Stranger’s Handbook Chapter 5

Chapter 5 – Ambisi Frontier Count

Penerjemah : Zen Quarta
Editor : –
Sumber English : Oyasumi Reads

Merebut kerajaan….

Merebut yang dia maksud adalah merampas secara paksa, kan; dan dia memintaku menjadi seorang pemimpin….
Jika seperti itu, dia ingin aku menjadi seorang politisi? Jangan katakan dia ingin aku menjadi pemimpin dari kelompok pemberontak?

…..Hmm? Tunggu dul….

“Err, Paduka, kerajaan…?

Saat aku menanyakan hal itu, dia menyeringai lebar.

“Tepat, kerajaan. Ada sebuah kerajaan di dekat Kekaisaran kita…”

Sialan! Senyum jahat itu…. Aku menyeruput teh milikku sambil mengangguk pada pria tua itu.
Ah! Teh ini enak.

“Aku tak habis pikir kenapa negara itu memilih seorang Putra Mahkota yang begitu bodoh….”

Putra Mahkota, huh…. Penguasa negara itu yang selanjutnya.
Jadi dia ingin aku ikut campur dalam perselisihan didalam keluarga lain?

“Dan, kamu tahu, Putra Mahkota itu menganut ideologi diskriminasi.”

………Apa?

“Supremasi terhadap ras manusia…. Dia mempraktekkan doktrin seperti itu.”

Al-san menunjukkan ekspresi kesal di wajahnya dan ksatria ‘pemotong jari’ juga tidak menunjukan ekspresi senang.
Yah, kau mungkin dapat mengatakan bahwa di negara yang melarang diskriminasi, dia adalah Putra Mahkota yang cukup… tidak, yang sangat mengerikan.

Seperti biasa, Frontier Count tua…. Pak tua Razatonia menunjukkan senyum jahat diwajahnya.

“Itulah sebabnya, akan menjadi sebuah masalah jika orang seperti dia menjadi Raja selanjutnya.”

…..Uh huh, sikap resmi itu.
Itu mungkin adalah hal yang sebenarnya, tapi…. Aku bertaruh dia tidak memikirkan itu sebagai hal yang tak termaafkan karena niat baik, bukan.

Tanpa sadar, Aku menatap penuh keraguan ke arah pak tua Razatonia.

Dia menyeringai….

Hii! Menakutkan!!

“Kamu pasti sudah menebaknya bukan! Ini adalah kesempatan yang sempurna untuk menyerang negara tetangga yang berisik itu. Akan lebih bagus jika kita bisa menghancurkannya dari dalam, dan itu akan menjadi lebih bagus lagi jika kita dapat memotong pilarnya.”

“Dan itu akan bagus jika kita bisa merebut takhta kerajaan. Apakah anda akan mengubahnya menjadi negara boneka?”

Aku entah bagaimana dapat memaksakan diriku untuk mengatakan hal itu dan menyeruput teh yang sekarang terasa hambar.

Fufufu! Yah, yah, pahlawan-dono yang sekarang ini sangat tanggap, itu benar-benar menolong. Jadi, bagaimana menurutmu?”

……. Aku datang ke dunia lain, menjadi pahlawan dan pekerjaanku adalah ikut campur dalam perselisihan internal, huh?
Oh baik, itu tidak seperti aku bisa silat dan kurasa aku cukup baik sebagai seorang salesman yang dapat berbicara dengan lancar.
Aku ragu apakah agak kurang pantas ketika satu-satunya hal yang tidak dia minta kepadaku adalah bertarung.

“Ya. Tentu saja, Paduka Razatonia.”

Aku menundukkan kepalaku dengan hormat.
Jika aku tidak mematuhinya, itu hanya akan berarti kematian, Aku hanya bisa menjawabnya dengan Iya atau baiklah.

“Begitukah? Bagus sekali! Percakapan tidak berjalan selancar ini dengan orang asing yang lain. Mereka terus memaksakan ideologi negara mereka kepada kami, seperti hak asasi manusia dan sejenisnya…”

Aku mengangguk dan mulai menyeruput teh hambar milikku… Ah, itu sudah habis…

“Aku sedih mengatakan ini pahlawan-dono, tapi sayangnya jumlah mereka berkurang…. Yah, jangan merasa buruk tentang hal itu!”

……..?
Apa itu…. yang barusan. Aku merasa baru saja di beri tahu sesuatu yang mengerikan.

“Pada akhirnya, aku akan mengizinkanmu bertemu dengan orang asing yang bertahan, tapi aku akan sedikit sibuk untuk sementara. Aku ingin kamu bersabar dan mau bekerja sama. Ah, tapi jangan khawatir. Aku akan menjamin kebebasanmu sampai batas tertentu dan menawarkan pelatihan sihir kepadamu. Itu seharusnya bukan kesepakatan yang terlalu buruk untukmu.”

Jadi, beberapa dari mereka yang dibawa kesini bersamaku, mati? Dalam keadaan normal itu adalah hal yang tak masuk akal.
Tapi, diriku yang saat ini tidak dapat melakukan apa-apa pada hal itu.

Untuk orang asing sepertiku yang tidak memiliki kemampuan selain kurang lebih dapat berbicara dengan lancar, aku sudah kewalahan hanya dengan menjaga agar aku tetap hidup.

“Ya, saya akan mencoba yang terbaik, Paduka Razatonia.”

Pak tua Razatonia itu mengangguk dan dengan cepat mengangkat tangan kanannya.

Lalu, bagian dari dinding ruangan itu terbuka seperti pintu dan seorang pria muncul dari sana.
Apakah dia berumur 20 tahunan? Dia memiliki rambut dan mata berwarna chestnut dan dia mengenakan sebuah jubah biru dengan panjang sekitar 180cm dan memiliki pola yang bagus.
Aku minta maaf untuk mengatakannya, tapi dia adalah pria tampan… Itu menjengkelkan…

“Bagaimana? Bagaimana kekuatan sihir yang dimiliki oleh Pahlawan-dono kita?”

Pria berjubah yang ditanyai hal itu menundukkan kepalanya.

“Ya, Paduka, Saya kesulitan untuk memberikan anda sebuah jawaban.”

Sudut mulut pak tua Razatonia sedikit bergerak, tapi senyum samarnya masih dapat dilihat.

Dia tidak bisa menjawab? Pria berjubah itu, yang kemungkinan besar merupakan seorang bawahan, berkata dengan sungguh-sungguh.
Seorang bawahan tidak bisa menjawab pertanyaan atasannya? Apakah sesuatu seperti itu di perbolehkan di dunia ini, ketika pihak yang lainnya adalah seorang bangsawan?

Seperti biasa, kedua ksatria itu menunjukkan wajah pahit… tidak, mereka menahan kemarahannya. Itulah apa yang terlihat diwajah mereka.

“Begitu. Itu terlalu buruk. Ah! Pahlawan-dono, Aku telah menyiapkan seorang pemandu untukmu, jadi kamu dapat berpindah ruangan. Kita masih memiliki banyak hal yang harus dibicarakan, tapi kamu mungkin merasa lapar dan mungkin juga ingin mandi agar kamu dapat kembali fokus.”

Dia mengatakan hal itu dan bertukar pandang dengan ksatria ‘pemotong jari’, lalu ksatria itu membukakan pintu.

“Baiklah, Paduka. Kalau begitu saya permisi.”

Aku akan diam dan patuh.
Aku akhirnya ditawari makan dan mandi dan aku tidak punya alasan untuk menolaknya.

“Ya, sampai jumpa nanti.”

Aku membungkuk pada pak tua Razatonia yang masih menunjukkan senyum tipis, dan mengikuti ksatria itu.

Kami menaiki tangga dan aku dibutakan oleh sinar matahari; tampaknya kami memasuki sebuah taman yang indah.
Pertama-tama, aku merasa sangat lapar… Kelihatannya untuk saat ini aku akan tetap hidup…
Aku mengikuti ksatria itu dengan santai sambil memikirkan hal itu.

Didalam ruangan yang tadi kutinggalkan, aku tidak bisa menduga percakapan seperti apa yang mereka lakukan…..

 

 

“Jadi, tentang kekuatan sihirnya? Sekarang dia telah meninggalkan ruangan jadi kamu dapat mengatakannya, kan?”

“Ya, Paduka, kekuatan sihirnya tak diragukan lagi lebih besar daripada yang dimiliki oleh guru saya, Mage Peringkat Pertama milik Kekaisaran.”

“I…i…i…i..itu tidak mungkin… Dia tidak bodoh dan dia juga memiliki kekuatan sihir setinggi itu… Dia terlalu berharga jika hanya digunakan sebagai seorang pahlawan….”

 

 

Itu adalah pertama kalinya aku melihat Paduka tersenyum begitu kejam… kupikir dunia akan berakhir.

Itulah yang dikatakan oleh Al-san kepadaku nanti dan hanya memikirkan hal itu membuat ekornya bergetar dengan hebat.

 

Seperti yang kuduga, kupikir aku akan mati.

← PREV | Table of ContentsNEXT →

6 Comments Add yours

  1. rusdi says:

    Ceritanya mulai dipahami…thankz min peluk,cium :v

    Like

  2. herman gunawan says:

    anjayy :v

    Like

  3. Budi Setiadi says:

    masih awal masih awal blom ada wownya :3

    Like

    1. Zen Quarta says:

      Yah, menurutku bagian serunya baru akan di mulai di chapter 10

      Like

Leave a comment