Genjitsushugisha no Oukokukaizouki Arc 6 Chapter 1

Arc 6
Chapter 1 – Dari Kota Baru, Venetinova

Penerjemah : Zen Quarta
Editor : –
Sumber English :
J-Novel Club

Ini adalah cerita yang terjadi saat Souma pergi ke Republik Turgis.

Panggungnya adalah Venetinova, sebuah kota pesisir yang terletak di bagian timur Kerajaan Friedonia.

Pesisir kerajaan melengkung membentuk simbol <. Untuk mendorong semakin aktifnya pergerakan barang di kerajaan, Raja Souma telah mensponsori pembangunan Venetinova yang terletak di sudut pesisir itu.

Satu hal yang unik dari kota ini adalah tata letak-nya yang membentuk dua tingkat. Di tingkat bawah, menghadap langsung ke laut, terdapat pelabuhan nelayan, sebuah alun-alun, taman, dan lain sebagainya, sementara wilayah pemukiman, mansion gubernur, dan sejenisnya terletak di tingkat atas.

Hampir semua wilayah pertokoan terletak di jalur lembah antara kedua tingkat tersebut. Tata letak kota tersebut adalah persiapan terhadap gempa besar yang dikatakan terjadi sekali setiap beberapa ratus tahun.

Di salah satu klinik yang terletak di jalur lembah Venetinova, ada seorang bayi berumur sekitar delapan bulan yang sedang mengayunkan kakinya saat dia sedang digendong oleh ibunya.

“Goo goo!” seru bayi itu.

Bayi yang sehat itu bernama Fuku. Saat Souma mengunjungi kamp para pengungsi, Hilde Norg, seorang dokter wanita yang berasal dari ras mata tiga, dan Brad Joker, seorang dokter bedah, telah membantu persalinannya menggunakan operasi sesar.

Hari ini, Fuku kecil datang bersama ibunya untuk melakukan pemeriksaan rutin.

Dokter yang memeriksanya adalah Hilde. “Hm… Aku tidak melihat ada yang aneh.. Dia penuh dengan energi,”

Belum lama ini, dia telah menjadi pelatih dokter di Sekolah Kejuruan Ginger. Setelah jurusan itu sudah lebih stabil, Hilde, yang sebelumnya lebih banyak berada di rumah untuk merawat penduduk biasa dari pada mengurung diri di dalam lab, telah menyerahkan tugasnya kepada junior-nya di sekolah itu. Dalam rangka untuk mengikuti para mantan pengungsi, karena dia mengkhawatirkan mereka, Hilde-pun mengikuti mereka ke kota baru ini dan membuka sebuah klinik.

Meski begitu, Hilde merupakan salah satu dari dua orang besar dalam dunia medis, yang satunya adalah Joker. Jadi mereka berdua sering dipanggil ke sekolah medis di Parnam, tapi akhir-akhir ini, karena suatu alasan, dia tetap tinggal di Venetinova.

Mendengar dari Hilde bahwa anaknya baik-baik saja, ibu Fuku membungkukkan kepalanya. “Terima kasih banyak. Ini semua berkat anda dan dokter Joker sehingga saya dan Fuku bisa tetap hidup.”

“Tidak perlu berterima kasih kepadaku,” kata Hilde. “Itu adalah pekerjaanku, kau tau. Yang lebih penting, sama seperti yang raja katakan kepadamu, kau seharusnya berterima kasih kepada anakmu, karena telah lahir tepat saat kami berdua sedang ada disana.”

Mungkin untuk menyembunyikan rasa malunya, Hilde memalingkan wajahnya sambil mengelus rambut Fuku, yang pada akhirnya sudah mulai tumbuh.

Fuku menepukkan tangannya dengan gembira.

Ibu Fuku melihat hal itu sambil menunjukkan senyum kecil. “Saya rasa anda benar. Sekarang kami bisa menunggu kepulangan suamiku bersama-sama.”

“Oh, benar juga, mereka menemukan suami-mu, kan?”

“Ya,” kata wanita lain, yang melangkah masuk kedalam klinik. “Aku menerima surat dari kakak.”

Orang yang menjawab pertanyaan itu adalah gadis berumur delapan belas tahun yang mengenakan pakaian yang mirip seperti suku asli Amerika, dan memiliki goresan cat di wajahnya.

Namanya adalah Komain. Awalnya dia ditugaskan untuk mengurus para pengungsi oleh kakaknya, Jirukoma, dan sekarang dia merupakan pemimpin para pengungsi agar mereka bisa terbiasa tinggal di Venetinova.

Komain datang kemari hari ini untuk memberikan bantuan kepada Fuku dan Ibunya selama pemeriksaan rutin mereka. “Berdasarkan kui pembawa pesan yang dikirimkan kakakku, sekarang seharusnya dia sudah dalam perjalanan kemari.”

Jirukoma telah kembali ke utara, memimpin para pengungsi yang tidak mau menjadi warga negara di kerajaan, dan mereka yang bersikeras ingin merebut kembali kampung halaman mereka. Sekarang dia tinggal di Kerajaan Lastania, salah satu negara terkecil yang tergabung dalam Negara Kesatuan Timur, sebagai prajurit relawan, karena negara itu memang sedang membutuhkan prajurit tambahan.

Di negara itu, dia juga mengumpulkan informasi tentang orang-orang yang terpencar-pencar saat mereka dipaksa mengungsi dari utara. Ayah Fuku hanyalah satu dari banyak orang yang telah dia temukan dengan cara itu.

“Dia bilang kalau suamimu sedang mencarimu di negara-negara tetangga Kerajaan Lastania,” kata Komain. “Saat kakakku memberitahunya kalau kamu selamat, dan anakmu telah lahir, suami-mu melupakan segalanya dan langsung bergegas datang kemari untuk menemui kalian.”

“Jujur… pria itu selalu terburu-buru,” kata Ibu Fuku, tapi dia tampak benar-benar bahagia.

Hilde menurunkan bahunya dengan putus asa. “Yah, baguslah keluarga kalian bisa berkumpul lagi. Hanya saja, izinkan aku memperingatkan satu hal.”

“Huh? Uh, tentu.”

“Rahimmu sudah dibedah sekali untuk persalinan itu. Prosedurnya berjalan dengan lancar, dan mungkin kau bisa melakukan persalinan kedua, tapi… setelah rahim pernah dibedah sekali, itu akan jadi melemah, dan persalinan biasa akan menjadi lebih sulit. Jadi, untuk persalinanmu selanjutnya, akan lebih aman bagimu dan bayimu jika kita melakukan persalinan dengan operasi sesar lagi.”

Ibu Fuku dan Komain menelan ludah.

Hilde tersenyum kepada mereka berdua. “Saat suami-mu sudah sampai, kalian akan menghabiskan saat-saat romantis bersama, kan? Jika hal itu membuat kalian benar-benar menginginkan anak kedua, kalian lebih baik melakukan konsultasi dengan seorang dokter  yang diakui oleh diriku ataupun oleh negara.”

“Baik!” Ibu Fuku mengangguk dengan antusias.

Mendengar hal itu, Fuku juga mengeluarkan teriakan yang terdengar penuh percaya diri, yang membuat ketiganya saling menatap satu sama lain dan tersenyum.

“Apakah pemeriksaannya sudah selesai?” Brad menjulurkan kepalanya dari bagian dalam klinik. Dia adalah seorang pria yang biasanya memiliki ekspresi lebih tenang, tapi saat ini dia sedang menatap Hilde dengan khawatir. “Um… tidak ada masalah, kan?”

“Mereka baik-baik saja,” kata Hilde. “Ibu dan anaknya sama-sama sehat.”

“Tidak… bukan itu yang kumaksud…”

“Jujur… kau jauh lebih gugup dari pada yang kubayangkan.” Hilde berdiri dan menyuruh Brad kembali masuk ke dalam klinik. “Sebagai awalan, tidak ada pria yang diizinkan masuk saat aku sedang memeriksa pasien wanita.”

“Tidak, sekarang kau sedang memeriksa bayi… aku hanya…”

“Cukup. Kau masuklah kedalam dan bersiap untuk besok! Kau harus pergi ke ibukota dan memeriksa tuan putri. Aku mendengar kalau dia jatuh sakit.”

Setelah memaksa Brad untuk pergi, Hilde kembali ke tempat duduknya. “Ya ampun,” gumamnya.

Setelah melihat interaksi mereka berdua, Komain memiringkan kepalanya dengan bingung. “Dokter Brad juga ada disini, huh? Aku mendengar kalau dia mendapat julukan pengembara, dan memeriksa pasien di penjuru negeri.”

Brad memang sering mengembara. Dia adalah orang yang akan berkata, “Aku ingin menyembuhkan orang-orang miskin, bukan orang kaya”, langsung di hadapan Raja Souma. Istilah lebih sopannya, dia adalah seorang penyendiri; istilah yang sedikit lebih kasar, dia masih menderita penyakit chuunibyou.

Meskipun dia telah menerima permintaan dari Raja Souma untuk menjadi pengajar, dia masih tetap berkeliling negeri untuk memeriksa para pasien dan mengobati mereka. Akan tetapi, dia juga membawa beberapa murid dan menyebut hal itu sebagai latihan lapangan, sih.

Itulah sebabnya Komain terkejut melihat Brad ada disini.

Namun, Hilde mendengus. “Apa yang perlu dikejutkan disini? Laki-laki itu begitu simple,” katanya, sambil mengusap perutnya.

Gerakan itu menjawab semua pertanyaan Komain. “Kamu, juga, dokter?!”

“Wow, selamat!” teriak ibu Fuku.

“Hmph…” Hild memalingkan wajahnya dengan malu. Tapi, tetap saja, dengan suara samar-samar dia menjawab, “Ya, ya… terima kasih.”

Caranya mengatakan hal itu membuat Komain dan ibu Fuku tertawa terbahak-bahak.

***

“Komain, terima kasih sudah mau menemani kami hari ini,” kata ibu Fuku, sambil membungkukkan kepalanya.

“Dooo,” seru putra kecilnya.

Saat itu sudah lewat jam tiga sore. Di jalanan lembah di luar klinik Hilde, Komain menggulung lengan bajunya dan berkata, “Oh, itu tidak masalah. Kakak menyuruhku mengawasi semua orang. Jika ada sesuatu yang bisa kubantu, tolong langsung beritahu aku.”

“Terima kasih. Apakah kamu akan langsung pulang?”

“Tidak, Aku punya beberapa dokumen yang harus kuserahkan kepada gubernur, jadi aku berencana untuk pergi kesana.”

“Oh, benarkah? Baiklah, tetaplah semangat bekerja.”

“Tentu saja! Sampai jumpa lagi, Fuku.”

Meraih tangan Fuku dan mengguncangnya, Komain mengucapkan selamat tinggal kepada keduanya dan berlari menaiki lembah. Mansion gubernur terletak di bagian teratas kota ini. Saat Komain sedang berlari melewati wilayah pertokoan, seorang wanita yang membuka toko buah memanggilnya.”

“Koma, kau selalu tampak sibuk. Apakah kau makan dengan benar?”

“Huh? Uh, sekarang kalau dipikir-pikir, tadi mungkin aku lupa makan siang.”

“Itu tidak bagus. Meskipun kau sibuk, kau harus makan!” Wanita itu melemparkan salah satu apel yang dia jual ke arah Komain.

“Whoa… makasih, bu!” Komain menangkap apel itu, melambaikan tangannya keara wanita itu, dan melanjutkan perjalanannya.

Orang-orang sering melambaikan tangan kepada Komain saat dia berlari menyusuri jalan.

Akhir-akhir ini dia melakukan banyak pekerjaan, mulai dari bersih-bersih, mencuci pakaian, menjaga anak-anak, mengantarkan barang sampai membuang sarang lebah. Meskipun dia adalah seorang gadis muda, dia benar-benar menjalankan perannya sebagai ketua para pengungsi dengan serius, dan karena dia memiliki nyali untuk memarahi para penduduk lokal, meskipun mereka adalah para pekerja keras dan bisa menjadi sedikit kasar, maka tidak aneh kalau dia menjadi begitu populer. Dia tidak mengetahui hal itu, tapi dia sudah mendapatkan julukan sebagai gadis maskot kota Venetinova.

Tapi… aku tidak terus melakukan ini selamanya, pikir Komain saat dia berlari menyusuri jalanan Venetinova. Para pengungsi mulai betah tinggal di kota baru ini. Jika kami ingin membaur ke dalam kota ini, akan lebih baik jika tidak ada “dinding” antara mereka yang merupakan mantan pengungsi dan mereka yang tidak. Peranku sebagai ketua adalah simbol dari dinding itu, jadi pada akhirnya mereka tidak akan memerlukan diriku lagi. Sebenarnya itu adalah hal bagus, tapi…

Komain menggigit apel yang diberikan kepadanya dan mendesah kecil.

Mungkin sekarang sudah saatnya aku mencari cara untuk hidup untuk diriku sendiri, sama seperti yang dilakukan Kakak saat dia pergi ke utara.

Komain memikirkan hal itu saat dia berlari menyusuri jalanan. Saat dia masih berpikir, dia tiba ditempat tujuannya.

Mansion gubernur; disinilah tempat tinggal gubernur yang mengelola kota ini.

Itu bukanlah mansion penguasa karena Venetinova merupakan bagian dari wilayah keluarga raja, dan oleh karenanya penguasa dari kota ini adalah Raja Souma. Namun, Raja Souma tinggal di ibukota, sehingga dia perlu mengirim seseorang untuk mengelola kota ini.

Sering kali pengelolaan kota besar diserahkan kepada para bangsawan dan ksatria yang bekerja di kantor pemerintahan, tapi mengingat betapa pentingnya kota ini, seorang pengelola biasa tidak akan cukup.

Julukan untuk posisi pengelola kota ini adalah “gubernur.” Itu adalah sebuah posisi baru, dibuat untuk orang yang akan mengelola kota ini menggantikan Souma, dan tempat dimana gubernur itu tinggal dan bekerja disebut sebagai mansion gubernur.

Sekarang, tentang siapa yang menjadi gubernur kota ini sekarang…

“Permisi. Apakah Gubernur Poncho ada?”

Benar, itu adalah mantan Menteri untuk mengurus Kekurangan Pangan dan saat ini merupakan Menteri Pertanian dan Kehutanan, Poncho Ishidzuka Panacotta.

Karena kota ini tidak bisa diberitakan kepada siapapun yang kurang kompeten, Poncho yang merupakan kenalan dekat raja telah dipilih, meskipun hanya untuk sementara, untuk menangani tugas itu. Karena hal itu, hari-hari Poncho telah berlalu dengan begitu cepat, dengan dirinya yang harus bekerja di istana setiap pagi, dan kembali ke Venetinova setiap sore.

Secara teknis, penggantinya sudah ditetapkan—dia adalah Penguasa Altomura, Weist Garreau, yang telah melakukan jasa besar selama perang—tapi sampai dia siap untuk mengambil alih posisi itu, hari-hari sibuk Poncho akan terus berlanjut.

Terlebih lagi, Poncho memiliki sekumpulan masalah lain yang menghantuinya.

“Gubernur ada, tapi anda harus menunggu lama jika ingin bertemu dengannya,” kata penjaga dengan senyum dipaksakan dan sepertinya ada maksud lain dibalik perkataannya.

“Aku paham,” kata Komain. “Ada beberapa dokumen yang ingin kuberikan, jadi apakah tidak masalah jika aku menunggu?”

“Saya paham. Silahkan, Komain-dono. Anda bisa menunggu di ruang tunggu.”

Berkat wajahnya yang sudah terkenal luas, penjaga itu dengan mudah membiarkan Komain masuk kedalam.

Maid yang berdiri di depan pintu masuk yang bertugas untuk memandu para tamu mengantarnya ke ruang tunggu dimana sudah ada tiga wanita lain yang menunggu disana.

Para wanita itu tampak berkumpul di sudut ruangan dan sedang membicarakan sesuatu. Mereka semua mengenakan pakaian bagus, dan Komain bisa menebak kalau mereka adalah para nona muda dari keluarga kaya. Para wanita itu melirik ke arahnya saat dia masuk ke dalam ruangan, dan kemudian saling mendekat dan saling berbisik satu sama lain.

Komain, merasa canggung, duduk jauh dari para wanita itu. Saat dia melakukan hal itu…

“Apa-apaan dengan pakaian itu? Apakah gadis itu berniat menjadi istri Poncho-dono?”

“Sungguh gadis biasa. Apakah dia berpikir bahwa, jika itu adalah Poncho-dono, bahkan seorang gadis seperti dirinya bisa merayunya?”

Komain bisa mendengar bisikan mereka dengan jelas. Dia berasal dari ras pemburu yang telah hidup di wilayah utara, dan mereka sangat sensitif terhadap keberadaan mangsa mereka dan suara lainnya. Dia bisa mendengar suara bisikan milik para wanita itu terlepas apakah dia menginginkannya atau tidak.

Komain terkikik. Aku tau itu… Mereka adalah para wanita yang datang untuk membicarakan kemungkinan pernikahan dengan Poncho-dono, seperti yang kuduga.

Sudah diumumkan secara umum kalau Raja Souma akan menggelar upacara untuk merayakan pernikahannya dengan Tuan Putri Liscia dan para ratu lainnya. Menanggapi hal itu, saat ini sedang ada serbuan tawaran pernikahan dari mereka yang ingin mengamankan posisi sebagai seorang ratu. Bukan hanya itu, tawaran itu juga datang menghampiri setiap pria lajang diantara para bawahan Raja Souma yang kelihatannya memiliki masa depan yang menjanjikan.

Perdana Menteri yang pintar dan menarik, Hakuya, dan Kapten tampan dari Royal Guard, Ludwin, memang sama-sama populer, tapi sebagian besar tawaran tersebut malah membanjiri Poncho.

Meskipun merupakan bangsawan kelas atas, Poncho berasal dari keluarga dengan status rendah, dan hal itu menciptakan penghalang yang cukup rendah untuk lamaran seperti itu. Di atas itu semua, Poncho memiliki tubuh yang gemuk; mereka yang memiliki rasa percaya diri dengan penampilan mereka berpikir bahwa merayunya adalah hal yang mudah. Selain itu, ada banyak juga wanita yang memiliki perasaan tulus kepadanya sebagai salah satu orang yang membantu mengakhiri krisis pangan.

Singkatnya, Poncho dikunjungi oleh banyak wanita, baik yang memiliki status tinggi maupun rendah, mereka yang hanya memikirkan ambisi dan mereka yang benar-benar tulus… Kelompok wanita yang datang melamarnya memang memiliki latar yang berbeda-beda. Kelompok yang sekarang ada disini sudah jelas merupakan para wanita yang berasal dari keluarga ambisius.

“Lihat saja,” kata salah satu dari mereka. “Aku akan menjadikan pria gendut itu milikku dengan wajah cantik ini.”

“Dia tampak seperti pria yang pemalu, jadi jika aku mendorongnya, dia seharusnya akan menyerang dengan mudah.”

“Dari tampangnya, sepertinya dia tidak terbiasa dengan para wanita cantik.”

Para wanita itu terus berbicara dengan nada samar.

Ini terasa agak memuakkan, pikir Komain. Aku tidak peduli dengan apa yang mereka katakan padaku, tapi Poncho-dono bekerja sama dengan Yang Mulia Souma untuk menyediakan bantuan makanan kepada kami para pengungsi saat kami sedang mengalami masa-masa sulit. Aku ingin dia bahagia, dan aku lebih senang jika tidak melihat ada wanita aneh yang menjadi istrinya.

Namun, sama seperti yang para wanita itu katakan, Poncho memiliki sisi yang agak tak bisa diandalkan. Jika ada wanita yang mendorongnya dengan cukup kuat, berdasarkan sifatnya, dia mungkin tidak akan bisa menolak. Komain merasa khawatir kepada Poncho, tapi kemudian ada sebuah pertanyaan yang muncul di kepalanya.

Huh? Kalau begitu kenapa dia masih belum menikah sampai sekarang?

Memang benar kalau Poncho gampang dipengaruhi. Namun, meski begitu, Komain belum mendengar satupun berita tentang pertunangannya. Meskipun dia mendapatkan begitu banyak lamaran.

Dia berhasil bertahan dari seluruh lamaran yang dari para wanita seperti ini? Serius?

Saat Komain masih bertanya-tanya akan hal itu, ada seorang maid yang masuk ke dalam ruang tunggu, dan kelompok wanita yang hadir untuk membicarakan kemungkinan pernikahan mulai diantar satu per satu.

Hal selanjutnya yang dia tau, Komain sudah sendirian yang ruangan itu.

Kemudian seorang maid datang memanggilnya, memberitahu bahwa gilirannya telah tiba.

“Saya minta maaf telah membuat anda menunggu. Komain-dono, silahkan ikuti saya.”

Saat dia mengikuti maid itu menyusuri koridor, Komain melihat salah satu wanita yang sebelumnya ada di ruang tunggu sedang berjalan dengan cepat ke arah mereka. Wajahnya tampak tegang, dan dia melewati Komain begitu saja, sepertinya dia tidak menyadari keberadaan Komain.

Ap-apa-apaan itu? Dia tampak sedang terpojok. Apakah pertemuannya tidak berjalan dengan baik?

Saat Komain penasaran dengan hal itu, mereka tiba di depan ruang pertemuan. Maid itu mengetuk pintunya dengan ringan, kemudian menunggu balasan dari dalam sebelum membukanya dan mengumumkan kedatangan Komain.

“Silahkan masuk, ya.”

Mendengar suara Poncho, Komain menjawab, “Permisi,” dan masuk ke dalam ruangan.

Di dalam ruang pertemuan, Poncho yang tampak lelah sedang duduk di sofa dengan seorang maid berdiri di belakangnya.

Komain membuka lebar matanya sesaat setelah dia melihat maid itu. Untuk sesaat, dia merasa kewalahan oleh wanita yang tampaknya berumur dua puluh tahunan itu, dengan wajah cantik, dan aura yang menunjukkan kalau dia sangat cerdas.

Tak heran wanita yang tadi tampak sangat tertekan…

Dengan wanita cantik seperti itu berada di belakang Poncho, tak heran itu akan menghancurkan setiap wanita, tak peduli seberapa percaya diri mereka dengan penampilannya. Apakah jangan-jangan berkat dirinya lah tidak ada satupun wanita yang berhasil merayu Poncho? Jika seperti itu…

Huh?! Apakah dia melotot ke arahku?! Komain merasa seolah-olah maid yang berdiri di belakang Poncho mengirimkan tatapan tajam ke arahnya.

Saat seorang wanita cantik sedang melotot, dampaknya menjadi berkali-kali lipat. Komain merasa keringat dingin mengalir di punggungnya, tapi dia adalah Komain yang menghabiskan hari-harinya dengan mengutarakan pemikirannya kepada para pria berotot.

Dia melotot balik, seolah-olah untuk mengatakan, Aku tidak akan kalah.

Menyadari Komain melotot balik ke arahnya, maid itu meningkatkan intensitas tatapannya.

Tatapan mereka bertabrakan. Rasanya seolah-olah ada bayangan seorang serigala dan seekor elang di belakang kedua wanita itu.

7

“Um, kalian berdua, apakah ada yang salah?” tanya Poncho dengan ragu-ragu, merasakan suasana tak biasa di antara keduanya.

Setelah dipanggil olehnya, Komain-lah yang pertama kali tersadar. “Oh, iya. Poncho, aku membawa daftar para pengungsi yang baru tiba.”

“Baik, baik. Terima kasih atas kerja kerasmu, ya.”

Saat Komain memberikan kertas itu kepada Poncho, getaran mengancam yang dia rasakan dari maid itu menghilang. Faktanya, maid itu membungkukkan kepalanya dan berkata, “Saya akan pergi menyiapkan teh,” dan kemudian meninggalkan ruangan.

Saat tanda tanya masih melayang di atas kepala Komain akibat perubahan sikapnya yang tiba-tiba itu, Poncho berbicara.

“Aku minta maaf karena sepertinya telah membuatmu menunggu, ya,” dia minta maaf sambil memeriksa dokumen itu.

“Oh, tidak. Um… Apakah ada banyak orang yang mengungkapkan keinginannya untuk menikahimu?”

“B-Benar. Sebentar. Dari apa yang kudengar, ada banyak pria lajang di antara bawahan Yang Mulia yang juga menerima tawaran seperti itu, ya. Bahkan aku menerima jumlah yang cukup banyak. Jika Serina-san, yang merupakan kepala maid di istana, tidak menangani hal itu untukku, aku yakin keadaannya akan menjadi semakin buruk, ya.”

Serina… Apakah itu adalah wanita yang sangat cantik barusan? Jika dia adalah kepala maid di istana, dia pasti sangat bisa diandalkan.

Poncho menunjukkan senyum kesulitan. “Tentu saja, mungkin karena tampangku. Aku menerima lamaran yang sangat banyak, tapi sepertinya tidak ada satupun yang berhasil, ya. Aku sering diberitahu, ‘Sebenarnya, mari kita akhiri sampai disini saja,’ tepat setelah para wanita melihat wajahku saat wawancara.”

Huh? Apakah itu berarti…

Komain mengingat saat pertama kali dia memasuki ruangan ini. Dia melihat Poncho yang menunjukkan ekspresi lembut, dan Serina, si maid yang super cantik sedang berdiri di belakangnya.

Ya… Itu adalah penghalang pertama. Bagi mereka yang memiliki kepercayaan diri kecil dan berpikir bahwa mereka bisa merayu Poncho dengan mudah, saat mereka melihat wajah cantik milik Serina, mereka kemungkinan besar akan langsung mundur. Bahkan jika mereka berhasil bertahan, hal selanjutnya yang akan menghantam mereka adalah gelombang intimidasi dari Serina. Wanita rata-rata mungkin tidak akan mampu menahan tekanan itu.

Bahkan Komain merasakan perasaan merinding seperti saat dia bertemu dengan seekor serigala besar.

“Serina sudah cukup baik untuk membantuku menangani hal ini, jadi aku merasa tidak enak kepadanya, ya,” kata Poncho dengan menyesal.

Tidak, bukankah Serina lah penyebab tidak ada satupun dari lamaran itu yang berhasil?

Komain hampir saja mengatakan hal itu dengan keras, tapi maid itu menyela.

“Permisi. Saya membawa teh.” Serina membawa masuk teh dengan timing yang rasanya telah direncanakan dengan hati-hati, jadi perkataan itu tidak bisa keluar dari mulut Komain.

Saat dia sedang meminum teh yang nikmat itu, pikiran Komain sedang dilanda badai kebingungan. Serina-san menghalangi lamaran pernikahan yang diterima Poncho-dono? Tapi kenapa? Karena dia dikirim dari istana, apakah itu adalah perintah Yang Mulia? Tidak, itu tidak mungkin. Aku tidak yakin raja akan melakukan hal selicik itu. Kalau begitu apakah itu adalah keinginannya sendiri? Apakah mungkin dia memiliki rasa tidak senang terhadap Poncho-dono?

Saat Komain sedang memikirkan hal itu, Poncho mulai berbicara kepadanya dengan lembut. “Bagaimana keadaan para mantan pengungsi saat ini? Apakah ada hal yang menyulitkan mereka?”

“Oh, iya,” kata Komain. “Semua orang sudah mulai terbiasa hidup disini. Itu adalah proses yang bertahap, tapi aku semakin jarang mendapatkan permintaan mediasi dari pada sebelumnya.”

“Itu bagus, ya. Kedamaian adalah hal yang paling penting.”

“Benar sekali. Dari sudut pandangku sebagai pemimpin mereka, aku merasakan itu sebagai beban dipundakku, dan sekarang aku merasa lega. Disaat bersamaan, semakin sedikit hal yang bisa kukerjakan, jadi aku berpikir untuk memulai sesuatu yang baru. Poncho-dono… kamu selalu sibuk, bukan?”

“Ya. Selain pekerjaanku sebagai gubernur, aku juga harus bertemu dengan semua orang yang mengirimkan lamaran itu, dan Yang Mulia juga telah memintaku untuk mempelajari sesuatu yang baru. Jadi aku sibuk, ya.”

Poncho melihat tumpukan buku di samping meja-nya dan mendesah.

“Belajar…? Belajar apa?” tanya Komain.

“Penyaluran perbekalan. Menurut Yang Mulia, apakah namaku terdapat di daftar orang-orang yang menangani makanan untuk para prajurit atau tidak, akan menciptakan perbedaan besar pada moral seluruh pasukan. Itulah sebabnya, meskipun itu hanya pura-pura, dia sepertinya ingin menempatkanku di posisi yang penting, jadi saat ini aku sedang mempelajari pengetahuan dasar paling minimum tentang hal itu, ya.”

Poncho telah dikenal luas sebagai ahli makanan sampai-sampai masyarakat menjulukinya “Ishizuka, sang Dewa Makanan.” Bahkan hanya dengan mendapati namanya terdaftar sebagai pengelola makanan pasukan sudah cukup untuk meyakinkan para prajurit bahwa mereka bisa memakan sesuatu yang enak, dan itu akan meningkatkan moral mereka.

Kurasa itulah masalah yang akan kau hadapi saat kau terkenal, pikir Komain.

Serina membungkuk untuk membisikkan sesuatu ke telinga Poncho. “Komain-dono adalah pengunjung terakhir hari ini. Terima kasih atas kerja keras anda.”

“Oh, benarkah? Terima kasih juga, Serina-san, ya.”

“Tidak, bagaimanapun saya telah diminta oleh Yang Mulia untuk membantu anda.”

“Tetap saja, aku sangat berterima kasih, ya.”

Telinga Komain yang jauh terlalu sensitif menangkap bisikan mereka.

Mendengar suara mereka, Komain segera menghapus teorinya yang sebelumnya. Tidak ada sedikitpun rasa permusuhan pada suara Serina. Lebih dari itu, ada semacam “kemanisan” dalam suara itu. Sangat menakjubkan karena Poncho bisa tetap tenang saat Serina berbisik kepadanya seperti itu.

“Jika anda benar-benar berterima kasih, maka malam ini lakukan itu lagi,” bisik Serina.

“Kamu benar-benar menyukainya, huh, Serina-san?” Poncho berbisik balik.

Komain hampir saja menyemburkan teh nya.

Malam ini?! Dia menyukainya?! Huh, apa?! Apa yang sedang mereka berdua bicarakan?!

Sambil berpura-pura minum, Komain melirik ke arah mereka berdua dari balik sudut cangkirnya.

A-Apakah mungkin mereka berdua memiliki hubungan semacam itu?! Oh! Itu menjelaskan kenapa Serina tampak begitu mengintimidasi! Untuk mencegah siapapun mengambil Poncho-dono darinya… Huh? Tapi itu mengejutkan. Aku penasaran kenapa wanita cantik sepertinya begitu menyukai Poncho-dono…

Kepala Komain dipenuhi kebingungan yang berbeda dengan sebelumnya, dan hal itu membuatnya khawatir.

“Oh, benar juga,” kata Poncho. “Komain-san.”

“Huh?! Uh, ya…?!” Komain tanpa sadar mengeluarkan suara yang agak melengking.

“Apakah kamu memiliki pekerjaan setelah ini, Komain-san?”

“Tidak, ini adalah pekerjaan terakhir untuk hari ini… Um, kenapa kamu menanyakan itu?”

Poncho menunjukkan senyum gembira dan berkata, “Oh, ini bukan hal besar. Aku hanya berencana untuk mengundangmu makan malam, ya.”

***

B-Bagaimana semuanya bisa jadi seperti ini?

Komain tidak memahami situasi yang dia alami saat ini.

Dia sedang berada di ruang makan pribadi gubernur di mansion gubernur. Disana, Serina dan Komain sedang duduk saling berseberangan. Poncho sedang pergi untuk memasak, jadi Komain merasa sangat canggung.

Serina tiba-tiba membungkukkan kepalanya. “Komain-dono, saya harus minta maaf untuk yang tadi.”

“Huh? Um, yang mana?”

“Karena telah melihat anda dengan tatapan meneliti. Saya mengira kalau anda adalah salah satu wanita yang berpikir bahwa mereka bisa menggoda Poncho-dono dengan mudah.”

Sepertinya tatapan itu bukanlah pelototan, tetapi sebuah tatapan penilaian. Komain merasa lega setelah menyadari kalau Serina telah melindungi Poncho-dono dari taring berbisa milik para wanita yang penuh dengan ambisi.

“Um… Aku penasaran, apakah ada banyak orang yang ingin bertemu dengan Poncho dan membicarakan masalah pernikahan seperti itu?” tanya Komain.

“Ya. Sama seperti yang telah anda lihat, dia adalah pria dengan banyak kelemahan. Saya telah diminta oleh Yang Mulia untuk memastikan Poncho-dono tidak terjebak oleh wanita aneh, tapi kebanyakan dari mereka langsung lari tepat setelah mereka melihat saya. Saya sebenarnya berharap agar mereka setidaknya menunjukkan sedikit rasa hormat kepada kami.”

Yah, baik, tentu saja mereka ketakutan, Komain hampir mengatakan hal itu, tapi berhasil menelan perkataannya tepat sebelum meninggalkan mulutnya.

Serina mungkin hanya berniat untuk memastikan, tapi bahkan mereka yang mungkin tidak memiliki biat buruk pasti akan ketakutan dan melarikan diri tepat setelah menerima tatapan itu.

“Tapi anda tidak lari, bukan, Komain-dono?” tanya Serina.

“Aku berasal dari ras pemburu. Aku merasa seperti sedang ditatap oleh seekor serigala besar, tapi kamu tidak akan bisa menjadi pemburu jika kamu membiarkan rasa takut menguasaimu.”

Perkataan Komain sepertinya membuat Serina sedikit terkejut. “Tatapan saya sekelas dengan seekor serigala besar?”

Pada saat itu, Poncho kembali sambil membawa sebuah panci besar. “Maaf telah membuat kalian menunggu. Ini adalah hidangan eksperimen kami untuk hari ini, ya.”

Poncho kemudian menuangkan masakan yang ada di dalam panci itu ke dalam masing-masing piring yang ada di atas meja. Saat dia melihat hidangan itu, Komain meringis untuk sesaat. Seluruh piringnya tertutupi oleh warna cokelat. Terlebih lagi, makanan itu terlihat tidak menggugah selera.

Apakah ini adalah… beras yang ditanam oleh ras Mystic Wolf? Tapi aku bisa melihat potongan-potongan yang tampak seperti pasta yang sangat tipis disana-sini. Di atas itu semua, semua hidangan ini berwarna cokelat…

“Ohhhh, ini menakjubkan, Poncho-dono.” Tidak seperti Komain, Serina terpesona oleh hidangan itu. “Ini mirip seperti ‘yakisoba’ yang anda hidangkan sebelumnya, tapi kali ini anda juga mencampurnya dengan nasi. Ini adalah pemandangan berdosa dari makanan pokok yang dimasak bersamaan dengan makanan pokok lainnya, dikombinasikan dengan aroma saus, pada dasarnya ini adalah yang terbaik.”

Serina memuji hidangan itu seperti seorang gadis yang jatuh cinta. Perbedaan antara sifatnya saat ini dengan gadis cantik pintar yang dia tunjukkan sebelumnya begitu besar sampai-sampai Komain merasa itu agak tidak masuk akal. Namun, Poncho tampak sudah cukup terbiasa dengan tanggapan itu, dan dengan lancar mulai menjelaskan hidangan yang dia buat.

“Di dunia asal Yang Mulia, hidangan ini sepertinya disebut ‘soba meshi.’ Pertama kamu membuat saus yakisoba, kemudian tambahkan nasi. Dari sana, kamu tambahkan bahan-bahan seperti tendon dan campurkan semuanya. Aku berencana menghidangkan ini di restoran uji coba-ku yang ada di istana, ya.”

“Saya akan segera memakannya.”

Serina menciduk sedikit soba meshi menggunakan sendoknya dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Pada saat dia memasukkan itu ke dalam mulutnya, dia menunjukkan senyum kepuasan, seolah-olah dia baru saja menerima pencerahan dari dewa.

Poncho melihatnya sambil menunjukkan senyum di wajahnya. “Harus kukatakan… kamu benar-benar menyukainya ya, Serina-san.”

Mendengar perkataan itu, Komain mengingat bisikan mereka sebelumnya. Sepertinya ini adalah apa yang Serina “suka” dan akan mereka lakukan “malam ini.”

Merasa sedikit malu atas apa yang dia bayangkan, Komain mencicipi soba meshi yang ada di piringnya tanpa ragu, dan…

Ohhh! Komain juga merasa seperti baru saja mendapatkan pencerahan dari surga. Apa ini?! Hidangan ini tampak tak menjanjikan, tapi ini begitu enak!

Saus yang manis dan pedas meningkatkan nafsu makannya, dan sendoknya kembali meraup soba meshi dipiringnya. Sungguh rasa yang menggoda. Dia bisa memahami Serina menunjukkan wajah seperti itu. Saat dia puas dengan kesimpulan yang dia buat, dia ingat dengan apa yang dikatakan Serina sebelumnya.

“Jika anda sangat berterima kasih, maka lakukan itu lagi malam ini…”

Lakukan lagi malam ini… Serina mengatakan “lagi.” Dengan kata lain, bukankah itu berarti Serina selalu memakan makanan enak dari Poncho setiap malam?

Pada saat pemikiran itu masuk ke dalam kepalanya, Komain tidak bisa menahan dirinya. Dia menendang kursinya dan berdiri, kemudian dia berlutut di lantai di hadapan Poncho.

“Poncho-dono!”

“Y-Ya! Um, Komain-san? Apa yang kamu lakukan, tiba-tiba berlutut seperti itu?”

“Komain-dono?” tanya Serina dengan kaget.

Melihat tatapan bingung di mata mereka, Komain melontarkan perasaan yang tidak dapat lagi dia tahan. “Jika saya bisa makan makanan seperti ini, saya ingin melayani anda, Poncho-dono! Tolong, izinkan saya berada disisi anda!”

Komain tiba-tiba menawarkan diri untuk menjadi bawahan Poncho.

Saat Poncho masih kehabisan kata-kata karena hal yang tiba-tiba itu, Serina beranjak dari tempat duduknya dan berdiri di hadapan Komain yang sedang berlutut. Matanya menunjukkan intensitas yang sama dengan saat dia mengusir para wanita yang datang untuk membicarakan pernikahan dengan Poncho.

Sambil menunjukkan tatapan yang berusaha menilai Komain, dia berkata, “Apakah itu… adalah sesuatu yang benar-benar kamu rasakan?”

“Ya! Aku bersumpah atas nama kehormatan orang-orangku.”

Komain menatap balik ke arahnya dengan tatapan tak tergoyahkan.

Serina mengabaikan pria yang, biasanya, seharusnya menjadi pusat pembicaraan ini, dalam rangka untuk saling menatap satu sama lain.

Poncho, seperti biasa, hanya bisa kebingungan.

Tak lama kemudian, Serina menyerah dan menurunkan bahunya.

“Sepertinya kamu serius… Baiklah.” Sambil mengatakan hal itu, Serina mengulurkan tangannya ke arah Komain. “Aku menerimamu. Selamat datang di meja keluarga Ishizuka.”

“Serina-san!”

Keduanya bersalaman. Hati mereka telah terpikat oleh hal yang sama.

Di hari ini, dua orang yang sama-sama tergoda oleh masakan kelas-B telah terikat oleh ikatan yang lebih kuat dari piring manapun.

Sementara itu, Poncho, yang telah diabaikan oleh mereka berdua, terus memakan soba meshi-nya dalam diam.

Selanjutnya, meskipun ini hanyalah sekedar catatan, dari hari berikutnya dan selanjutnya, ada dua orang wanita yang berdiri di belakang Poncho saat ada wanita yang datang untuk melakukan pembicaraan pernikahan dengannya.

← PREV | Table of ContentsNEXT →


Jika kalian menemukan kesalahan pengetikan atau kesalahan penerjemahan jangan ragu untuk memberikan komentar di bawah postingan ini atau di FP Facebook.

20 Comments Add yours

  1. Itu udah jelas liscia hamil,kan?

    Like

  2. DN says:

    status harem karakter saat ini

    souma: 5 orang
    hal: 2 orang
    poncho: 2 orang
    hakuya: 1 orang

    Like

  3. Tomoe says:

    otw belajar masak aing

    Like

  4. Oppai doragon says:

    Thanks min

    Like

  5. poncho says:

    Mksh sdh tl tlng lnjtkn tor.

    Like

  6. ALBARN says:

    FILL THE STOMACH AND YOU WILL GET THE HEART

    Like

  7. Poncho yang tampang gemuk aja banyak yang naksir wkwkw. udah ada 2 calon dia wkwk

    Like

  8. Roronoa Zoro says:

    thanks buat updatenya min..

    Like

  9. Dark Knight says:

    Bang zen, bisakah saya seperti poncho yang diincar banyak gadis?

    Like

  10. Restia says:

    min gimana isekai bawa harem kaga ?

    Like

  11. Ini cerita poncho, mana cerita mu…??

    Thanks zen-san, lanjutkan semangat bro ;))

    Like

  12. Anonymous says:

    Ngakaaak wkwkwk.. Mantap Zen-sama.. Arigatou translate nya yaa

    Like

  13. Rusdi says:

    Poncho aja yang gemuk banyak yang incer masak lo zombloo….?

    Thankz bang zen

    Like

  14. Reader says:

    Lanjoet teros min, semoga ga drop nih project 🙇

    Like

  15. rey says:

    Mantab.. lanjutkan

    Like

  16. “terikat oleh ikatan yang lebih kuat dari piring manapun”…
    ngakak sumpah… :v

    lanju bang zen…. 😀

    Like

  17. aisukiwatashi says:

    Mantab soul…

    Like

  18. Andi Ahmad says:

    ditunggu kelanjutannya min

    Like

  19. Rimuru says:

    Lanjoot teruss mang zen😆

    Like

  20. Anonymous says:

    Alhamdulillah, nengok ke sini ada update baru, thank u min….

    Like

Leave a comment