.”

“Oh, iya. Tentu saja.”

“Yah, aku juga mendengar kalau dia pergi ke tempat yang seharusnya tidak dia datangi bersama para awak yang menghormatinya itu, sih. Hehe…”

Halbert dan yang lain merasa suhu disekitar mereka baru saja turun 10 derajat.

Lalu Excel menatap Ruby dan Kaede. “Kalian berdua bertunangan dengan Halbert, kan?”

“Y-Ya,” kata Kaede.

“Itu benar.”

Excel mengangguk mendengar jawaban mereka, lalu berkata dengan nada ceramah. “Pria sudah diketahui mudah terbawa suasana. Itulah sebabnya, sebagai wanita, kita harus mengekang mereka. Memuji, menyemangati, dan mendorongnya disaat diperlukan, sambil memarahi dan memukul pantat mereka bila mereka berbuat salah. Kita tidak boleh terlalu condong ke satu sisi. Rahasia keluarga langgeng adalah bisa mengendalikan pasanganmu tanpa membuatnya marah. Apakah kalian paham?”

“”Y-Ya!”” Kaede dan Ruby memberi hormat secara bersamaan.

Hanya Halbert sendir yang memegangi kepalanya. Ekspresi macam apa yang harus kutunjukkan sambil mendengarkan percakapan seperti itu…?

Sambil menunjukkan senyum puas kepada mereka bertiga, Excel menarik kipas dan dadanya dan membukanya. Kemudian, dia menutupi mulitnya dengan kipas itu, dan mengeluarkan tawa bahagia. “Yah, putriku Accela, yang merupakan istri Castor, bukanlah tipe wanita yang hanya diam menunggu. Aku yakin, itulah yang akan Castor ketahui cepat atau lambat.”

Saat Excel mengeluarkan tawa yang seolah-olah menyiratkan sesuatu, Halbert merasa keringat dingin mengalir dipunggungnya.

Jika aku menikah, apakah Kaede dan Ruby juga akan bersikap seperti itu…?

Sesaat setelah pemikiran itu menghantui Halbert, dia bersumpah bahwa dia tidak akan menentang mereka.

***

Saat semua orang menghabiskan waktu dengan cara mereka masing-masing, aku sedang berada di runganku memeriksa dokumen.

Meskipun Living Poltergeist yang telah kutinggalkan di istana masih melakukan tugasnya, aku tetap membawa beberapa dokumen yang tidak terlalu penting agar bisa kukerjakan saat punya kesempatan.

Aku duduk di depan mejaku dalam diam, dan menandatangai setiap dokumen yang selesai kuperiksa.

“Hei, hei, Darling,” Roroa angkat bicara. “Apakah kau harus melakukan itu sekarang?”

“Benar,” tambah Naden. “Kau jauh-jauh datang kemari, dan kemudian kau masih mengubur dirimu dalam pekerjaan?”

Saat aku berbalik, Roroa dan Naden duduk di atas tempat tidur dan menatapku.

Mereka berdua sedang mengenakan pakaian tidur, dan Naden memakai sarung penutup tanduk yang selalu dia gunakan saat tidur.

Naden mengatakan kalau tanduknya akan melubangi bantal saat dia tidur dalam bentuk manusia, jadi aku membuatkan sarung itu untuknya. Aku masih belum memberikan nama resmi untuk sarung itu, tapi sebut saja namanya penutup tanduk.

… Tunggu, mereka berdua seperti benar-benar berencana tidur disini.

Ngomong-ngomong, Aisha sedang berjaga di luar ruangan. Sepertinya dia baru saja mengusir Excel yang mencoba untuk masuk dan menggoda kami. Kerja bagus!

Aku berkata kepada mereka sambil tetap memeriksa dokumen, “Selalu ada pekerjaan yang harus kulakukan. Jika aku tidak menyelsaikannya saat ada kesempatan, maka pekerjaanku akan menumpuk.”

“Kesadaran yang kau tinggalkan di istana juga lagi bekerja, kan?” kata Roroa.

“Bukankah kau harus istirahat sebelum pertempuran besok?” tanya Naden.

“Yah… aku tau itu, tapi…”

Lalu mereka berdua mulai saling berbisik.

“Kupikir sekarang saatnya kita melakukan itu, Nadie.”

“Ya. Kurasa juga begitu.”

Apa sebenarnya itu yang mereka bicarakan?”

Mereka berdua berdiri, dan kemudian merangkul kedua lenganku dengan erat.

“Cia-nee ngasih tau kami, ‘Jika Souma bekerja terlalu keras di malam hari…’”

“’… itu karena dia sedang terlalu stress, jadi berhati-hatilah.’”

“Urgh…”

Kena aku. Liscia, Aisha, dan Juna tau bagaimana diriku saat sedang terlalu banyak tekanan. Tapi Roroa dan Naden seharusnya tidak mengetahuinya, jadi fakta bahwa mereka berdua mengetahuinya membuktikan kalau ada pertukaran informasi di antara para tunanganku.

“Nadie, pegangi tangan satunya,” kata Roroa.

“Roger. Satu, dua…”

Mereka menarikku dari meja, lalu membuatku duduk di tempat tidur. Lalu, seakan untuk mencegahku melarikan diri, mereka berdua memegangi tanganku dengan erat.

“Jadi, apa yang membuatmu tertekan?” tanya Roroa. “Bukankah kau sudah memilik rencana untuk besok?”

Aku menyerah dan mengungkapkan perasaanku. “Aku masih merasa memanggul beban yang berat, mengetahui bahwa akan ada orang yang kehilangan nyawa karena perintahku. Kali ini kita menghadapi monster yang tak berperasaan. Mereka hanya memiliki insting untuk bertahan hidup, dan di situasi ini, kerusakan hanya akan semakin meluas jika kita tidak membunuh mereka, jadi kita harus membantui seluruh monster yang ada. Aku sama sekali tidak ragu dengan hal itu. Itulah sebabnya, dibandingkan mendeklarasikan perang dengan Amidonia, ini jauh lebih mudah bagi kewarasanku.”

“Souma…” Naden mengusap kepalaku sambil berkata dengan nada khawatir.

“Meski begitu, saat aku melihat mayat orang-orang dimakan oleh monster, aku tak punya pilihan lain selain berpikir jika aku tidak membawa mereka kemari, jika aku tidak memerintahkan mereka bertarung, mereka semua tidak akan kehilangan nyawa. Aku tau bahwa ada orang yang terselamatkan oleh pertempuran ini, dan bahkan akan ada lebih banyak nyawa yang hilang jika aku memilih untuk tidak bertempur. Tapi, aku membenci diriku sendiri karena sudah bermain-main dengan nyawa semua orang.”

“Tapi memang itulah tugas seorang raja, bukan?” tanya Roroa dengan ekspresi serius. “Orang yang berada di puncak akan melakukan semua yang dia bisa untuk orang-orang yang mendukungnya dari bawah. Dia berusaha menyelamatkan nyawa sebanyak yang dia bisa, melindungi orang sebanyak yang dia bisa, dan mengurangi korban sebanyak yang dia bisa. Tentu saja, karena dia melakukan ‘sebanyak yang dia bisa,’ pasti akan ada hal yang tak dapat dia lakukan. Itu sudah pasti, tapi kepercayaan bahwa orang yang berada dipuncak sedang melakukan apapun yang dia bisa akan membuat orang-orang yang berada di bawahnya merasa berani bertarung. Kau tau itu, kan, Darling? Jika kau masih khawatir, maka aku yakin itu karena…”

“Ya.” Aku mengangguk.

Ini adalah sesuatu yang kuterima. Bagaimanapun, aku sudah bertindak seperti ini sejak awal. Tapi aku hanya bisa berhenti dan berpikir. Karena jika tidak…

“Aku takut menjadi terbiasa dengan hal itu,” kataku. “Jika aku berhasil membuat diriku tidak merasa khawatir dan membuat keputusan begitu saja… maka suatu hari, entah bagaimana, aku merasa akan berubah menjadi sesuatu yang menakutkan. Lalu, sebagai hasilnya, aku akan kehilangan hal-hal yang paling berharga bagiku.”

Pengalaman yang kumiliki saat aku mulai menjadi tak lebih dari sistem yang disebut raja telah membunyikan alarm di kepalaku.

“Raja,” “pahlawan,” “pria dari dunia lain,” “orang yang membuat kontrak dengan ryuu hitam” … julukan seperti itu hanya akan menarik orang-orang ke arahku. Dan jika aku membiarkan diriku diangkat oleh orang-orang itu, sesuatu yang bukan diriku akan mulai terlahir dengan sendirinya.

Aku selalu khawatir tentang hal itu.

“Aku tidak mau berhenti menderita karena keputusanku,” kataku. “Tapi semakin aku aku menderita, semakin terbiasa pula aku dengan hal itu. Jadi aku fokus bekerja untuk menghindari pemikiran itu. Apakah itu aneh?”

“Kupikir itu tidak masalah. Jadilah dirimu sendiri.” Naden memeluk tanganku dengan erat. “Aku mencintai sifatmu yang tak seperti raja itu, Souma.”

“Itu benar. Jika kau mulai bertindak seperti seorang raja, Cia-nee pasti akan khawatir, kan?” Roroa juga memelukku dengan erat, seolah-olah tidak mau kalah.

Naden terkikik. “Tapi daripada lari ke pekerjaanmu, kuharap kau lari kepada kami. Kami akan mendengar keraguanmu, ketidak-puasanmu, semuanya.”

“Ya, ya,” kata Roroa. “Oh, kami juga hebar minum, kau tau? Kami akan menemanimu sampai pagi.”

Aku merasa hatiku menjadi sedikit ringan. “Jika kita minum sampai pagi, Liscia mungkin akan memarahi kita nanti.”

“Kita bisa mendengarkannya bersama.”

“Jika kau mau, kita juga bisa mengajak Cia-nee minum.”

“Ahaha, itu terdengar menyenangkan…” Aku menguap setelah mengatakan itu. Pada saat semangatku kembali, aku tiba-tiba diserang oleh rasa ngantuk. Seharian bergerak kesana-kemari telah membuatku kelelahan. “Ini tidak bagus… aku lelah…”

Saat aku berbarik di tempat tidur, Naden dan Roroa, yang merangkul kedua tanganku, juga ikut tertarik bersamaku.

“”Uwah!””

Oh… Rasa ngantuk yang tiba-tiba ini telah menghilangkan kemampuan berpikirku.

Sepertinya, Roroa sama seperti anak kecil. Saat aku memeluknya, dia memiliki suhu tubuh yang tinggi.

Naden memiliki suhu yang lumayan rendah, dia bahkan terasa agak dingin. Keduanya terasa nyaman, dan aku semakin tenggelam ke dalam tidurku.

Dalam keadaan setengah sadar, aku mendengar suara mereka.

“Hei, Nadie. Apakah kita akan tidur bersamanya seperti ini?”

“S-Sepertinya begitu. Ini kejadian yang tak terduga.”

“Ah! Aku ingat kalau Cia-nee dan Ai-nee pernah tidur bersama Darling sebelumnya. Sepertinya saat itu dia juga sedang sangat tertekan.”

“Benarkah? Kalau begitu mungkin ini efektif pada Souma!”

“Kupikir juga begitu. Tapi aku nggak tau soal posisi ini. Maksudku, posisi tidur kita agak salah.”

“Kaki kita memang menyentuh lantai. Dan ini sangat tidak nyaman.”

“Setelah Darling tertidur lelap, mari pindah posisi. Bantu aku, oke?”

“Roger. Tapi sebelum itu…”

Dan pada saat itulah kesadaranku terputus.

***

“Selamat malam, Darling.”

“Selamat malam, Souma.”

Dan keduanya mencium kedua pipi Souma.

← PREV | Table of ContentsNEXT →


Jika kalian menemukan kesalahan pengetikan atau kesalahan penerjemahan jangan ragu untuk memberikan komentar di bawah postingan ini atau di FP Facebook.

Leave a comment