Genjitsushugisha no Oukokukaizouki Arc 1 Chapter 2 (B)

Arc 1 – Memperkaya Negara
Chapter 02 – Pertama Mari Mulai Dari XX (B)

Penerjemah : Zen Quarta
Editor : –
Sumber English : Larvyde

Di dalam sejarah terdapat beberapa kejadian yang dengan mudah menjadi sandiwara di era sebelumnya. Syarat dari kejadian itu adalah.
Pertama, harus ada titik balik dari sebuah zaman.
Kedua, harus ada seorang bintang yang ikut dalam sandiwara.
Itulah kedua syarat yang harus ada.
Sebagai contoh pada Periode Sengoku, itu adalah kejadian saat Oda Nobunaga menarikan [Tarian Atsumori] sebelum pertempuran Okehazama.
Sedangkan pada Legenda Tiga Kerajaan, itu adalah kejadian saat [Tiga kali Kunjungan] ke Zhuge Liang yang dilakukan oleh Liu Bei
Dan pada sejarah Romawi, itu adalah kejadian saat [Alea Jacta Est] dimana pada saat itu Caesar menyebrangi Rubicon.

Berdasarkan hal itu, jika seseorang bertanya kejadian mana selama masa kekuasaan Souma yang paling mungkin menjadi sandiwara, sudah pasti itu adalah kejadian Pengumpulan Anggota. Dari lima orang berbakat yang berdiri didepan Souma karena panggilannya, hanya satu yang Ia terima tanpa syarat.

Dari pandangan Souma, kajadian itu hanyalah salah satu eksploitasi yang Ia lakukan, tapi dari pandangan orang tersebut, itu adalah sebuah cerita Cinderela yang mengubah hidupnya, dan dari pandangan empat pemuda yang tersisa, ada satu orang yang memiliki pendapat lain tentang kejadian tersebut, dia berpendapat bahwa itu adalah [titik balik dari sebuah zaman]

Ya, kejadian ini memiliki tiga orang aktor utama.

***

Aku khawatir berapa banyak orang yang akan datang, tapi tanpa terduga itu adalah sebuah sukses besar.

Aku bersyukur tidak memberikan batasan jenis bakat dan juga memberikan hadiah uang. Ibu kota sekarang ini dipenuhi oleh orang-orang yang telah melewati tahap audisi. Karena kejadian luar biasa itu, para pegawai pemerintah mulai dari Markus sedang sibuk sejak pagi tadi.

Itu mengejutkan bahwa negara ini memiliki begitu banyak orang berbakat, tapi bagaimanapun, kelihatannya itu bukan alasannya. Karena perekrutan besar-besaran yang kuadakan, penonton yang ingin melihat orang seperti apa yang dipilih sang Raja datang bersamaan dalam jumlah besar, dan dimana ada orang, disana ada uang. Para pedagang, yang melihat hal ini sebagai kesempatan, juga berkumpul dan mulai mendirikan lapak mereka, dan benteng kota berubah menjadi sesuatu yang mirip seperti festival. Situasi aneh ini merangsang perekonomian, tapi karena itu, masalah para pegawai pemerintahan juga meningkat.

Lalu sekarang, acara utama, pengumpulan anggota, kelihatannya menjadi sebuah sukses besar.

Dari bakat bertarung sampai bakat yang kelihatannya tidak berguna, banyak bakat yang ditampilkan di panggung. Lima juri yang berada dipanggung memutuskan apakah bakat yang ditampilkan unik atau tidak, dan jika bakat mereka diakui, mereka akan menerima hadiah uang tidak peduli bakat apapun itu. Aku dan Liecia melihat semua itu dari ruang terpisah dan jika seseorang menarik perhatian kami, mereka akan dipanggil.

Ada sangat banyak orang yang mencalonkan kandidat mereka, tapi disisi lain, jumlah ‘duplikasi’ bakat juga sangat banyak. Bakat [Keberanian], [Pertunjukan Umum], dan [Kecantikan] memiliki bagian-bagian yang tidak layak dilihat semua orang, jadi mereka diadakan di panggung yang berbeda untuk dipilih yang [Terbaik] dari masing-masing bakat. Panggung itu dinamai [Kingdom’s Number One Fighting Tournament], [Kingdom of Talents], dan [Elfrieden Bishoujo Grand Prix], yang memberikan perlakuan spesial kepada para penontonnya.

Secara bersamaan, aku tadi menerima sebuah permohonan dari asosiasi pedagang untuk mengadakan acara ini sekali dalam setahun untuk menarik turis. Juga, ada rumor yang mengatakan bahwa [Elfrieden Bishoujo Grand Prix] adalah kontes untuk memilih selir sang Raja, jadi bangsawan yang menginginkan ikatan pernikahan dengan Raja mengirim gadis muda dari keluarga mereka untuk berpartisipasi, tapi itu tidak ada hubungannya sekarang, jadi aku akan membiarkannya seperti itu. Liecia sepertinya telah mendengar rumor itu entah dari mana, dan mengirim tatapan tajam kearahku….

***

Penjurian yang kukira akan memakan waktu sehari ternyata memakan waktu sampai tiga hari, ini adalah hari ke empat dimana orang berbakat yang membuatku berkata ‘ini dia’ di undang kehadapanku.

Liecia berdiri* disampingku, yang sedang duduk di singgasana, di sisi kanan bawahku adalah Perdana Menteri Markus-dono, dan di sebelah kiri bawah berdiri Kapten Ksatria Kerajaan Ludwin-dono. Ngomong-ngomong, kejadian ini sedang disiarkan keseluruh kota dinegara ini menggunakan orb yang dibawa dari [Ruang Siaran Kerajaan].

*Meskipun dia adalah tunangan Souma, tapi pernikahan mereka belum diputuskan jadi dia tidak bisa duduk di kursi Ratu.

Lalu dihadapan kami, ada lima orang pemuda yang berdiri berjajar. Mereka adalah :

Seorang gadis muda berambut perak, bertelinga elf, berkulit gelap, sedikit berotot, dan terlihat seperti prajurit.

Seorang pria muda yang seluruh tubuhnya tertutup pakaian hitam, dengan ekspresi yang agak tak tertarik.

Seorang gadis berambut biru, kecantikannya berbeda dengan Liecia yang kurang sopan, dia adalah orang yang memiliki aura yang lembut.

Seorang gadis kecil sederhana yang berumur sekitar 10 tahun dengan telinga rubah yang muncul dari kepalanya.

Dan terakhir adalah seorang pria gendut yang berkeringat banyak.

“Yang mulia. Orang-orang berbakat dinegara ini yang anda panggil telah dicatat di arsip kerajaan. Orang-orang ini adalah orang menunjukan bakat-bakat unik pada saat itu.” (Markus)

Markus mengatakan hal itu, dan kemudian…

Pria gendut membungkuk* dengan semangat seperti seekor belalang yang melompat.

*Sebenarnya lebih seperti bersujud.

Si cantik berambut biru membungkuk, setiap gerakan yang ia buat penuh dengan keanggunan.

Gadis bertelinga serigala meniru mereka dan membungkuk dengan kikuk.

Pria muda dengan pakaian hitam melihat mereka dengan mata mengantuk dan terakhir membungkuk.

Gadis bertelinga elf tetap berdiri. Melihat hal itu, orang-orang disini terkejut.

“Kau sedang berhadapan dengan sang Raja. Berlututlah.” (Ludwin)

Ludwin-dono diam-diam memperingatkannya, tapi dengan kemarahan bercampur di suaranya, tapi gadis bertelinga elf itu tak menghiraukannya. Sebaliknya, dia menatap tepat kemata-ku dan mengatakan.

“Saya mohon maaf atas kebiasaan suku kami. Prajurit di suku kami tidak membungkuk pada siapapun selain tuan kami. Juga, itu adalah sifat wanita di suku kami untuk tidak menundukan kepala mereka selain kepada suami mereka.” (Dark Elf)

“Tapi.” (Ludwin)

“Aku tidak keberatan.” (Souma)

Aku menahan Ludwin, yang terlihat akan membantah, dengan tanganku.

“Kitalah yang meminta kerjasama mereka untuk negara ini. Aku tidak akan keras kepala.” (Souma)

“…. Sesuai permintaan Yang Mulia.” (Ludwin)

Ludwin-dono mundur… Dia mengerti dengan baik.

Perbuatan tadi dilakukan agar tidak terlihat rendah oleh kelompok lain, tapi tetap meunujukan kebaikan sang Raja. Dia seorang aktor yang sangat baik. Oleh karena itu aku akan melakukan sesuai dengan rencana dan bermain sebagai Raja yang sabar. Aku berdiri dari singgasana dan berhadapan dengan mereka.

“Kalian semua, posisi kami disini adalah sebagai orang yang meminta dukungan kalian. Kalian dapat membuang sikap formal dan bertindak dengan santai.” (Souma)

Mereka berempat perlahan berdiri. Aku memandang Markus, menyuruhnya untuk memulai. Markus mengangguk, dan membuka beberapa gulungan dan mulai membaca.

“Lalu saya akan memulai upacara untuk mengumumkan bakat yang dimiliki orang-orang ini dan memberikan hadiah mereka! Dark Elf dari [Hutan Dewa-Pelindung], Aisha Woodgard, maju kedepan!” (Markus)

“Ya.” (Aisha)

Kali ini gadis bertelinga elf itu dengan patuh melakukan apa yang Markus katakan. Well, peraturan seperti “ kamu tidak boleh maju kedepan sebelum kamu dipanggil.” Tidak mungkin ada. Umur orang asing, sesuai dengan aturan, susah dikatakan jadi aku tidak tau berapa umurnya, tapi dia munkin belum mencapai umur 20 tahun sekarang. Dia memiliki kulit berwarna coklat gelap dan rambut berwarna perak, langsing tapi sedikit berotot, dan juga terlihat sehat. Dia memiliki ekspresi kuat tapi dia masih masuk kedalam kategori ‘wanita cantik’.

[Dark Elf], termasuk kelas masyarakat minoritas di kerajaan Elfrieden, mereka merukapan ras dengan kemampuan bertarung yang tinggi. Mereka tinggal di Hutan Dewa-Pelindung bukan di kota dan diberikan otonomi sebagai pelindung hutan. Sebuah suku tertutup dengan adat-adat yang kuat…

Dengan tenang, aku dengan cekatan menggerakkan sarung tangan yang kutinggalkan di perpustakaan dengan membagi kesadaranku dan mencari catatan tentang Dark Elf di [Ensiklopedia Anak Elfrieden]. Itu memerlukan banyak waktu tapi itu sangat berguna karena itu seperti memiliki mesin pencarian di dalam kepalaku.

Selain itu, [Dark Elf] di kerajaan ini bukan Elf yang jatuh dan kehilangan pertolongan dewa seperti dalam fantasi, tapi secara sederhana Elf dengan kulit putih dan rambut pirang disebut [Light Elf] dan Elf dengan kulit gelap dan rambut silver disebut [Dark Elf].

“Dia menunjukan bakat yang luar biasa dalam bertarung dan menjadi pemenang dalam [Kingdom’s Number One Fighting Tournament] yang telah dilaksanakan, kemampuannya benar-benar dapat dikatakan orang nomor satu dikerajaan, dia akan dihadiahi title tersebut!” (Markus)

Oooh~, pemenang turnament bertarung itu. Dia pasti sangat kuat. Tapi ada sesuatu yang membuatku heran.

“Aku sedang merekrut anggota untuk negara ini, tapi bisakah kamu meminjamkan kekuatanmu kepada negara saat dibutuhkan? Aku mambaca bahwa Dark Elf hanya patuh kepada suku mereka.” (Souma)

“Ini bukan zaman dimana kami dapat hidup hanya dengan melindungi hutan. Tanpa negara ini hutan akan berada dalam bahaya. Ada Dark Elf yang berpikir kami dapat mengubah cara hidup kami. Saya adalah salah satunya.” (Aisha)

Aisha mengatakan itu dengan jelas.

“Tetap saja… Itu merupakan pandangan yang cukup progresif untuk sebuah suku yang melindungi alam.” (Souma)

“Tentu saja, kami dianggap sebagai pemberontak, tapi jika kami tetap seperti itu… Wahai Raja.” (Aisha)

“Ada apa?” (Souma)

“Saya tidak membutuhkan hadiah itu. Jadi tolong izinkan aku untuk berbicara dangan bebas.” (Aisha)

Ruangan itu membeku, karena Aisha membuat permintaan langsung kepada Raja. Jika waktu tidak berubah, ini bisa jadi pemberontakan bahkan di Jepang. Negara ini kelihatannya juga sama. Liecia dan Ludwin-dono memegang pedang mereka tapi aku menghentikan mereka dengan tanganku.

“Aku akan mengizinkan itu. Bicaralah.” (Souma)

“Souma!? Itu…” (Liecia)

“Dia memiliki ketetapan hati. Sebagai Raja Aku harus mendengarkannya.” (Souma)

“Saya sungguh berterima kasih. Lalu Saya akan berbicara.” (Aisha)

Aisha lalu menggembungkan dadanya dengan sempurna.

“Baru-baru ini serangan manusia ke Hutan Dewa-Pelindung meningkat! Mereka mengambil berkah dari hutan seperti jamur dan tanaman liar dan memburu hewan liar yang ada di hutan. Kami mengerti sedang terjadi masalah pangan tapi jika kami kehilangan hal itu maka kamilah yang akan kelaparan! Kami menghadiahi para pelanggar dengan pedang. Kami telah bertarung dengan mereka di berbagai tempat di hutan. Wahai Raja, saya mohon untuk mengatur para pelanggar itu.” (Aisha)

“Oh begitu…” (Souma)

Dengan kata lain, dia memintaku untuk melarang manusia yang kehilangan makanan untuk berburu dan mengumpukan makanan dari hutan mereka. Saat masalah pangan semakin parah semakin kau ingin pergi dari tempat dimana distribusi dibatasi. Jika ada hutan dengan sumber makanan berlimpah didekatnya, mereka akan pergi kesana bahkan jika terdapat bahaya serangan dari Dark Elf.

“Aku mengerti. Sebenarnya sudah ada peraturan yang melarang orang-orang untuk keluar dan masuk Hutan Dewa-Pelindung jadi aku tidak bisa membuat larangan lagi, tapi aku akan segera menyediakan bantuan makanan untuk desa-desa disekitar hutan. Jika masih ada orang yang memasuki hutan setelah itu, mereka akan dianggap pemburu gelap dan akan kami tangkap.” (Souma)

“Terima kasih banyak.” (Aisha)

Saat aku mengatakan itu, Aisah meletakkan tangan didepan dada dan menutup matanya sebagai ganti untuk membungkukkan kepalanya. Meskipun aku tidak tahu apakah itu ungkapan terimakasih atau kelegaan karena telah menyelesaikan misinya.

“Tapi Aisha, bahkan jika pemburu gelap tidak diijinkan, jika kau memikirkan masa depan, tidakkah kau pikir bahwa kau dapat melakukan pertukaran dengan orang-orang diluar hutan? Aku yakin ada produk dari luar yang membuatmu tertarik.” (Souma)

“Itu mungkin benar, tapi…. Kami tidak memiliki apapun untuk dipertukarkan.” (Aisha)

“Bagaimana dengan kayu? Kau menebang hutan secara berkala, bukan?” (Souma)

Karena mereka tinggal di hutan seharusnya mereka tidak terlalu banyak menggunakan kayu, kan. Mereka mungkin akan mendapat permintaan dalam jumlah besar dari dunia luar, jadi bukankah itu akan menjadi barang pertukaran yang bagus… Itulah yang kupiirkan.

“Berkala… apa?” (Aisha)

Aisha balik menanyaiku dengan tatapan serius, aku tercengang untuk beberapa saat. Eh? Mungkinkah didunia ini tidak dilakukan penebangan secara berkala?

“Menebang sejumlah pohon untuk memelihara hutan, tapi…” (Souma)

Aku mengatakan itu sambil memandang Liecia dan Markus dan Ludwin, tapi setiap orang menggelengkan kepalanya. Kelihatannya ini pertamakalinya mereka mendengar hal ini. Aisha juga sama.

“Menjaga hutan… dengan menebang pohon?” (Aisha)

“Itu sudah jelas, kan? Jika kau membiarkan pohon-pohon itu, mereka akan tumbuh sebesar yang mereka bisa dan meyebarkan daun mereka dengan luas. Daun-daun itu menahan sinar matahari jadi pohon-pohon muda tidak bisa tumbuh. Juga saat mereka tumbuh saling berdekatan mereka akan mengganggu pertumbuhan masing-masing pohon, dan pada akhirnya itu akan menjadi hutan rapuh yang hanya berisi pohon-pohon tua. Hutan rapuh akan mudah dihancurkan oleh salju dan angin. Juga, karena sinar matahari tidak bisa masuk, semak-semak akan layu dan tanah akan kehilangan kemampuan menyimpan air dan dapat dengan mudah longsor. Itu semua adalah pengetahuan umum… kan?” (Souma)

Melihat sekeliling, hanya ada orang-orang yang menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Haaaaaah? Setelah itu Aisha membungkuk ditempat. Dia membungkuk sangat rendah sampai kepalanya menyentuh karpet dan sedang melakukan dogeza.

“Raja-ku!” (Aisha)

“A, ada apa?” (Souma)

“Tolong maafkan kesombongan hamba tadi!” (Aisha)

“Tidak, yah, aku juga tidak terlalu memikirkannya, tapi… tunggu, apakah kau baik-baik saja dengan membungkukkan kepalamu?” (Souma)

“Saya baik-baik saja! Mulai saat ini, Saya ingin anda menjadi tuan saya, kesetiaan selama hidup saya.” (Aisha)

Tunggu tunggu apa yang dia katakan…

“Silahkan gunakan hidup saya untuk apapun. Saya mempersembahkan tubuh, hati, dan kesucian saya kepada Yang Mulia. Jika anda menyuruh saya untuk bertarung, saya akan bertarung. Jika anda menyuruh saya untuk mencintai, saya akan mencintai. Jika anda menyuruh saya menjadi selir anda, akan saya lakukan. Jika anda menyuruh saya menjadi budak anda, akan saya lakukan. Jika anda menyuruh saya mati, maka saya akan mati.” (Aisha)

“Apa-apaan persembahan itu!? Apa yang baru saja terjadi!!” (Souma)

“Tapi sebelum anda menyuruh saya untuk mati, tolong, dengarkan permintaan terakhirku!” (Aisha)

“Hei apakah kau mendengarkanku! Mengabaikan!? Kau mengabaikanku!?” (Souma)

“Tolong bagaimanapun juga datanglah bersama saya ke Hutan Dewa-Pelindung secepat mungkin!” (Aisha)

Lalu dia sekali lagi menghantamkan kepalanya kelantai. Aku dan Liecia merasa ketakutan sekarang.

…..aku tahu dogeza dengan melukai diri sendiri itu lebih seperti sebuah ancaman.

“OK, aku dengar apa yang kau katakan. Jadi kau ingin membawaku ke Hutan Dewa-Pelindung, kan?” (Souma)

“Itu benar! Juga tolong ajarkan pada kami tentang ‘penebangan berkala’! Baru-baru ini, Hutan Dewa-Pelindung telah mengalami masalah seperti apa yang Anda katakan tadi. Pohon-pohon saling merapat dan layu, pohon muda tidak tumbuh, air menjadi berlumpur, dan tanah akan longsor saat terjadi angin atau hujan lebat. Saya akhirnya menyadari hal itu setelah Yang Mulia mengatakannya.” (Aisha)

“Bukankah Hutan Dewa-Pelindung telah ada ribuan tahun yang lalu? Kau tidak menyadarinya sampai sekarang?” (Souma)

Mendengar pertanyaanku Liecia dan Ludwin mengakuinya dengan malu.

“Pohon-pohon di Hutan Dewa-Pelindung dari awal memiliki umur yang panjang. Jadi itu umurnya terus bertambah tanpa disadari sampai sekarang saat mereka mencapai akhir hidup mereka…” (Aisha)

“Itu bukan masalah orang lain. Pegunungan di Elfrieden juga tidak ditebang secara berkala atau apapun jadi mereka pasti menghadapi masalah yang sama.” (Souma)

“Yah, jika mereka tidak terlalu bergantung pada hutan, mereka mungkin akan baik-baik saja. Saat akar pohon tua yang baru tumbuh, bahkan jika hutan menghilang karena bencana alam mereka akan bangkit kembali dalam 10 tahun. Bagaimanapun juga, Alam akan mengalami perulangan seperti itu.” (Souma)

“Tapi itu akan membawa bencana bagi Dark Elf yang tinggal di Hutan Dewa-Pelindung, bukan?” (Saya kurang yakin siapa yang sedang berbicara)

Itu benar. Mereka tinggal di dalam hutan jadi saat pohon-pohon menghilang mereka akan segera menjadi pengungsi. Karena mereka menyebut diri mereka pelindung hutan mereka seharusnya dapat mengurus itu dengan baik, kelihatannya mereka kecolongan…. Mendapat lebih banyak pengungsi akan buruk, kurasa aku harus cepat menyelesaikan masalah ini.

“Baiklah. Aku akan mengunjungi Hutan Dewa-Pelindung secepatnya.” (Souma)

“Oooh. Terimakasih banyak Yang Mulia!” (Aisha)

“Bagaimanapun, saat waktu itu tiba aku ingin kamu mengijinkan orang-orang untuk masuk. Pengelolaan hutan adalah masalah seluruh negara. Aku akan mengambil kesempatan ini dan membuka kelas untuk mempelajari [Kehutanan].” (Souma)

“Seperti Yang Mulia inginkan.” (Aisha)

Aisha membungkuk sangat rendah sekali lagi dan mundur ketempat empat orang yang lain berada.

“Ludwin.” (Souma)

“Ya.” (Ludwin)

“Aku ingin kau memeriksa penempatan Aisha. Aku mempercayai kemampuan pribadinya, tapi apakah dia mampu memimpin sebuah pasukan masih tidak diketahui. Jika dia memiliki keahlian itu biarkan di memimpin sebuah pasukan, jika tidak aku akan mengangkatnya sebagai komandan dari pasukan pribadiku dan seorang anggota party yang kubutuhkan untuk mengambil peran seorang Pahlawan.” (Souma)

“Ya. Dimengerti.” (Ludwin)

Selanjutnya, setelah memeriksa Penempatan Aisha, Ludwin menilai bahwa “Dia memiliki kemampuan sebagai seorang pemimpin. Bagaimanapun, kemampuannya sebagai prajurit pribadi melebihi itu, akan sangat disayangkan jika menjadikannya pemimpin”. Dia dapat dijadikan pemimpin tapi kelihatannya dia akan berguna sebagai seorang penunggang kuda yang mampu melawan seribu orang seperti Lǖ Bu. Bagaimanapun, dia berada disampingku sebagai penjaga pribadi selama masa damai, dan sebagai pajabat resmi di [Prajurit Angin Timur ( Kochiji )] ( Permainan kata dari [Hu Chi* ( Kochi )] ) yang baru saja dibentuk, dengan ijin khusus untuk memasuki kamar tidur Raja sebagai satu-satunya penjaganya.

*TN : Macan Gila, julukan untuk Xu Chu, yang menjadi penjaga Cao Cao (Diambil dari cerita Tiga Kerajaan, jika tidak mengerti silahkan googling sendiri karena saya juga ngk ngerti :v )

Dengan demikian giliran Aisha berakhir, tapi aku telah mendapat kesulitan sejak awal. Aku akhirnya memberikan hadiahnya, bahkan aku hanya berniat memanggil orang yang kelihatannya berguna….

( Mungkinkah empat orang yang lain memiliki masalahnya masing-masing? )

Dugaanku itu setengahnya benar.

***

“Selanjutnya. Hakuya Kwonim-dono, maju kedepan.” (Markus)

“….ya.” (Hakuya)

Pria muda berpakaian hitam yang dengan lambat maju kedepan memiliki mata mengantuk. Pakaian hitamnya terlihat seperti pakaian seorang pendeta yang diubah paksa menjadi pakaian asia, atau pakaian pendeta kuil Shinto yang berwarna hitam, pakaian itu memberikan perasaan tersebut. Rambutnya pendek tapi berantakan, seperti tidak dirapikan. Jika kau melihat kulit putihnya dan tubuh lemahnya, kau akan mendapat gambaran tipe orang rumahan. Pergerakannya terlihat lemah tapi mata mengantuknya menatap langsung padaku. Entah bagaimana aku merasa seperti sedang dinilai.

“Orang ini telah menunjukan bakatnya dalam pengetahuan dengan rekomendasi! Dia telah mengingat hukum di negara ini, pengetahuannya, ingatannya, kami percaya tidak ada yang menyaingi itu di seluruh kerajaan!” (Markus)

Jadi sesuatu seperti mampu menceritakan Six Code* hanya dengan ingatannya. Itu benar-benar menakjubkan. ‘Rekomendasi’ pasti berarti surat pendaftarannya dibuat paksa oleh kenalannya…. Apa ini. Kelihatannya ada sesuatu yang tersembunyi dibelakang semua ini.

*TN : Enam buku hukum yang dijadikan tubuh utama hukun di jepang, korea selatan, dan taiwan.

“….Bakatmu sangat bagus. Jika kau mau aku dapat menempatkanmu di dalam sebuah lembaga pengadilan?” (Souma)

“Tidak, hanya mendapat hadiahnya akan baik-baik saja.” (Hakuya)

Hakuya dengan cepat menolak hal itu.

“Saya sebenarnya dipaksa ikut oleh paman yang telah merawat saya, dia mengatakan [Kau sedang berada di umur yang bagus jadi jangan hanya membaca buku setiap hari, pergi dan buat dirimu berguna bagi masyarakat], kelihatannya saya tidak bisa hidup dengan harapan yang terlalu tinggi.” (Hakuya)

“Apakah ‘Buku’ yang kamu maksud adalah hukum?” (Souma)

“Tidak, saya tidak memilih-milih genre. Saya membaca buku tentang hukum, literatur, atau tekhnik. Itu adalah alasanku untuk menyerap semua pengetahuan yang tidak kumiliki.” (Hakuya)

“Begitu.” (Souma)

Apa ini. Aku memikirkan sesuatu yang lebih dari ini. Aku merasa aku melupakan sesuatu.

“….Jika seperti itu, bagaimana dengan menjadi Penjaga Perpustakaan di Perpustakaan Kerajaan? Disana mungkin ada buku yang tidak diedarkan dikota ini, kamu dapat dengan bebas meneliti mereka dengan kemampuan seorang Penjaga Perpustakaan.” (Souma)

“Ooh, itu sangat bagus. Jika Anda berkata demikian, maka saya akan menerimannya dengan segala hormat.” (Hakuya)

Hakuya akhirnya menunjukan wajah gembira. Kelihatannya dia puas. Meraih setiap kesempatan emas. Daripada membuang sebuah kartu unik, akan lebih baik untuk menambahkannya ke tanganku.

***

“Selanjutnya, Juna Doma-dono, maju kedepan.” (Markus)

“Ya.” (Juna)

Berganti tempat dengan Hakuya, si cantik berambut biru maju kedepan. Umurnya mungkin sama dengan Liecia, sekitar 17 atau 18 tahun, kecuali aura yang dimiliki Juna membuatnya terlihat lebih dewasa. Dia dengan anggun membungkuk-kan kepalanya, mengibaskan rambut indahnya. Pakaian one-piece tipis yang dipakainya tidak terlalu terbuka tapi menegaskan sisi feminimnya. Aku mungkin sudah terpikat jika bukan karena Liecia menatap setajam pisau padaku dari sampingku.

“Tidak, ini baik-baik saja. Aku tidak melupakan perkerjaan jadi kau bisa berhenti menatapku seperti itu.” (Souma)

“Lakukan sesukamu….” (Liecia)

Liecia memalingkan wajahnya dengan marah. Markus terbatuk dan melanjutkan apa yang dia baca.

“Yang Mulia, orang ini menunjukan bakat unik dalam bernyanyi dan kecantikan. Dengan bakatnya dia memenangkan [Elfrieden Bishoujo Grand Prix] dengan kecantikannya dan [Kingdom of Talent] dengan nyanyian-nya. Tak diragukan lagi, dia adalah penyanyi paling berbakat di abad ini.” (Markus)

Keduannya!? Itu luar biasa.

“Haa~… jadi surga memberimu dua berkah.” (Souma)

“Saya tidak pantas menerima kata-kata itu.” (Juna)

Perkataanku yang bercampur dengan kekaguman dibalas Juna dengan suara indah seperti lonceng.

“Aku mendengar bahwa leluhurku adalah Lorelei. Bernyanyi sudah mengalir di darah saya.” (Juna)

Lorelei. Monster laut yang memikat dan menenggelamkan pelaut menggunakan kecantikan dan nyanyian-nya. Kecantikan dan rambut birunya yang indah memang membawa gambaran Lorelei kedalam pikiranku.

“Lalu aku harus mendengarkan suara nyanyian mu.” (Souma)

“Sesuai yang anda minta.” (Juna)

“Aku tahu. Karena kejadian ini disiarkan keseluruh Elfrieden dengan menggunakan Orb. Bagaimana kalau kau menyanyikan sebuah lagu yang dapat menaikan semangat warga.” (Souma)

“Sebuah lagu untuk menaikan semangat warga… kan?” (Juna)

Juna terlihat kesulitan.

“Lagu-lagu yang diturunkan dalam keluarga saya pada dasarnya adalah lagu sedih…” (Juna)

“Ah~, jika kau tidak diijinkan karena peraturan lalu aku tidak keberatan kau menyanyikan apapun.” (Souma)

“Tidak, saya hanya tidak tahu lagu semacam itu. Jika saya mendengarkannya sekali saya dapat menyanyikannya dengan segera.” (Juna)

“Hmmm… Ah, lalu bagaimana jika kita melakukan hal ini?” (Souma)

Aku mengambil pemutar musik dari saku bajuku. Ini adalah salah satu barang yang terbawa bersamaku saat aku dipanggil kedunia ini. Karena ini tidak dapat digunakan saat baterainya habis jadi aku tidak memakainya sampai sekarang, tapi karena ini tidak terlalu besar jadi aku membawanya kemanapun. Aku melangkah kearah Juna dan memasang earphone ditelinganya.

“Ini… Apa ini?” (Juna)

“Ini akan memainkan musik. Aku akan memulainya sekarang.” (Souma)

“!” (Juna)

Pada saat aku menghidupkan itu tubuh Juna tersentak. Dia kebingungan pada awalnya, tapi kelihatannya dia mulai terbiasa dan tubuhnya mulai bergerak mengikuti irama. Lima menit kemudian, saat lagunya berakhir dia melepaskan earphonenya.

“Saya sudah mengingatnya.” (Juna)

“Jadi kamu benar-benar dapat mengingatnya hanya dengan sekali dengar.” (Souma)

“Ya. Bisakah saya menyanyikannya sekarang.” (Juna)

Saat aku kembali ketempat dudukku, dia membuka mulutnya dan dengan jelas menyanyikan kata pembuka lagu itu. Mendengar lagu itu, aku tidak sengaja terpeleset. Kenapa? Karena itu adalah lagu Sada Masashi [Ganbaranba]. Ngomong-ngomong, aku tidak pernah memasukan lagu sedih jadi aku tidak memeriksa judul lagu yang kuputar. Lagu ini adalah [lagu semua orang] yang sedikit aneh dan memiliki perbedaan karena nada Rap yang mirip dengan logat Nagasaki dan [Denderaryuuba]. Kelihatannya mereka melakukan senam dengan menggunakan lagu ini di Kampung halaman Sada-san di Nagasaki.

Tapi seperti yang diharapkan dari Lorelei. Dia menyanyikan bagian Rap Nagasaki dengan jelas sedangkan aku yang lahir di Saitama tidak terlalu memahaminya. Ngomong-ngomong, aku dengar dari Liecia setelah itu bahwa dia tidak dapat memahami bahasa jepang. Mampu memahami bahasa yang orang gunakan dinegara ini dan mengubahnya, membuat bahasa jepang yang kubicarakan dapat dipahami kelihatannya merupakan salah satu kemampuan Pahlawan. Itulah mengapa bahasa jepang yang dikatakan Juna, bagi warga negara ini, seperti kata asing bagi mereka.

Meskipun maksudnya tidak dipahami, sebuah nada yang indah akan diingat. Semua orang mendengarkan nyanyian Juna dengan senang.

Ditengah tepuk tangan, Juna yang telah selesai menyanyikan lagu itu membungkukkan kepalanya.

“Itu adalah lagu yang menyenangkan. Terimakasih banyak.” (Juna)

“Tidak. Terimakasih untuk suara yang indah tadi.” (Souma)

“Jika diperbolehkan, apakah Yang Mulai mau mengajarkan lebih banyak lagu dari negara anda?” (Juna)

“Aku benar-benar ingin kamu menyanyikannya… itu benar, aku ingin meningkatkan jumlah orb yang kita punya, dan jika tidak, aku ingin mengubah Ruang Siaran Kerajaan menjadi studio rekaman, aku ingin mengirimkan lagumu kepada para warga setiap waktu.” (Souma)

“Oooh. Itu seperti sebuah mimpi Yang Mulia.” (Juna)

“Aku akan mempercayakan itu padamu saat waktunya tiba. Ini ada pekerjaan mulia.” (Souma)

Juna mundur kebelakang, dan sekarang adalah giliran gadis kecil bertelinga serigala.

***

← PREV | Table of Contents NEXT →

3 Comments Add yours

  1. Agata Fohl says:

    Hoooiii~Titah Raja diabaikan, tuh. Nggak apa apa nih, Ludwin-dono?

    Like

Leave a comment