Genjitsushugisha no Oukokukaizouki Arc 5 Chapter 7 B

Arc 5
Chapter 7 – Badai B

Penerjemah : Zen Quarta
Editor : –
Sumber English :
J-Novel Club

Di tengah hujan, kami mendarat di depan Istana Kristal.

Meskipun itu tampak cantik di bawah cahaya matahari, saat keadaan gelap seperti ini, istana itu tampak biasa saja.

Saat Naden mulai berubah ke bentuk manusia, aku melompat dari punggungnya dan bergegas ke gondola. Saat aku membuka pintunya, penasaran apakah Liscia dan yang lain baik-baik saja, Liscia, Aisha, dan Kaede merangkak keluar dengan wajah pucat. Hal dan Carla keluar setelah mereka. Mereka berdua tampak baik-baik saja.

Aku bergegas ke arah mereka. “A-Apakah kalian baik-baik saja?”

Liscia dan Aisha sama-sama bersandar kepadaku.

“Huek… Souma, kau terlalu gegabah,” gumam Liscia.

“Anginnya mengguncang kami begitu keras, saya merasa mual… Huek.”

“Oh… er… Maaf.”

Aku mengusap punggung mereka untuk membuat mereka nyaman saat sedang muntah. Sementara itu Kaede sedang dirawat oleh Hal dan Carla.

Tidak seperti mereka bertiga, Hal dan Carla tampak baik-baik saja.

“Kalian berdua tidak apa-apa?” tanyaku.

“Saya berada di Angkatan Udara, dan sering terbang menunggangi wyvern,” kata Carla.

“Itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dijatuhkan dari ketinggian,” kata Hal.

Pengalaman Carla di angkatan udara dan pelatihan dratrooper yang dilakukan Hal pasti telah membuat mereka terbiasa dengan hal seperti itu.

Aku merasa agak terganggu karena Hal seperti sedang menatap ke kejauhan, tapi… Pokoknya, mungkin akan lebih baik jika kami masuk ke tempat yang beratap, dari pada di guyur hujan seperti ini terus.

“Hal dan Carla, ikat gondola itu supaya tidak diterbangkan oleh angin!” kataku. “Semua orang lainnya, kita akan masuk ke dalam! Naden, kau yang berada di depan!”

“Baiklah!”

Kami masuk ke dalam Istana Kristal. Setelah Liscia dan yang lain menenang, dan Hal serta Carla telah kembali, aku bertanya kepada Naden, “Aku ingin bertemu dengan Tiamat-dono. Kemana aku harus pergi untuk melakukan itu?”

“Di aula besar, menurutku. Saat terjadi krisis di Dracul, para naga telah diberitahu untuk berkumpul di aula besar Istana Kristal.”

“Ok,” kataku. “Kalau begitu ayo pergi kesana.”

Kami meminta Naden untuk mengantar kami ke aula besar. Hanya butuh waktu sekejap saat Tiamat-dono menteleportasiku, tapi berjalan di istana yang luar biasa besar ini benar-benar melelahkan. Kami semua berlari, tapi tetap butuh cukup banyak waktu sampai kami tiba di tempat tujuan.

Saat kami mencapai aula besar setelah lima menit berlari, ada dua hal mengejutkan yang menunggu kami. Pertama aula itu sangat luas sampai-sampai kata “besar” tidak cukup untuk mengungkapkannya. Yang satunya adalah, setelah dilihat lebih baik, aula itu sebenarnya adalah ruang tempatku diteleportasi saat aku pertama kali datang ke Pegunungan Naga Bintang. Sepertinya aula besar adalah tempat dimana aku bertemu dengan Tiamat-dono yang segede gaban.

Saat kami memasuki aula besar, terdapat sekitar seratus orang di tengahnya. Mereka semua memiliki tanduk dan ekor, jadi mereka mungkin adalah naga dalam bentuk manusia.

Dari apa yang dikatakan Naden kepadaku, paling banyak, hanya ada sekitar tiga ratus orang (naga?) yang hidup di Pegunungan Naga Bintang.

Bahkan setelah mempertimbangkan ukuran mereka yang besar, itu adalah jumlah populasi yang sangat sedikit untuk sebuah negara.

Karena jumlah tiga ratus itu sudah termasuk para naga muda dan priestess yang melayani Tiamat-dono, itu artinya disini hanya ada sekitar seratus atau lebih naga dewasa yang benar-benar bisa bergerak kesana-kemari.

Pada saat kami memasuki aula besar, kami merasakan hawa mengancam di udara. Di ruangan yang bisa dengan mudah menampung ribuan manusia, karena suatu alasan para naga sedang berkumpul di satu tempat.

Tempat itu sangat berisik, dan tidak ada seorangpun yang menyadari kalau baru saja ada orang yang memasuki ruangan ini. Sepertinya Tiamat-dono tidak ada disini lagi, jadi apa yang terjadi?

Apapun itu, kami mendekati kelompok itu. Saat kami melakukannya…

“Naden!” Seorang gadis berpakaian putih melompat keluar dari kerumunan. Itu adalah… teman Naden… Pai, bukan?

Naden menangkap temannya, yang memeluknya dengan erat. “Pai! Syukurlah. Kau selamat.”

Naden menunjukkan ekspresi lega di wajahnya, tapi ekspresi putus asa milik Pai tetap tidak menghilang.

“Naden, darimana saja kau?! Aku khawatir!”

“Oh, maaf. Aku bepergian sebentar ke negara Souma…”

“Negara Souma? Siapa?”

Oh! Benar, Pai hanya mengetahui nama samaranku, huh. Sepertinya Naden juga menyadari hal itu.

“Mungkin kau akan paham jika aku menyebutnya negara Kazuma. Kerajaan Friedonia.”

“Friedonia?! Sejauh itu!? Bagaimana…?”

“Ahaha, itu cerita yang panjang, tapi…”
“Tunggu, kita tidak punya waktu untuk hal ini!”

Naden mencoba untuk menjelaskan cerita sejauh ini, tapi Pai segera memotongnya. Pai menunjukkan tatapan serius di wajahnya saat dia menempel pada Naden yang tampak tidak puas.

“Tolong, Naden! Hentikan semua orang! Jika seperti ini, Ruby akan…”

Ruby? Ruby itu… naga merah yang selalu cari masalah dengan Naden, kan?”

Pai menjelaskan situasi saat ini kepada kami.

Disini, ceritanya akan mundur sedikit.

Semua dimulai saat awan misterius itu muncul di langit Dracul di pagi hari.

Meskipun sampai saat itu langit selalu cerah, awan itu tiba-tiba muncul dan membawa angin dan hujan hebat ke Dracul.  Hujan deras itu membuat danau meluap, dan menumbangkan pepohonan.

Menanggapi hal itu, para naga berkumpul di Istana kristal.

Angin dan hujan itu sepertinya hanya terjadi di Dracul, jadi aku mengira kalau mereka akan mengungsi ke tempat lain, tapi ada satu alasan kenapa mereka tidak bisa melakukannya.

Itu karena telur-telur naga terletak di bawah Istana Kristal.

Aku telah mendengar bahwa saat seekor naga yang membentuk kontrak dengan ksatria mengeluarkan telur, telur itu akan dijaga di Pegunungan Naga Bintang. Sepertinya mereka tidak akan menetas dalam waktu dekat.

Mereka diletakkan di sebuah tempat bernama Ruang Penetasan di bawah Istana Kristal, dan menunggu masa dimana mereka menetas. Masa itu hanya akan datang ketika mereka bisa bertemu dengan seseorang yang ditakdirkan untuk membuat kontrak dengan mereka. Ada kasus dimana telur tetap tidak menetas setelah satu abad, dan itulah salah satu alasan kenapa mereka tidak bisa dibesarkan oleh orangtua nya.

Karena telur-telur itu tidak dapat dipindahkan dari Ruang Penetasan, para naga harus mempertahankan Istana Kristal, tak peduli apapun yang terjadi.

Itulah yang membuat para naga pergi untuk menginvestigasi awan mengerikan itu, tapi naga bersayap terpengaruhi oleh angin yang kuat, dan tidak ada satupun dari mereka yang mampu mencapai awan itu.

Menanggapi situasi ini, para naga pergi untuk meminta petunjuk dari Tiamat-dono.

Tiamat-dono menjawab, “Seekor naga tak bersayap bisa terbang menembus angin dan hujan.” Selanjutnya, dia menambahkan. “Naga itu telah memegang kuncinya. Sampai mereka kembali, aku akan melindungi anak-anakku, telur-telur yang menunggu waktu kebangkitan mereka.”

Lalu dia membawa para priestess naga bersamanya dan pergi ke Ruang Penetasan.

Para naga yang ditinggalkan menjadi gempar. Itu menakutkan karena mereka diberitahu bahwa tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk menangani situasi itu. Mereka mempertimbangkan apa yang dimaksud dengan naga tak bersayap itu, dan segera memikirkan Naden Delal. Sudah dikenal luas kalau Naden adalah individu unik yang tidak memiliki sayap.

Namun, saat mereka hendak memanggil Naden, Pai memberitahu mereka untuk berhenti. Dia memberitahu mereka bahwa tidak ada seorangpun di gua yang Naden gunakan sebagai sarang sejak beberapa hari yang lalu.

Saat mereka pergi untuk memeriksanya, Naden memang benar-benar tidak ada di guanya.

Itu sudah jelas. Naden telah pergi ke Kerajaan Friedonia bersamaku, dan pagi ini, kami sedang berada di desa dekat perbatasan dimana Aisha dan yang lainnya menunggu.

Dan karena itu, para naga tercengang. Naden, yang dikatakan oleh Tiamat-dono dapat mengatasi situasi ini, sedang tidak ada.

“Awalnya, ada beberapa suara ketidakpuasan yang mengatakan, ‘Kemana dia pergi disaat seperti ini?’” Jelas Pai. “Tapi karena dia tidak ada disini, itu tidak terlalu masalah. Pada akhirnya, pertanyaan itu berubah menjadi, ‘Kenapa Naden tidak ada di Dracul?’. Dari sana, mereka menyadari bahwa itu terjadi karena apa yang mereka rasakan kepada Naden. Hati mereka mengejeknya karena merupakan naga tak bersayap, seekor cacing. Mereka mulai berpikir, ‘Mungkin dia tak tahan lagi disebut sebagai cacing, dan itulah sebabnya dia meninggalkan Pegunungan Naga Bintang?’. Dan kemudian mereka berbalik ke arah Ruby dan teman-temannya.”

Semua orang tau kalau Ruby sering mengganggu Naden, dan mereka juga sering berkelahi. Jadi para naga menyalahkan semua itu kepada Ruby dan teman-temannya. Itulah yang menyebabkan keributan ini.

Pai memeluk Naden dan berkata, “Ruby adalah orang berpikiran pendek yang tidak memikirkan sesuatu baik-baik, dan dia juga sombong, jadi dia berkata bahwa dia juga akan bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan oleh Sapphire dan Emerada. Aku juga marah dengan semua yang dia katakan sebelumnya, tapi melihatnya dikeroyok seperti ini… aku merasa begitu kasihan padanya…”

“Sulit dipercaya,” kata Naden dengan suara sedih.

Saat aku menatap ke arahnya, rambut Naden berdiri sampai ke ujung dan memercikkan arus listrik. Itu tampak seperti visualisasi dari kemarahan dan kekesalan Naden.

Naden menyerahkan Pai yang sesenggukkan kepadaku, lalu pergi ke tempat dimana para naga berkumpul, wajahnya tampak dipenuhi kemarahan.

“Mereka semua sangat egois!”

“Naden…” salah satu naga terkesiap.

Untuk sesaat, kupikir aku harus menghentikannya. Yang disalahkan saat ini bukanlah Naden. Malahan, dia menjadi orang penting untuk menyelesaikan masalah ini, jadi dia pasti akan mendapatkan sedikit rasa hormat di Pegunungan Naga Bintang. Tidak ada alasan baginya untuk cari ribut dengan para naga yang ada disini dan memperburuk posisinya. Tapi…aku tidak mau melihat Naden membuat keputusan pintar seperti itu.

Jadi aku memberitahunya, “Kau boleh melakukan apa yang kau inginkan. Meskipun para naga tidak menyukainya, tempatmu adalah di Kerajaan Friedonia… di rumah kita saat ini.”

“Naden, kau bilang kalau kau mau menjadi bagian dari keluarga kami,” tambah Liscia. “Maka hanya ada satu tempat pulang bagimu.”

“Bagaimanapun, keluarga selalu kembali ke tempat hangat yang mereka sebut rumah,” tambah Aisha, sambil mengedipkan matanya.

“Souma, Liscia, Aisha…”

“Jadi beri mereka pelajaran, Naden!” teriakku.

‘Baiklah!”

Naden menyeka sudut matanya, kemudian berubah ke bentuk ryuu-nya, membuka mulutnya lebar-lebar, dan meraung sekuat tenaga.

Roaaaaaaaaaaaaaaar!

Raungan Naden begitu keras sampai-sampai aula besar ini terguncang, membuat semua mata tertuju padanya. Lalu, saat seluruh naga melihatnya, Naden terbang ke udara.

“Tidak mungkin… Naden bisa terbang…” Pai menutup mulutnya yang ternganga menggunakan tangannya. Para naga lain juga tampak tidak bisa mempercayai apa yang mereka lihat.

Tubuh Naden melingkar dengan anggun di depan mata mereka.

Saat Pai menengadah dengan terkejut, dia berkata sambil berlinang air mata, “Begitu… Itulah sebabnya Tiamat-dono… Syukurlah, Naden…”

Setelah mengatakan itu, Pai menyeka matanya dan tersenyum sambil menangis bahagia. Dia pasti selalu mengkhawatirkan Naden selama ini. Naden punya teman yang baik.

Saat Naden menempati wilayah di atas semua naga itu, dia berteriak, “Cukuuuuuuuup!”

Cetar, cetar!

Dia menembakkan petir ke tempat dimana para naga berdiri. Terdengar teriakan disana-sini, dan para naga terjatuh satu demi satu.

… Apakah dia sama sekali tidak menahan diri? Itu suara yang mengerikan… aku juga mencium sesuatu yang terbakar. Y-Yah, mereka adalah naga. Mungkin mereka akan baik-baik saja meskipun disetrum seperti itu… Atau itulah yang kupikirkan, tapi ekspresi tegang di wajah Pai memberitahuku bahwa, bahkan dalam standar naga, apa yang Naden lakukan itu terlalu berlebihan. Naden pasti merasa tidak bisa menahannya lagi.

Keributan itu langsung berhenti, dan Naden mendarat di tengah-tengah kerumunan itu, dimana tidak ada satupun naga lagi yang masih berdiri, dalam bentuk manusianya. Lalu Naden menatap ke bawah ke arah sesuatu yang tergeletak di dekat kakinya.

Itu adalah… Ruby? Rambutnya acak-acakan, sudut mulutnya sobek, dan pakaian yang terbuat dari sisiknya juga tampak rusak. Singkatnya, dia babak belur. Sudah jelas kalau dia telah menjadi sasaran amuk naga.

Naden melirik sekilas ke arah Ruby, lalu berpaling dan mulai berteriak lagi. “Cukup! Aku tidak pernah menyukai Ruby yang selalu cari masalah denganku, tapi apakah kalian yang selalu menghinaku dari belakang lebih baik?! Terus?! Sekarang setelah hal itu tidak menyenangkan lagi bagi kalian, kalian melimpahkan semua kesalahan itu kepada Ruby dan menyakitinya?! Apakah kalian bodoh?!”

Itu sama seperti sebuah bendungan yang jebol. Emosi yang telah menumpuk di dalam diri Naden sampai saat ini meledak. Perasaan gelap itu terus dia jaga di dalam hatinya, karena dia tidak bisa mengungkapkannya.

“K-Kami hanya…”

Ada beberapa naga yang mencoba membalas perkataan itu, tapi mereka akhirnya dibungkam oleh omelan Naden.

“Sekarang sudah agak terlambat untuk itu! Kalian mengejekku selama ini sebagai cacing, naga tak bersayap, dan sekarang kalian melimpahkan semua masalah kalian kepadaku?! Kalian memiliki sayap, bukan?! Kalian lebih baik daripada diriku, bukan?! Kalau begitu kenapa kalian tidak pergi dan melakukan sesuatu tentang hal ini sendiri?!”

“Naden…” Dengan nada sedih pada suaranya, Pai mulai berjalan ke arah temannya, tapi aku menghentikannya. Sekarang adalah saat bagi Naden untuk melepaskan semuanya. Kurasa… itu adalah sesuatu yang Naden perlukan untuk bisa melanjutkan hidupnya.

“Kalian selalu menghinaku! Sekarang setelah ada sesuatu yang hanya aku yang bisa melakukannya, kalian langsung berbalik dan meminta bantuanku? Jangan bercanda! Dengar, aku membenci suasana di sini di Pegunungan Naga Bintang! Kecuali Pai dan Tiamat-dono, aku juga membenci semua naga lainnya! Kenapa aku harus melakukan sesuatu untuk kalian?! Aku sama sekali tidak peduli jika tempat ini hancur!”

Naden melotot ke arah para naga yang sedang kehabisan kata-kata, dan menghentakkan kakinya.

“Selama ini kalian selalu membicarakanku dari belakang! ‘Dia adalah cacing,’ ‘Dia seharusnya memahami tempatnya,’ dan sebagainya! Apa yang memberi kalian hak untu datang kepadaku saat meminta sesuatu? Lagipula, apa yang kalian maksud dengan tempatku? Mungkin kalian bisa bersujud di hadapanku dan memohon? Mungkin aku akan berubah pikiran?”

Ah… Dia mengeluarkan terlalu banyak kekesalan, dan sekarang dia masuk ke suasana hati yang aneh. Naden bahkan mungkin tidak lagi menyadari apa yang telah dia katakan. Sheesh…

“Ayo, kita harus buru-buru…” kata Pai.

“Oke, kurasa itu sudah cukup.”

Aku meletakkan satu tangan di bahu Naden dan menghentikannya.

***

Souma memegang pundakku dengan tatapan serius di wajahnya. “Kurasa apa yang kau katakan sudah cukup. Jika kau berkata lebih banyak dari ini, kau hanya akan menurunkan nilaimu, Naden.”

Apa? Jangan menghalangiku. Aku menepis tangan Souma, dan kemudian berbalik ke arahnya dengan marah.

“Huh?! Lagi pula, apa nilai yang kumiliki?! Karena aku bisa terbang, meskipun tidak memiliki sayap?”

“Tidak.”

“Nilaiku adalah karena aku bisa terbang menerobos badai? ‘Jadi terbanglah,’ begitu?”

“Tidak.”

“Baik, kalau begitu apa?!”

“Hatimu tidak terpaku pada nilai suatu hal. Itulah yang membuat kau bernilai, Naden!”

Souma kembali meletakkan tangannya di pundakku, dan mengatakan itu dengan tegas. Dia memegang pundakku dengan erat, jadi itu agak sakit. Rasa sakit itu… membawa kembali kewarasanku.

“Kemampuanmu adalah bisa melihat apa yang bagus pada suatu hal, tidak peduli apa yang orang katakan tentang mereka; itulah daya tarikmu, Naden! Jika itu menarik, kau akan membaca novel percintaan dari dunia luar, dan bahkan menonton Jewel Voice Broadcast dari Kekaisaran. Kau bahkan bisa mengakrabkan diri dengan orang asing sepertiku, yang tiba-tiba muncul entah dari mana, seolah-olah itu bukan masalah besar. Kau tidak peduli dengan apa yang orang lain pikirkan. Kau melakukan apa yang ingin kau lakukan. Semangat kebebasanmu yang biasa saja itu adalah apa yang membuatku jatuh cinta kepadamu. Tidak ada naga lain yang ingin kujadikan partner kontrakku, itu hanya dirimu, Naden!”

Aku terdiam.

Mendengar dirinya mengatakan kalau dia mencintaiku membuat kepalaku mendingin dengan cepat. Tidak, sebaliknya. Kepalaku malah mendidih. Wajahku terasa panas. Mulutku terbuka dan tertutup seperti ikan mas, dan tidak ada kata yang keluar.

Souma melanjutkan perkataannya seolah-olah itu bukanlah masalah. “Jika kau mulai menginjak-injak kepribadian orang lain hanya karena posisimu telah berubah, kau akan menjadi dirimu yang paling kau benci. Aku tidak mau melihatmu berakhir seperti itu.

“S-Souma…”

“Selain itu, kau tidak perlu lagi menahan semua ini sendirian.”

Hal selanjutnya yang kusadari adalah Liscia dan Aisha juga berada di samping kami.

“Naden, sekarang kau sudah menjadi bagian dari keluarga kami, jadi andalkan kami juga kau memerlukannya,” kata Liscia.

“Benar,” tambah Aisha. “Aku tidak tidaklah pintar seperti Yang Mulia dan yang lain, jadi aku akan melakukan yang terbaik dengan kemampuan tempurku. Jika saja ada orang yang melukaimu, Naden-dono, izinkan aku menebas mereka menggunakan pedang ini.”

Liscia menunjukkan senyum kecut di wajahnya, dan Aisha mengatakan hal yang berbahaya sambil tertawa tulus.

Oh… aku paham. Sekarang aku punya banyak teman, bukan hanya Pai, yang akan menganggap rasa sakitku sebagai rasa sakit mereka. Aku yakin kalau aku juga akan menganggap rasa sakit mereka sebagai rasa sakitku.

Aku berbalik ke arah Souma dan yang lain sambil membungkuk. “Maaf. Aku agak terbawa suasana barusan.”

“Haha, yah, kurasa kau harus melakukan itu sesekali,” kata Souma. “Selain itu, kami juga marah. Jadi, ayo kita beri mereka sedikit ancaman.”

Setelah mengatakan itu, Souma berdiri di hadapan para naga yang menonton dari kejauhan. Huh? Apa yang ingin dia lakukan?

“Aku Raja Souma Kazuya dari Kerajaan Friedonia,” tiba-tiba Souma memperkenalkan dirinya.

Terdengar keributan di antara para naga.

“A-Apakah dia bilang raja…?!”

“Dan Friedonia?! Negara besar yang ada disebelah timur?!”

Mengejutkan memang melihat manusia sudah datang kemari sebelum Upacara Kontrak, tapi lebih dari itu, dia berkata kalau dia bukan berasal dari Kerajaan Ksatria Naga Nothun, tapi merupakan Raja Friedonia.

Bahkan Pai, yang sudah mengenal Souma, berteriak, “Tunggu, Kazuma adalah Souma? Dan dia juga seorang Raja?” sambil berkedip dengan terkejut.

Dengan nada seorang Raja, Souma kembali berbicara, “Dalam kesempatan ini, Aku, Souma Kazuya, telah datang untuk membentuk kontrak dengan Naden di bawah bimbingan Tiamat-dono. Ini juga merupakan langkah untuk menangani ‘badai’ itu. Dengan kata lain, Naden Delal akan menjadi salah satu ratu Friedonia.” Souma menatap ke bawah ke arah para naga. “Jadi, jika ada di antara kalian yang mengganggu Naden setelah ini, bersiaplah untuk menjadi insiden diplomasi.”

Saat dia mengancam para naga seperti itu, Souma lebih terlihat seperti seorang raja iblis daripada seorang raja biasa. Dia bilang dia ingin sedikit mengancam, tapi itu terlalu besar untuk disebut sedikit. Itu seperti sebuah batu besar, dan dia menimpakannya di atas mereka, di atas tanah, untuk memastikan mereka tetap berada di sana dan memahami apa yang dia maksud. Sebagai bukti dari hal itu, para naga tampak diam membeku, tidak dapat mengatakan satu katapun.

Sebenarnya, dia hanyalah seorang manusia rapuh yang akan hancur hanya dengan sebuah semburan api, tapi Souma bisa mendominasi ruangan ini. Itu memberikan perasaan baru tentang seberapa besar negara yang Souma pikul di pundaknya.

Tapi tidak biasanya Souma bertindak seperti dia ingin memanfaatkan otoritasnya. Maksudku, dia bahkan sampai memalsukan namanya saat kami pertama kali bertemu. Jika Souma bergantung pada otoritasnya untuk mengancam mereka… apakah dia benar-benar marah?

Demi diriku, karena mereka menghinaku… Tidak, mungkin aku terlalu sombong.

Saat aku memikirkan dirinya seperti itu, aku melihat Ruby, babak belur, dan berbaring miring, disudut pandanganku. Aku berjalan ke arahnya dengan perlahan.

Aku menatap ke bawah ke arah Ruby, yang terbaring di tanah dengan nafas ngos-ngosan. Itu adalah kebalikan dari setiap saat dia menatap ke bawah kepadaku dari langit.

Aku bertanya kepadanya.

“Kau bangun, Ruby bodoh?”

“Ya, aku bangun, Naden tolol.”

Babak belur atau tidak, sepertinya dia masih cukup baik-baik saja untuk membalas sikapku. Bahkan dalam keadaan seperti ini, Ruby tetaplah Ruby. Mungkin karena aku baru saja mengamuk, aku tidak lagi memiliki kekesalan yang tersisa untuknya. Aku memang masih memiliki banyak keluhan padanya, tapi saat ini aku sama sekali tidak meperdulikan hal itu.

“Harus kukatakan kalau para naga sudah terlalu berlebihan, tapi kau memang layak mendapatkan separuh dari hal ini,” kataku kepadanya.

“Hmph…!”

“Maksudku, bukankah seharusnya kau tidak perlu sampai seperti ini? Seperti, jika kau mengatakan kalau aku melarikan diri.”

“Jika aku melakukan itu… aku akan sama dengan mereka,” kata Ruby dengan kesal. “Apa yang mereka lakukan hanyalah membicarakan seseorang dari belakang. Aku tidak mau menjadi seperti itu. Jika aku memikirkan sesuatu, maka aku akan langsung mengatakannya di hadapanmu.”

“Itu hanyalah sebuah gangguan bagiku,” bentakku.

Yah, karena itu memberiku seseorang yang bisa kuajak bertengkar, itu mungkin lebih baik dari pada para naga lain yang tetap memendam pendapat mereka di belakangku. Bagaimanapun, saat aku marah, aku bisa menyerangnya dengan listrikku. Jika dia hanya diam, aku tidak mungkin bisa melakukan itu.

Ruby menghela nafas kecil. “… Kau sangat beruntung. Kau terlihat seperti itu, tapi kau tetap bisa terbang. Dan kau menikahi seorang raja? Memangnya se-spesial apa dirimu itu? Aku benar-benar iri padamu.”

Iri… sepertinya yang Souma katakan memang benar. Meski begitu, aku tidak tau bagaimana harus menanggapi hal itu. Bagaimanapun…

“Acap kali, aku berharap bisa terlahir sebagai naga biasa sepertimu, Ruby.”

Jika aku adalah seekor naga biasa, aku tidak akan melalui semua itu. Jika aku biasa, aku pasti ingin menjadi spesial, dan jika Ruby spesial, dia pasti inign menjadi biasa. Bagaimanapun, seseorang selalu menginginkan apa yang tidak mereka miliki.

“Naden… Sepertinya situasi kita sama-sama tidak berjalan baik,” kata Ruby.

“Itulah kehidupan, Ruby.”

Kami berdua tersenyum kecut.

“Ya, ya. Pergilah kemanapun kau mau. Apakah itu menuju ke awan, atau ke kerajaan.’

Meninggalkan Ruby di belakangku dengan sarkasme biasanya, aku berlari ke arah Souma.

← PREV | Table of ContentsNEXT →


Jika kalian menemukan kesalahan pengetikan atau kesalahan penerjemahan jangan ragu untuk memberikan komentar di bawah postingan ini atau di FP Facebook.

20 Comments Add yours

  1. excel says:

    Terus bawahan ruby ikut mengeroyok ruby?!

    Like

  2. Newwebies189 says:

    Hahahaha.😄😄😄🤣🤣😂😂”
    JIKA ADA YANG MENYENTUH ISTRIKU BERSIAP SIAP UNTUK MASALAH DIPLOMASI
    😂😂🤣souma ganas bro
    #thanks Zen

    Like

  3. Dark says:

    Lanjut bang zen… Tetep semangat

    Like

  4. masrifqiku says:

    Yah tombol “NEXT” gak ada,
    ditunggu kelanjutanya bang zen

    Like

  5. Anonymous says:

    Makasih banyak… Makin betah bacanya 😃

    Like

  6. Zeth Arkhyr says:

    Seperti biasa…., mantav abiss
    thanks bang zen 😘😘

    Like

  7. Ntappsssss….
    Best moment ketika Souma bilang “……jika ada diantara kalian yang menggangu Naden, bersiaplah untuk menjadi masalah diplomasi”
    Njiiirrrr wkwk that’s mean perang :v

    Thanks zen-san, sehat selalu dan semangat updatenya :))

    Like

  8. Hikari521 says:

    Next min
    Makin seru nih ceritanya

    Like

  9. Rais says:

    Ga kerasa udh d ujung lagi :3

    Like

  10. Thank you bang zen!!! 👍👍👍……

    Like

  11. Thomy says:

    Duh enaknya yang abis keluarin unek2 ditambah kata2nya nancep bgt… Ahh serasa ikutan lega..,, fyuuh ehehe.
    Arigatou Zen-san 😁

    Like

  12. sn27 says:

    terimakasih tlnya bang zen

    Like

  13. bawang goreng says:

    arigato gozaimashitayo bank zend… aku mencin.. aku mencincangmu:v😂😍

    Like

  14. Naisu Prime says:

    arigato zen-sama

    Like

  15. Mobakontoul says:

    Aku suka ruby, apa lagi ultinya bisa mengngaet hatiku 😂

    Like

  16. Rimuru says:

    Kisah Cinderela from other universe😂

    Like

  17. Poipoi says:

    Agak sedikit kurang paham sama Chapter ini..
    Btw thanks zen-san..

    Like

  18. Thoriq says:

    Uoooooohhh yg di tunggu tunggu 😚

    Like

  19. andrianovsky says:

    Mantab sangad, Bang Zen!!!! Thank you!!

    Like

  20. Hizkia Legesan says:

    Akhirnya setelah seminggu menunggu updatetannya bang zen…

    Makasih bang..
    Lanjut..

    Like

Leave a comment